primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Hubungan Persistent Pulmonary Hypertension of the Newborn dengan Sindrom Aspirasi Mekonium

Oleh: dr. Afiah Salsabila

Topik: Sindrom Aspirasi Mekonium, Pulmonary Hypertension of the Newborn, Bayi Newborn, Neonatus

Ketika janin masih ada dalam kandungan, tekanan intravaskular pembuluh darah yang mengalirkan darah dari jantung ke paru-paru tinggi. Hal ini bukan masalah karena nutrisi dan oksigen dihantarkan melalui plasenta. Namun, saat bayi sudah dilahirkan, paru-paru harus segera mengambil alih fungsi plasenta supaya bayi bisa mendapatkan oksigen yang adekuat. Kondisi di mana bayi gagal dalam transisi dari sirkulasi fetal ke sirkulasi ekstrauterin disebut dengan hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir, atau Persistent Pulmonary Hypertension of the Newborn (PPHN).

Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan PPHN dibagi menjadi 3 kelompok: (1) maladaptasi, (2) pembuluh darah yang tidak berkembang dengan baik, dan (3) etiologi idiopatik. Arteri pulmonal yang kurang berkembang bisa dilihat pada janin dengan kondisi small for gestational age (SGA), atau oligohidramnion, sedangkan etiologi idiopatik dipikirkan diakibatkan oleh arteri pulmonal yang terlalu tebal.

Maladaptasi disebabkan oleh keadaan patologis pada parenkim paru, misalkan pada sindrom aspirasi mekonium (SAM). SAM adalah kondisi di mana meconium keluar dan diaspirasi ketika proses persalinan. Hal ini meningkatkan risiko hipoksia, dan peningkatan usaha napas. Karena meconium memiliki konsistensi yang kental, aspirasi dapat menyebabkan obstruksi napas. Obstruksi ini dapat menyebabkan paru-paru kolaps dan menyebabkan atelektasis, atau jika terdapat air-trapping akan meningkatkan risiko pneumothorax. Mekonium yang teraspirasi juga dapat mencetuskan inflamasi paru, sehingga bisa menyebabkan pneumonitis dan distress napas berkelanjutan. Inflamasi yang terjadi juga dapat menginaktivasi surfaktan, sehingga kemampuan paru-paru untuk mengembang berkurang, semakin memperburuk distres napas dan hipoxemia.

Meskipun PPHN dan MAS adalah kondisi yang berbeda, terdapat korelasi antara keduanya. Di literatur belum ada data mengenai risiko MAS sendiri untuk berlanjut menjadi PPHN, namun pada neonatus dengan MAS, komplikasi MAS seperti pneumothorax, perubahan irama jantung bayi, asfiksia, shock, dan pH rendah berhubungan secara signifikan dengan PPHN. Hubungan antara PPHN dan MAS perlu dipelajari karena berdasarkan sebuah studi, mortalitas neonatus dengan MAS dan PPHN lebih tinggi secara signifikan daripada neonatus dengan MAS saja (11% vs. 6%, p <0.01).

Korelasi PPHN dan MAS penting untuk dipahami karena mekanisme kedua kondisi tersebut saling berhubungan. Dengan memahami hubungan di antara kedua kondisi tersebut, dokter bisa lebih waspada terhadap risiko munculnya PPHN pada neonatus dengan MAS sehingga bisa lebih siap dalam menanggapi kondisi perkembangan pasien dan dapat memberikan usaha pencegahan dan tatalaksana yang tepat dengan tepat waktu.



Referensi


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK585100/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4823682/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3942674/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557425/

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15624365/



familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: