Apakah Scarlet Fever dan Bagaimana Mengatasinya?
Oleh: dr. Afiah Salsabila
Topik: Demam, Ruam, Scarlet Fever, Demam Scarlet
Scarlet Fever, atau demam scarlet, adalah penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi dan kematian pada anak, terlebih sebelum adanya perkembangan pengobatan dan antibiotik. Saat ini, gejala yang dialami oleh anak dengan demam scarlet tidak sedemikian parah namun jika dibiarkan tetap akan menyebabkan komplikasi-komplikasi yang disebutkan. Maka dari itu, penting bagi seorang dokter untuk bisa mendiagnosis dan memberi tatalaksana yang tepat bagi pasien dengan penyakit ini.
Demam scarlet disebabkan oleh Group A Streptococcus (GAS), khususnya Streptococcus pyogenes. Bakteri tersebut melepaskan endotoksin yang berperan dalam timbulnya gejala-gejala pada pasien. Pasien dengan demam scarlet ditandai oleh demam yang disertai ruam papular yang sering dideskripsikan sebagai “sandpaper rash”. Ruam papular yang muncul memiliki karakteristik blanching, yaitu fenomena di mana ruam memutih jika ditekan. Ruam dapat dibedakan dari ruam alergi melalui awitannya yang lebih lambat dan tidak ada konfluensi dari lesi, sehingga menimbulkan tekstur seperti kertas amplas (sandpaper). Selain itu, ruam pada demam scarlet juga tidak menimbulkan vesikel atau pustule, berbeda dari varisela atau infeksi kulit lokal seperti impetigo atau erysipelas. Biasanya, ruam muncul 2-3 hari setelah infeksi GAS dan muncul pada batang badan, ketiak, selangkangan, lalu merambat ke ekstremitas. Gejala yang patognomonik namun belum tentu ada di semua anak dengan demam scarlet adalah strawberry tongue, yaitu kondisi di mana lidah tampak merah, bengkak, dan papillae lidah membesar, sehingga lidah menyerupai stroberi. Gejala-gejala lain yang bisa bisa ditemukan adalah nyeri tenggorokan, nyeri menelan, dan adenopati servikal. Untuk menentukan kemungkinan seorang pasien memiliki demam scarlet atau tidak, bisa memakai kriteria CENTOR: tidak ada batuk, terdapat eksudat, terdapat pembengkakan kelenjar getah bening servikal, demam, dan umur di bawah 15 tahun. Jika skor CENTOR tinggi, maka bisa dilakukan rapid strep test untuk mengkonfirmasi diagnosis demam scarlet dan infeksi GAS. Kultur juga bisa dilakukan.
Tatalaksana demam scarlet adalah antibiotik. Antibiotik lini pertama untuk penyakit ini adalah penicillin atau amoxicillin. JIka pasien memiliki alergi penicillin, sefalosporin generasi pertama, clindamycin, atau erythromycin bisa dipakai. Jika tidak ditatalaksana dengan adekuat, komplikasi dapat muncul. Komplikasi demam scarlet dibagi menjadi dua jenis: supuratif dan non-supuratif. Komplikasi supuratif seperti otitis media, sinusitis, dan meningitis terjadi akibat penyebaran bakteri ke bagian-bagian yang dekat. Sementara itu, komplikasi non-supuratif adalah komplikasi yang terjadi akibat mediasi respon imun seperti demam rematik, poststreptococcal reactive arthritis, Streptococcal toxic shock syndrome, glomerulonefritis akut, dan lain-lain.
Demam Scarlet bukanlah penyakit yang memiliki morbiditas tinggi layaknya ketika zaman sebelum antibiotik ditemukan. Pada era ini, komplikasi berat demam scarlet hanya terjadi jika terdapat keterlambatan penanganan. Karena demikian, dokter-dokter diharapkan bisa mendiagnosis dan memberi tatalaksana bagi pasien dengan demam Scarlet supaya komplikasi-komplikasi membahayakan tidak terjadi.
Referensi:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507889/