
Sudahkah ibu siap menyusui? Perhatikan waktu rekomendasi dari WHO!
8 Des 2021
Author: dr. Afiah Salsabila
28 Jul 2025
Topik: Berita, Obat Sirop, Obat Sirup, Obat-obatan
Latar Belakang
Akses anak terhadap obat yang aman, efektif, dan sesuai usia masih menjadi tantangan global, khususnya di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Hanya sekitar 30% obat esensial tersedia dalam formulasi yang sesuai dengan anak, dan terdapat hingga 50% obat digunakan secara off-label pada populasi pediatrik. Banyak obat yang dikembangkan untuk orang dewasa dan baru kemudian diadaptasi untuk anak-anak, sering kali dengan jeda lebih dari satu dekade. Akibatnya, pemberian dosis yang tidak presisi—misalnya dengan memotong tablet dewasa—menjadi praktik yang lazim namun berisiko.
Untuk menjawab tantangan tersebut, WHO merancang dan meluncurkan Global Accelerator for Paediatric Formulations (GAP-f), sebuah jaringan global lintas sektor yang bertujuan mempercepat ketersediaan formulasi obat anak yang sesuai, terjangkau, dan dapat diakses secara luas. Setelah tahap awal pengembangan, WHO merilis Strategic Roadmap 2025–2030 yang memperkuat kerangka kerja GAP-f melalui pendekatan kolaboratif di seluruh siklus hidup produk, mulai dari riset hingga akses layanan kesehatan. Contoh keberhasilan paling menonjol dari pendekatan ini adalah percepatan akses terhadap dolutegravir pediatrik (pDTG) untuk HIV—yang awalnya diperkirakan membutuhkan 20 tahun untuk tersedia bagi anak, namun berhasil dipercepat lebih dari 10 tahun berkat koordinasi lintas pemangku kepentingan. Akselerasi ini menyelamatkan lebih dari 10.000 nyawa anak dan menghindari ratusan ribu kegagalan virologis serta menghasilkan efisiensi biaya lebih dari 1,3 miliar dolar AS. (1)
Strategi “30 by ‘30”
Strategi baru GAP-f bertajuk “30 by ‘30” menargetkan menargetkan percepatan pengembangan dan distribusi 10 obat prioritas anak, memperkuat ekosistem pengembangan dan akses obat anak di 10 negara, serta menilai kebutuhan dan menyusun prioritas untuk 10 kelompok penyakit dengan beban tinggi sebelum tahun 2030. Pendekatan ini bertujuan mempersempit kesenjangan terapi dan memastikan bahwa formulasi esensial bagi anak tersedia secara tepat waktu, aman, dan efektif di wilayah yang paling membutuhkan. Strategi ini dibangun di atas dua poros utama: poros koordinasi untuk penyelarasan global dan poros kolaborasi untuk penerjemahan strategi ke dalam dampak nyata. Empat area kerja utama meliputi: (1) prioritisasi portofolio; (2) penelitian klinis; (3) pengembangan produk dan regulasi; serta (4) akses dan distribusi.
GAP-f mengidentifikasi penyakit dengan beban tinggi pada anak—seperti HIV, kanker, malaria, tuberkulosis, dan penyakit kronis seperti epilepsi—sebagai prioritas. Melalui mekanisme Paediatric Drug Optimization (PADO), WHO menetapkan formulasi dan target produk profil (TPP) yang menjadi panduan bagi industri farmasi dalam mengembangkan produk yang sesuai. Pada saat bersamaan, GAP-f mendorong penguatan regulasi melalui kolaborasi dengan WHO Collaborative registration procedure dan kolaborasi dengan badan-badan regional relevan untuk mempercepat registrasi. (1)
Sebagai bagian dari rencana kerja regional, WHO meluncurkan inisiatif tiga tahun di wilayah ASEAN termasuk Indonesia untuk memperkuat ekosistem obat anak. Fokusnya meliputi pengembangan formulasi untuk penyakit dengan beban tinggi di kawasan ini, seperti malaria, dengue, dan infeksi bakteri tertentu. (1)
Kesimpulan
Peluncuran GAP-f Strategic Roadmap 2025–2030 oleh WHO menandai komitmen global untuk mempercepat kesetaraan akses obat bagi anak di seluruh dunia. Keberhasilan pendekatan kolaboratif seperti pada kasus dolutegravir anak menunjukkan bahwa integrasi lintas aktor—industri, regulator, tenaga kesehatan, pemerintah, dan komunitas—dapat mengatasi keterlambatan sistemik yang selama ini menahan kemajuan dalam pengembangan obat di populasi anak.
Daftar Pustaka
8 Des 2021
30 Mar 2023
8 Okt 2023
18 Okt 2023