
Apakah makanan pendamping ASI (MPASI) komersil berbahaya buat bayi?
29 Jan 2018
Author: dr. Afiah Salsabila
9 Jul 2025
Topik: Autism spectrum disorder, Autisme, Stimming
Pendahuluan
Stimming atau self-stimulatory behavior adalah perilaku motorik atau vokal yang diulang-ulang dan umum ditemukan pada anak dengan autism spectrum disorder (ASD). Perilaku ini mencakup berbagai bentuk, seperti mengibaskan tangan, mengayun tubuh, hingga menggigit suatu barang dengan keras. Dalam Diagnostic Statistical Manual Edisi 5 (DSM-5), stimming termasuk dalam kategori restricted and repetitive behaviors (RRBs), yang merupakan salah satu kriteria utama diagnosis ASD. Studi menunjukkan bahwa stimming berkaitan erat dengan gangguan pemrosesan sensorik dan regulasi diri yang khas pada ASD. (1)
Etiologi Stimming
Secara fisiologis, stimming muncul sebagai respons terhadap perbedaan pemrosesan sensorik di otak individu dengan autisme. Mekanisme yang mendasari melibatkan gangguan sensory gating, modulasi sensorik yang atipikal, dan ketidakseimbangan eksitasi-inhibisi neuronal, yang menghasilkan persepsi sensorik yang berlebihan, tereduksi, atau tidak terintegrasi dengan baik. (1) Dalam kondisi ini, anak menggunakan stimming sebagai bentuk adaptasi untuk meredakan kecemasan, mengatur emosi, mempertahankan perhatian, dan menyaring stimulus lingkungan. (1,3)
Stimming juga dapat memberikan manfaat internal seperti peningkatan konsentrasi, ekspresi emosi, perasaan rileks, dan peningkatan kesadaran tubuh. (3) Sebagai contoh, gerakan repetitif seperti mengayun atau berjalan bolak-balik dapat membantu individu dengan autisme untuk menenangkan diri dan merasa lebih terhubung dengan tubuhnya. (3)
Jenis dan Manifestasi Klinis
Jenis stimming bervariasi dan dapat diklasifikasikan menjadi bentuk motorik (misalnya hand-flapping, body-rocking, pacing), vokal (humming, echolalia), dan visual atau sensorik lainnya (memutar benda, menatap pola tertentu, atau menggigit objek keras). (1,2,4) Dalam sebuah laporan kasus, seorang anak perempuan usia empat tahun menunjukkan perilaku menggigit mainan keras secara terus-menerus selama enam bulan. Perilaku ini dideduksi sebagai akibat dari kebutuhan akan stimulasi oral dan merupakan caranya untuk mengatasi kecemasan. (2)
Dalam konteks regulasi sensorik, anak yang menunjukkan stimming berupa menggigit objek dapat dikategorikan sebagai hiposensitif terhadap rangsangan oral. Bagi mereka, aktivitas ini memberikan masukan sensorik yang menenangkan. (2) Namun, penting dicatat bahwa tidak semua perilaku stimming bersifat adaptif atau aman.
Respons terhadap Stimming
Apabila perilaku stimming tidak membahayakan diri sendiri, orang lain, maupun tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, maka pendekatan suportif dapat dipertimbangkan. Dalam kerangka pemikiran di mana autisme dianggap sebagai bentuk dari neurodiversitas, stimming yang tidak merugikan justru dapat difasilitasi, misalnya dengan menyediakan mainan stimming yang aman (fidget toys, chew toys). (2,3)
Sebaliknya, intervensi diperlukan bila stimming menimbulkan risiko cedera, mengganggu proses belajar, atau menghambat fungsi sosial anak. Bentuk stimming yang dikategorikan sebagai self-injurious behavior (SIB), seperti head-banging, menggigit diri, atau mencakar kulit, merupakan bentuk yang harus segera ditangani. (4)
Pendekatan Intervensi
Pendekatan intervensi terhadap stimming sebaiknya disesuaikan berdasarkan kebutuhan sensorik anak secara individual. Beberapa metode yang terbukti efektif termasuk terapi integrasi sensorik (sensory integration therapy), dan modifikasi lingkungan (pencahayaan redup, ruangan bebas distraksi). (1)
Terapi integrasi sensorik dilakukan oleh terapis okupasi yang menggunakan aktivitas bermain berbasis sensorik untuk melatih anak merespons stimulus dengan lebih adaptif. Intervensi ini dapat membantu mengurangi frekuensi stimming yang maladaptif sekaligus memperkuat keterampilan motorik dan sosial anak. (1)
Modifikasi lingkungan dan pendekatan berbasis empati seperti kerangka kerja SPELL (Structure, Positive approaches and expectations, Empathy, Low arousal, Links) juga disarankan untuk mendukung kebutuhan emosional dan sensorik anak. (2) Keterlibatan keluarga dalam mengenali pemicu dan fungsi stimming juga menjadi bagian penting dari intervensi.
Rekomendasi Klinis
Dokter anak memiliki peran penting dalam mengarahkan orang tua untuk merespons stimming secara tepat. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh dokter anak terkait hal ini adalah sebagai berikut:
Kesimpulan
Stimming pada anak dengan autisme merupakan ekspresi neurobiologis yang kompleks dan memiliki fungsi penting dalam regulasi diri. Meskipun sebagian perilaku stimming seringkali bersifat adaptif, terkadang ada kala di mana bentuknya memiliki potensi untuk bisa membahayakan dirinya atau orang lain. Stimming yang berbahaya perlu dikenali dan ditangani secara tepat. Pendekatan medis yang sensitif dan berbasis bukti dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi tumbuh kembang anak yang memiliki autisme.
Daftar Pustaka