primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

[Liputan Acara] INA NUTRI 2024: Waspada Anemia Defisiensi Besi pada Ibu dan Anak

Oleh: dr. Ucca Ratulangi

Topik: Simposium, INA Nutri, Nutrisi Anak, Gizi

Simposium INA NUTRI 2024 pada tanggal 27 & 28 Juli 2024 yang diselenggarakan oleh Indonesian Nutrition Association (INA) mengumpulkan para ahli terkemuka di bidang gizi untuk membahas perkembangan terbaru dalam dunia kesehatan. Sesi makan siang pada hari pertama pukul 10:30 hingga 12:00, membawa topik utama, “Defisiensi Zat Besi di Luar Anemia: Memahami Hambatan dan Pendekatan Siklus Hidup untuk Pencegahan”.


Anemia Defisiensi Besi dalam Siklus Kehidupan Wanita dan Dampaknya

dr rima.jpg

Pembicara pertama, Dr. dr. Rima Irwinda, SpOG(K), memperkenalkan masalah anemia defisiensi besi (ADB) sepanjang kehidupan seorang wanita, terutama selama kehamilan. Menurut WHO, anemia mempengaruhi 29,9% wanita usia reproduksi secara global, dengan 29,6% wanita tidak hamil dan 36,5% wanita hamil menderita ADB.1 Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, 48,9% wanita hamil di Indonesia mengalami anemia.

Anemia defisiensi besi pada usia remaja dapat berpengaruh pada fungsi kognitif dan penurunan kapasitas kerja pada usia dewasa. Studi menunjukkan setiap berkurangnya 10g/L dari hemoglobin (Hb) ibu hamil sebelum usia kehamilan 20 minggu, meningkatkan 30% risiko relatif terjadinya bayi kecil masa kehamilan.3 Besi berperan pada pembentukkan mielin dan perkembangan hipokampus terutama setelah usia kehamilan 24 minggu. Apabila terjadi defisiensi besi pada periode ini, maka meningkatkan risiko terjadinya gangguan kognitif, spektrum autisme, dan ADHD.4,5,6

Pada negara-negara dengan tingkat sosio ekonomi rendah, ditemukan korelasi antara kadar zat besi rendah dengan skor kognitif yang rendah pula. Data melaporkan skor IQ rata-rata Indonesia adalah 78, menempatkan Indonesia pada peringkat 130 dari 188 dalam peringkat global.Untuk mencegah defisiensi besi perlu dilakukan edukasi mengenai sumber makanan yang mengandung zat besi, terutama zat besi heme. Contoh sumber zat besi heme adalah daging, unggas, dan ikan, yang memiliki absorbsi 2-3 kali lebih besar daripada zat besi non-heme.8

Skrining anemia dilakukan tiap trimester selama kehamilan.9 Diagnosis anemia pada ibu hamil berdasarkan kriteria WHO yaitu kadar Hb di bawah 11 g/dL pada trimester pertama dan ketiga serta di bawah 10,5 g/dL pada trimester kedua serta hematokrit di bawah 33%. WHO merekomendasikan suplementasi zat besi untuk semua wanita hamil, dengan dosis 60 mg/hari selama kehamilan dan 60 mg/hari hingga tiga bulan pasca salin untuk negara dengan prevalensi anemia >40% seperti Indonesia. Pada ibu hamil dengan ADB, direkomendasikan peningkatan dosis minimal 120 mg/hari.9,10

Anemia Defisiensi Besi pada Ibu Menyusui dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Anak

dr ariani.jpg

Sesi dilanjutkan oleh pembicara kedua, Dr. dr. Ariani Widodo SpA(K), yang berfokus seputar topik ADB pada ibu menyusui. Menurut Riskesdas 2018, lebih dari setengah atau tepatnya 52% ibu menyusui mengalami anemia.2 Anemia pada ibu menyusui paling sering disebabkan oleh kekurangan asupan nutrisi yang adekuat sementara secara fisiologis terdapat peningkatan kebutuhan zat besi selama kehamilan dan menyusui.11  Terdapat empat alasan utama anemia nutrisional, yaitu:12,13

  1. Asupan nutrisi yang inadekuat.
  2. Peningkatan kehilangan nutrisi, umum terjadi pada kondisi infeksi parasit dan perdarahan postpartum.
  3. Gangguan penyerapan, seperti pada infeksi helikobakter pilori atau kurangnya faktor intrinsik untuk penyerapan vitamin B12.
  4. Perubahan metabolisme nutrien, contohnya pada defisiensi vitamin A.
Faktor lainnya yaitu lack of food security atau sosio-ekonomi rumah tangga yang rendah, umumnya memiliki keterbatasan akses terhadap makanan bergizi seperti protein hewani.14
Kondisi ADB pada wanita menyusui dapat mempengaruhi pasokan dan kualitas ASI. Ibu menyusui dengan defisiensi mikronutrien akan memiliki ASI dengan konsentrasi nutrien yang tidak optimal sehingga dapat mempengaruhi kadar nutrisi yang diterima bayinya. Kebutuhan asupan zat besi oleh ibu menyusui yang tidak tercukupi, dapat menyebabkan kadar Hb dan ferritin yang rendah pada bayi. Mikronutrien yang penting untuk ibu menyusui mencakup zat besi, tiamin, riboflavin, vitamin B6, vitamin B12, vitamin A, dan yodium.15



Risiko Tersembunyi Defisiensi Besi Selama Masa Kanak-Kanak

dr dian.jpg

Pembicara ketiga dan terakhir, Dr. dr. Dian Novita Chandra, M. Gizi, membahas dampak jangka panjang ADB selama masa kanak-kanak. Secara global, ADB bertanggung jawab atas 42% kasus anemia pada anak di bawah lima tahun.18 Di Indonesia, sekitar 70% anak mengalami anemia mikrositik hipokrom dan 50% anak dengan anemia mengalami ADB.2,18
Mendiagnosis ADB mencakup anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis yang komprehensif dapat mendiagnosis ADB dengan spesifisitas 79% bila meliputi masa prenatal, masa pemberian ASI dan MPASI, serta riwayat perdarahan dan penyakit pada anak.19,20 Selain anak tampak pucat dengan konjungtiva dan mukosa bibir yang anemis, manifestasi klinis anemia kronik yang umum adalah koilonikia atau kuku sendok. 21

Kriteria diagnostik ADB pada anak menurut WHO meliputi kadar Hb rendah sesuai usia, konsentrasi Hb eritrosit rata-rata di bawah 31%, kadar serum ferritin di bawah 50 mcg/dL, dan saturasi transferin di bawah 15%. ADB dikategorikan menjadi tiga tahap—defisiensi besi, eritropoiesis defisiensi besi, dan anemia defisiensi besi—berdasarkan biomarker ini.22,23
Skrining anemia secara cepat dapat menggunakan finger prick test Hb. Namun, alat ini hanya dapat mengukur kadar Hb dan belum termasuk penilaian ferritin maupun transferrin.25 Amrutha et al dan Ran et al sedang meneliti beberapa metode yang menjanjikan yaitu skrining non-invasif menggunakan teknologi biosensor dan spektroskopi.24,25

Kondisi ADB berdampak signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak. Pada ADB kronik, jumlah transferin yang tinggi dan Hb rendah dapat mengurangi pembentukan dan aktivitas dari IGF-1 sehingga dapat menghambat pertumbuhan linear. Selain itu, kadar zat besi yang rendah dapat menurunkan nafsu makan anak serta mengganggu metabolisme energi, sehingga tubuh kekurangan nutrisi untuk mencapai kenaikan berat badan dan lipatan tebal kulit yang optimal.27 Utami et al (2023) menemukan bahwa anemia pada anak meningkatkan risiko stunting sebesar 1,4 kali dan, sebaliknya, stunting meningkatkan risiko anemia sebesar 1,1-1,3 kali dibandingkan dengan anak tanpa stunting.27

Kondisi ADB juga berdampak negatif pada perkembangan kognitif, yaitu dengan mengganggu kemampuan motorik kasar dan halus, berbahasa, serta tingkah laku.28 Di kemudian hari, anak dengan ADB kronik berisiko memiliki IQ dan kemampuan motorik halus dan konsentrasi yang rendah sehingga dapat menyebabkan performa akademis dan kerja yang buruk di kemudian hari.​29

Untuk mengatasi ADB pada anak, dr. Dian merujuk pada pedoman Kementerian Kesehatan RI (Angka Kecukupan Gizi, AKG) untuk asupan zat besi harian. Saat ini, masih lebih dari setengah anak di Indonesia yang asupan zat besinya belum terpenuhi sesuai AKG Kemenkes RI. Strategi untuk mengatasi konsumsi zat besi yang rendah pada anak meliputi pemberian tablet zat besi dan folat, mempromosikan ASI eksklusif, mencegah dan mengatasi infeksi cacing, serta meningkatkan edukasi terkait nutrisi pada ibu hamil.30,31
Selain itu, disarankan untuk menambahkan asupan sumber protein hewani dengan zat besi heme yang tinggi dikombinasikan dengan vitamin C (asam askorbat) dalam rasio 2:1 untuk meningkatkan penyerapan zat besi.32,33 Salah satu sumber hewani yang digarisbawahi adalah iron-fortified formula. Studi oleh Sunardi et al, menunjukkan hubungan antara tidak mengkonsumsi susu formula sapi dengan risiko defisiensi besi yang lebih tinggi (OR = 8.651).34

Sesi makan siang hari pertama simposium INA NUTRI 2024, dimoderatori oleh dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, SpGK, secara kolektif menekankan kebutuhan mendesak untuk mengatasi anemia defisiensi besi di semua tahap kehidupan dengan menyoroti dampak ADB pada kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu menyusui, serta pertumbuhan dan perkembangan anak serta pentingnya skrining komprehensif, pendidikan ibu dan strategi nutrisi sebagai upaya mengurangi masalah ADB di Indonesia.


Referensi
  1. World Health Organization. WHO global anaemia estimates, 2021 edition. World Health Organization. 2021 Feb 18.
  2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018).
  3. Dewey KG, Oaks BM. U-shaped curve for risk associated with maternal hemoglobin, iron status, or iron supplementation. The American journal of clinical nutrition. 2017 Dec 1;106:1694S-702S.
  4. Gernand AD, Schulze KJ, Stewart CP, West Jr KP, Christian P. Micronutrient deficiencies in pregnancy worldwide: health effects and prevention. Nature Reviews Endocrinology. 2016 May;12(5):274-89.
  5. Handbook of Nutrition, Diet, and Epigenetics, DOI 10.1007/978-3-319-31143-2_59-1
  6. Li M, Francis E, Hinkle SN, Ajjarapu AS, Zhang C. Preconception and prenatal nutrition and neurodevelopmental disorders: a systematic review and meta-analysis. Nutrients. 2019 Jul 17;11(7):1628.
  7. Lozoff B, Jimenez E, Smith JB. Double burden of iron deficiency in infancy and low socioeconomic status: a longitudinal analysis of cognitive test scores to age 19 years. Archives of pediatrics & adolescent medicine. 2006 Nov 1;160(11):1108-13.
  8. Centers for Disease Control and Prevention.MMWR Recomm Rep 1998;47(RR-3):1–29
  9. Parisi F, Di Bartolo I, Savasi VM, Cetin I. Micronutrient supplementation in pregnancy: Who, what and how much?. Obstetric medicine. 2019 Mar;12(1):5-13.
  10. WHO. Nutritional anaemias: tools for effective prevention and control. 2017
  11. Efendi F, Israfil I, Ramadhan K, McKenna L, Alem AZ, Malini H. Factors associated with receiving iron supplements during pregnancy among women in Indonesia. Electronic Journal of General Medicine. 2023 Oct 1;20(5).
  12. Malik SG, Oktavianthi S, Wahlqvist ML, Asih PB, Harahap A, Satyagraha AW, Syafruddin D. Non-nutritional anemia: Malaria, thalassemia, G6PD deficiency and tuberculosis in Indonesia. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition. 2020 Dec 2;29.
  13. Balarajan Y, Ramakrishnan U, Özaltin E, Shankar AH, Subramanian SV. Anaemia in low-income and middle-income countries. The lancet. 2011 Dec 17;378(9809):2123-35.
  14. Dean EB, French MT, Mortensen K. Food insecurity, health care utilization, and health care expenditures. Health services research. 2020 Oct;55:883-93.
  15. Daniels L, Gibson RS, Diana A, Haszard JJ, Rahmannia S, Luftimas DE, Hampel D, Shahab-Ferdows S, Reid M, Melo L, Lamers Y. Micronutrient intakes of lactating mothers and their association with breast milk concentrations and micronutrient adequacy of exclusively breastfed Indonesian infants. The American journal of clinical nutrition. 2019 Aug 1;110(2):391-400.
  16. World Health Organization. The optimal duration of exclusive breastfeeding: a systematic review.
  17. GBD 2021 Anaemia Collaborators. (2023). Prevalence, years lived with disability, and trends in anaemia burden by severity and cause, 1990–2021: findings from the Global Burden of Disease Study 2021. The Lancet Haematology, 10(9), e713-e734
  18. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2007).
  19. Indrasari, Y. N., Hapsari, S. N., & Fuadi, M. R. (2022). Potential Marker for Diagnosis and Screening of Iron Deficiency Anemia in Children. In Iron Metabolism-A Double-Edged Sword. IntechOpen.
  20. Joo, E. Y., Kim, K. Y., Kim, D. H., Lee, J. E., & Kim, S. K. (2016). Iron deficiency anemia in infants and toddlers. Blood research, 51(4), 268.
  21. Mattiello, V., Schmugge, M., Hengartner, H., von der Weid, N., Renella, R., & SPOG Pediatric Hematology Working Group. (2020). Diagnosis and management of iron deficiency in children with or without anemia: consensus recommendations of the SPOG Pediatric Hematology Working Group. European journal of pediatrics, 179, 527-545.
  22. WHO, UNICEF, UNU. Iron deficiency anaemia: assessment, prevention and control, a guide for programme managers. Geneva: World Health Organization; 2001.
  23. Juffrie, M., Helmyati, S., & Hakimi, M. (2020). Nutritional anemia in Indonesia children and adolescents: Diagnostic reliability for appropriate management. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition, 29
  24. AN, Ran, et al. Emerging point-of-care technologies for anemia detection. Lab on a Chip, 2021, 21.10: 1843-1865.
  25. Amrutha, A.M., Sidenur, B., P.S, B. et al. Estimation of haemoglobin using non-invasive portable device with spectroscopic signal application. Sci Rep 14, 8697 (2024). https://doi.org/10.1038/s41598-024-58990-z
  26. Soliman AT, De Sanctis V, Yassin M, Adel A. Growth and Growth hormone - Insulin Like Growth Factor -I (GH-IGF-I) Axis in Chronic Anemias. Acta Biomed. 2017 Apr 28;88(1):101-111. doi: 10.23750/abm.v88i1.5744. PMID: 28467344; PMCID: PMC6166184.
  27. Utami, M. M. H., Kustiyah, L., & Dwiriani, C. M. (2023). Risk factors of stunting, iron deficiency anemia, and their coexistence among children aged 6-9 years in Indonesia: results from the Indonesian Family Life Survey-5 (IFLS-5) in 2014-2015. Amerta Nutrition, 7(1), 120-130.
  28. Zheng J, Liu J, Yang W. Association of Iron-Deficiency Anemia and Non-Iron-Deficiency Anemia with Neurobehavioral Development in Children Aged 6–24 Months. Nutrients. 2021; 13(10):3423 https://doi.org/10.3390/nu13103423
  29. Osendarp, S. J. M., & Eilander, A. (2011). Iron deficiency and cognitive development. In Lifetime Nutritional Influences on Cognition, Behaviour and Psychiatric Illness (pp. 94-108). Woodhead Publishing.
  30. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia.
  31. Sungkar A, Bardosono S, Irwinda R, Manikam NRM, Sekartini R, Medise BE, Nasar SS, Helmyati S, Ariani AS, Nurihsan J, et al. A Life Course Approach to the Prevention of Iron Deficiency Anemia in Indonesia. Nutrients. 2022; 14(2):277.
  32. Knijff M, Roshita A, Suryantan J, Izwardy D, Rah JH. Frequent Consumption of Micronutrient-Rich Foods Is Associated With Reduced Risk of Anemia Among Adolescent Girls and Boys in Indonesia: A Cross-Sectional Study. Food and Nutrition Bulletin. 2021;42(1_suppl):S59-S71. doi:10.1177/0379572120977455
  33. Basrowi, R. W., & Dilantika, C. (2021). Optimizing iron adequacy and absorption to prevent iron deficiency anemia: the role of combination of fortified iron and vitamin C. World Nutrition Journal, 5(S1), 33-39.
  34. Sunardi D, Bardosono S, Basrowi RW, Wasito E, Vandenplas Y. Dietary determinants of anemia in children aged 6–36 months: A cross-sectional study in Indonesia. Nutrients. 2021 Jul 13;13(7):2397.



familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: