primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

“Mama, Jangan Pergi!”: Kenali Separation Anxiety Disorder pada Anak

Oleh: dr. Afiah Salsabila

Topik: Separation Anxiety, Kesehatan Mental, Anxiety, Ansietas

Tak jarang anak merasa cemas ketika terpisah dari ibunya. Fenomena ini wajar pada usia pra-sekolah, namun jika intensitasnya tinggi dan mengganggu kegiatan anak, kondisi ini bisa disebut dengan Separation Anxiety Disorder (SAD). SAD adalah gangguan cemas tersering pada anak. Sekitar 50% rujukan terkait ansietas adalah akibat diagnosis SAD. Kondisi ini terjadi ketika anak dipisahkan dengan orang tua atau figur pengasuh secara tidak terduga. Seorang dokter harus mampu mengidentifikasi kasus SAD supaya bisa mengatasi kondisi tersebut. SAD perlu ditangani dengan baik karena Perlu diperhatikan bahwa tidak semua kasus cemas pada anak adalah SAD, maka perlu pengertian lebih dalam mengenai karakteristik SAD untuk bisa mendiagnosisnya dengan benar.

Separation anxiety adalah peristiwa normal bagi anak umur 6-12 bulan. Kondisi ini masih wajar untuk diobservasi pada anak hingga sekitar usia 3 tahun dan hilang setelahnya. Ketika separation anxietyberkurang, anak mulai memiliki rasa otonomi dan kemampuan kognitif yang adekuat untuk bisa memiliki pemahaman bahwa ayah atau ibu akan kembali setelah berpisah dalam waktu singkat. Pada anak yang lebih besar, SAD dapat menimbulkan berbagai masalah terkait fungsi sehari-hari seperti sekolah, kerja, dan interaksi sosial dengan orang lain. Selain itu, SAD juga bisa berkembang menjadi gangguan cemas lainnya, gangguan tidur, stres, performa akademis, dan keluhan psikosomatis.

Terbentuknya SAD dipengaruhi oleh beberapa faktor yang melibatkan faktor biologis, psikologis, dan sosial. Gangguan cemas adalah salah satu kondisi kejiwaan yang dipengaruhi secara besar oleh genetik dan epigenetik. Dari sisi ilmu perilaku (behavioural science), terbentuknya SAD dipengaruhi oleh pengkondisian eksitatorik terhadap tanda bahaya dan pengkondisian inhibitorik terhadap tanda-tanda aman yang terganggu. Cara orang tua memperlakukan anak juga memberi pengaruh terhadap terbentuknya SAD. Orang tua yang cenderung terlalu protektif dan terlalu kritikal dapat berkontribusi terhadap SAD. Anak dari orang tua yang memiliki depresi dan ansietas juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk memiliki gangguan cemas yang dapat bermula sebagai SAD.

Biasanya orang tua anak dengan SAD mengeluh bahwa anak tidak bisa pisah dari orang tua sehingga menganggu aktivitas anak maupun orang tua. Pada anak dengan SAD, beberapa pertanyaan perlu ditanyakan untuk mencari faktor risiko. Orang tua perlu ditanyakan mengenai kejadian traumatik yang mungkin terjadi pada anak ketika orang tua tidak ada, khususnya kekerasan fisik dan kekerasan seksual. Gangguan kejiwaan lainnya juga perlu digali. Penilaian status mental juga perlu dibuat. Komponen-komponen status mental yang perlu dinilai adalah sebagai berikut: perilaku cemas seperti bergetar, gerakan konstan, tremor ketika tidak ada pengasuh utama, atau selalu melekat pada pengasuh; pembicaraan yang terbata-bata, izin kepada pengasuh sebelum berbicara; afek cemas ketika jauh dari pengasuh dan tenang ketika dekat dengan pengasuh; isi pikir berupa pikiran mengenai kematian pengasuh; impuls kontrol cenderung tidak baik pada pasien dengan SAD, dan tilikan. tilikan biasanya buruk pada anak dan lebih baik pada orang dewasa.

SAD diagnosis berdasarkan kriteria Diagnostic Statistical Manual of Mental Disorders V. Untuk memudahkan proses diagnosis, tersedia alat-alat skrining yang bisa dipakai seperti Screen for Child Anxiety-Related Emotional Disorders (SCARED), Separation Anxiety AVoidance Inventory (SAAI), Children’s Separation Anxiety Scale (CSAS), Youth Anxiety Measure (YAM), Anxiety Disorder Interview Schedule (ADIS), dan Pediatric Anxiety Rating Scale (PARS).

Setelah diagnosis SAD dibuat, anak perlu dirujuk ke psikiater untuk terapi lebih lanjut. Tatalaksana lini pertama untuk SAD adalah Cognitive Behavioral Therapy (CBT). CBT memiliki efek samping yang minim. Pada teknik psikoterapi ini, anak akan diajarkan teknik-teknik tertentu untuk mengatasi pola pikir maladaptif, psikoedukasi, dan paparan terhadap situasi-situasi yang mencetuskan ansietas secara perlahan. Pemberian SSRI dikombinasikan dengan CBT juga menunjukkan luaran yang baik bagi anak dengan SAD derajat sedang berat. Selain CBT dan farmakoterapi, edukasi pada orang tua dan pengasuh anak juga tak kalah penting dalam penanggulangan SAD. Orang tua dan pengasuh perlu diedukasi untuk aktif berperan dalam perbaikan kondisi anak, khususnya saat CBT. Orang tua atau pengasuh yang memiliki ansietas juga perlu disarankan untuk mengatasi kondisi mereka karena kondisi tersebut dapat memengaruhi bagaimana mereka memperlakukan anaknya, dan sebagai konsekuensinya, berkontribusi pada psikopatologi SAD pada anak mereka.

SAD adalah kondisi yang sering terjadi namun tidak boleh dibiarkan begitu saja. Dokter harus bisa mengidentifikasi dan membuat rujukan yang tepat supaya SAD bisa ditangani dengan baik. Dengan demikian, diharapkan kualitas hidup anak dan juga orang tua/pengasuh anak dapat lebih baik dan perkembangan sosial anak pun terminimalisir.


Referensi:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560793/







familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: