primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Penanganan Rubella Kongenital

Oleh: dr. Afiah Salsabila

Topik: rubella, Kongenital, penyakit menular

Rubella, atau sering disebut juga dengan campak Jerman adalah infeksi virus yang biasanya menyerang anak-anak. Biasanya penyakit ini self-limiting dan tidak terlalu berbahaya. Gejalanya hanya meliputi demam yang tidak terlalu tinggi, lemas, nyeri sendi, dan limfadenopati. Namun, penyakit ini bisa sangat berbahaya bagi janin yang masih di dalam kandungan. Jika terkena ibu hamil, terutama pada usia gestasi 10 minggu, rubella dapat ditularkan ke janin dan menyebabkan keguguran, kematian janin, dan lebih parahnya dapat menyebabkan kumpulan kelainan kongenital yang disebut dengan congenital rubella syndrome (CRS).

Manusia adalah satu-satunya inang bagi virus rubella. Virus ini ditularkan dari orang ke orang melalui kontak dengan partikel yang aerosolized. Jika virus sudah tersebar ke seorang inang maka virus akan bereplikasi pada sel nasofaring lalu menyebar ke jaringan limfoid yang berada pada nasofaring serta saluran nafas atas. Virus-virus yang terbentuk dari replikasi akan menyebar ke organ-organ lain melalui darah selama 5 sampai 7 hari sebelum menyebabkan gejala-gejala. Gejala yang biasanya muncul adalah ruam makulopapular yang biasanya mulai muncul pada wajah terdahulu dan lalu menyebar ke bagian batang badan dan ekstremitas secara cepat. Ruam biasanya hilang tiga hari sejak muncul. Lain ceritanya jika rubella menyerang janin. Pada janin, rubella dapat menyebabkan defek kongenital multipel. Patogenesisnya tidak diketahui secara jelas namun ada beberapa teori: rubella dipikirkan dapat menyebabkan nekrosis epitelium pada. Teori lainnya adalah rubella dapat menyebabkan apoptosis pada sel yang terinfeksi dengan. Virus rubella juga dipikirkan dapat menghambat mitosis sehingga mengganggu perkembangan sel-sel prekursor.

 Kelainan kongenital yang dapat disebabkan oleh rubella disebut juga dengan classic triad yang terdiri dari katarak, penyakit jantung bawaan, dan gangguan pendengaran. Namun, kelainan lainnya seperti retinopati glaukoma, korioretinitis, mikroftalmia, dan kelainan jantung seperti paten duktus arteriosus juga bisa ditemukan. Pada masa neonatal, CRS berhubungan dengan berat badan rendah dan anemia hemolitik.

Infeksi postnatal dapat dideteksi dengan pemeriksaan IGM rubella spesifik menggunakan imunoasai. Dengan Imunoasai, rubella dapat dideteksi 4 hari setelah awitan ruam. Pada ibu hamil yang telah terpapar dengan rubella, pemeriksaan darah untuk mengukur antibodi lgG spesifik rubella perlu dilakukan. Jika hasilnya positif, ibu tersebut dan janin yang dikandungnya kemungkinan besar sudah terlindungi dari rubella. Namun, jika negatif dan memiliki kontak dengan pasien rubella, maka pemeriksaan IgG pada anak atau deteksi DNA rubella pada cairan amnion, biopsi villi korionik, atau darah janin dengan RT-PCR perlu dilakukan.

Tatalaksana pada individu yang terkena rubella terdiri dari tatalaksana suportif dengan pemberian non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) untuk mengatasi demam dan nyeri sendi. Jika rubella menyerang ibu hamil di bawah usia kehamilan 18 minggu, maka terdapat risiko yang sangat tinggi untuk penularan vertikal ke janin. Karena konsekuensi dari infeksi janin berupa defek kongenital, salah satu opsinya adalah untuk terminasi kehamilan. Namun, pilihan tersebut tergantung pada peraturan etik dan legislatif di tempat terkait. Jika rubella menyerang ibu hamil di atas 18 minggu maka kehamilan bisa dilanjutkan dengan monitoring USG dan pemantauan lebih lanjut.

Rubella adalah penyakit yang tidak terlalu berbahaya pada anak yang telah dilahirkan dan tatalaksananya pun lebih ke arah suportif. Namun, jika penyakit ini menyerang ibu hamil maka ada resiko besar untuk terjadinya kelainan kongenital, khususnya jika ibu terinfeksi dengan rubella di bawah usia kehamilan 18 minggu. Maka dari itu, perlu dilakukan skrining pada ibu-ibu hamil supaya bisa dilakukan tatalaksana dan persiapan yang sesuai.


Referensi:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507879/


familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: