Hubungan Stunting dan Obesitas
Oleh: dr. Afiah Salsabila
Topik: Stunting, Obesitas, Obesitas Pada Balita
Pendahuluan
Stunting merupakan merupakan masalah kesehatan global yang signifikan, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Dampak jangka panjang dari stunting tidak hanya terbatas pada perawakan pendek dan gangguan kognitif, tetapi juga mencakup peningkatan risiko obesitas pada masa dewasa. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai hubungan riwayat stunting pada masa kanak-kanak dan obesitas pada saat dewasa. [1,2]
Mekanisme Biologis yang Menghubungkan Stunting dan Obesitas
Anak yang memiliki kondisi stunting cenderung memiliki indeks massa tubuh (IMT) dan waist-to-hip ratio (WHR) yang tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak stunting. Korelasi ini tak hanya ditemukan di satu tempat, melainkan beberapa negara seperti Brazil dan Jerman. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan hal tersebut. [1]
Menurut berbagai studi, stunting dapat menganggu proses metabolik secara signifikan.. Beberapa riset menemukan kalau pada individu dengan malnutrisi kronik, seperti anorexia nervosa, memiliki tingkat hormon ghrelin yang lebih tinggi. Berhubung ghrelin ditemukan dapat meningkatkan ekspresi enzim yang terlibat pada lipogenesis seperti lipoprotein lipase (LPL), fatty acid synthase (FAS), dan stearoyl-CoA desaturase (SCD 1), serta dapat menganggu fungsi enzim carnitine palmitoyltransferase 1 (CPT) yang memiliki peran dalam regulasi oksidasi asam lemak, tubuh individu yang mengalami stunting dapat lebih cenderung menyimpan lemak. Mekanisme ini diperkirakan merupakan hasil adaptasi manusia untuk menyimpan energi dalam kondisi kelangkaan makanan. [2] Jika dibiarkan, stunting pada masa kanak-kanak berpotensi menyebabkan obesitas. Beberapa studi longitudinal menunjukkan bahwa anak-anak dengan riwayat stunting memiliki risiko lebih tinggi mengalami obesitas pada masa dewasa. [2,3].
Stunting juga sering kali disertai pola makan yang buruk selama masa kanak-kanak, seperti konsumsi makanan tinggi energi tetapi rendah nutrisi. Faktor ini memperburuk risiko obesitas pada dewasa, karena tubuh lebih efisien menyimpan lemak sebagai kompensasi atas kurangnya asupan nutrisi selama masa pertumbuhan kritis. Tak hanya itu, anak yang stunting cenderung memiliki resting energy expenditure yang lebih rendah dibandingkan anak yang tidak stunting. [2]
Implikasi Kesehatan Masyarakat
Kombinasi stunting dan obesitas mencerminkan beban ganda malnutrisi yang umum terjadi di negara berkembang. Di Ethiopia, prevalensi stunting dan obesitas secara bersamaan tercatat sebesar 1,99% pada anak-anak di bawah lima tahun. [1]. Sementara itu, studi di Kuwait menunjukkan peningkatan prevalensi kombinasi stunting dan obesitas pada anak sekolah laki-laki selama periode 13 tahun terakhir. [3]
Fenomena ini menunjukkan perlunya pendekatan multidisiplin untuk menangani malnutrisi, dengan fokus tidak hanya pada pencegahan stunting, tetapi juga pengendalian obesitas. Program intervensi gizi harus mencakup perbaikan kualitas diet, edukasi nutrisi, dan usaha untuk mengurangi masalah-masalah sosio-ekonomi, seperti kemiskinan struktural, yang berujung pada stunting. [1,3]
Kesimpulan
Hubungan antara stunting pada masa kanak-kanak dan risiko obesitas pada dewasa menyoroti pentingnya pencegahan stunting sebagai langkah awal dalam mengurangi risiko penyakit metabolik di masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan perlu difokuskan pada edukasi gizi, peningkatan pola makan seimbang, pengendalian berat badan sejak masa anak-anak, serta usaha-usaha untuk menurunkan kemiskinan struktural yang menjadi penyebab utama stunting. Dengan pendekatan yang holistik dan kerjasama antara tenaga kesehatan dan para stakeholder kesehatan masyarakat, upaya-upaya pencegahan stunting dapat dilakukan demi meningkatkan kualitas hidup anak-anak dan terciptanya generasi penerus yang berkualitas tinggi.
Referensi
- Farah AM, Nour TY, Endris BS, Gebreyesus SH. Concurrence of stunting and overweight/obesity among children: Evidence from Ethiopia. PLOS ONE. 2021;16(1):e0245456.
- Muhammad HFL. Obesity as the sequel of childhood stunting: Ghrelin and GHSR gene polymorphism explained. Acta Med Indones-Indones J Intern Med. 2018;50(2):159-163.
- Al-Taiar A, Alqaoud N, Alddin RS, et al. Stunting and combined overweight with stunting among schoolchildren in Kuwait: Trends over a 13-year period. Med Princ Pract. 2021;30:515-521.