Berikut Hal-Hal Penting yang Perlu Diketahui Mengenai Mpox Sebagai Dokter Anak
Oleh: dr. Afiah Salsabila
Topik: Mpox, penyakit menular, WHO
Editor: dr. M Gilang Edi, dr. Dini Mirasanti,Sp.A, dr Lucyana Santoso, Sp.A, dr. Nina Dwi Putri, Sp.A(K)., M.Sc.(TropPaed) (editor)
Pendahuluan
Pada pertengahan bulan Agustus ini, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, selaku Director-General World Health Organization (WHO) menetapkan bahwa bertambahnya jumlah kasus Mpox di Republik Demokratik Kongo (RDC) dan negara-negara Afrika lainnya sebagai sebuah public health emergency of international concern (PHEIC). Sebagai PHEIC, penyakit ini berpotensi untuk meluas, termasuk ke Indonesia. [1] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI) melaporkan bahwa terdapat 88 kasus Mpox di Indonesia sejak 2022 hingga 17 Agustus 2024. [2] Saat ini, belum ada laporan yang jelas mengenai kasus Mpox pada populasi anak di Indonesia. Walaupun demikian, bukan berarti anak-anak seutuhnya aman dari Mpox. Berikut adalah hal-hal yang perlu diketahui mengenai Mpox sebagai praktisi kesehatan anak.
Etiologi dan Epidemiologi
Virus Mpox termasuk dalam genus Orthopoxvirus, yang juga mencakup virus cacar (smallpox). Ada dua clade utama dari virus Mpox (MPXV): clade Afrika Tengah (Congo Basin) dan clade Afrika Barat. MPXV Afrika Tengah (clade I) adalah varian MPXV yang lebih virulen dibandingkan clade Afrika Barat (clade II), yang umumnya lebih ringan. Pada manusia, penularan dapat terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh, luka kulit, atau droplet pernapasan. [3] Transmisi zoonosis dapat terjadi melalui kontak hewan terinfeksi (biasanya hewan pengerat atau primata). Pada anak, Mpox bisa ditularkan dari ibu melalui plasenta saat di kandungan serta ketika menyusui. [4]
Transmisi virus MPOX melalui plasenta dapat menyebabkan MPOX kongenital. Namun, risiko transmisi berdasarkan trimester belum diketahui secara pasti. Berdasarkan laporan dari empat ibu hamil di RDC, satu ibu melahirkan anak yang sehat tanpa MPOX, dua mengalami abortus spontan pada trimester pertama, dan satu mengalami fetal death di mana fetus tampak memiliki lesi kulit makulopapular. [5]
Manifestasi Klinis pada Anak
Mpox memiliki masa inkubasi rata-rata 6-13 hari (rentang 5-21 hari). Penyakit ini sering dimulai dengan gejala prodromal nonspesifik seperti demam, malaise, nyeri otot, dan sakit kepala. Gejala tersebut sering disertai dengan limfadenopati, yang membedakan Mpox dari penyakit virus lain seperti varicella (cacar air). [3]
Ruam adalah tanda klinis utama Mpox. Pada anak-anak, ruam biasanya dimulai di wajah sebelum menyebar ke bagian tubuh lainnya, termasuk telapak tangan dan kaki. Lesi enantem pada rongga mulut dan genital juga kerap ditemukan. Pada Mpox, ruam berkembang dari makula menjadi papula, vesikel, pustula, dan akhirnya membentuk krusta yang lepas dalam 2 hingga 4 minggu. Gambar 1 menunjukkan manifestasi ruam Mpox pada neonatus. [6]
Gambar 1. Neonatus usia 10 hari dengan Mpox yang menunjukkan erupsi lesi pustular, umbilikasi di dahi, glabella, pipi, dan kulit peri-oral [6]
Salah satu ciri khas ruam Mpox adalah tampilan lesi yang seragam per fasenya. Pada tahap awal, lesi berbentuk makula, lalu bersamaan berprogresi menjadi papul, kemudian pustul, dan akhirnya berubah menjadi krusta yang akan lepas dari permukaan kulit. Manifestasi tersebut berbeda dengan varicella, di mana kulit bisa memiliki berbagai lesi pada tahap perkembangan yang berbeda di saat yang bersamaan. Perbedaan Mpox dan penyakit-penyakit serupa bisa dilihat pada Tabel 1. [3]
Tabel 1. Perbedaan Mpox dan penyakit-penyakit serupa lainnya [3,7,8]
Pada pemeriksaan fisik, Mpox perlu dicurigai pada anak yang memiliki gejala ruam kulit akut, lesi pada mukosa, atau limfadenopati yang tidak bisa dijelaskan oleh etiologi lain yang manifestasi klinis serupa, seperti varicella zoster, herpes zoster, campak, sifilis primer atau sekunder, herpes simpleks, herpes simpleks, moluskum kontagiosum, infeksi kulit bakteri, infeksi gonococcus diseminata, chancroid, limfogranuloma venereum, granuloma inguinale, atau reaksi alergi. Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan meliputi PCR (Polymerase Chain Reaction) dari spesimen ruam untuk mengkonfirmasi infeksi MPXV pada pasien. [3]
Diagnosis
Pada anamnesis, sangat penting untuk menanyakan detail gejala khas, riwayat perjalanan, kontak dengan hewan, dan paparan terhadap individu yang terinfeksi. Detail yang perlu dikonfirmasi meliputi:
- Demam akut (>38.5 oC)
- Nyeri kepala
- Nyeri otot
- Nyeri punggung
- Fatigue
- Riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi Mpox dalam 21 hari sebelumnya
Pada pemeriksaan fisik, Mpox perlu dicurigai pada anak yang memiliki gejala ruam kulit akut, lesi pada mukosa, atau limfadenopati yang tidak bisa dijelaskan oleh etiologi lain yang manifestasi klinis serupa, seperti varicella zoster, herpes zoster, campak, sifilis primer atau sekunder, herpes simpleks, herpes simpleks, moluskum kontagiosum, infeksi kulit bakteri, infeksi gonococcus diseminata, chancroid, limfogranuloma venereum, granuloma inguinale, atau reaksi alergi. [3]
Penanganan dan Pengobatan
Sebagian besar pengobatan Mpox bersifat suportif dan mencakup manajemen demam, hidrasi adekuat, dan pengobatan simtomatik. Untuk anak-anak dengan kondisi lebih berat atau yang berisiko tinggi, antivirus seperti tecovirimat dapat dipertimbangkan, meskipun akses dan ketersediaannya mungkin terbatas di Indonesia. Faktor risiko gejala berat meliputi usia di bawah 8 tahun, memiliki kondisi imunokompromais, memiliki kondisi kulit lainnya yang melibatkan eksfoliasi kulit (seperti dermatitis atopik, diaper rash, luka bakar, dan impetigo), dan/atau memiliki lesi Mpox pada daerah mata, wajah atau genitalia. [3]
Pada ibu menyusui dan bayi, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyarankan supaya ibu menunda pemberian ASI hingga semua lesi pada kulit sembuh dan semua krusta lepas.CDC juga merekomendasikan untuk membuang ASI yang dihasilkan hingga ibu sembuh sepenuhnya. [3,4]
Selain itu, anak yang terjangkit Mpox perlu diisolasi untuk mencegah penyebaran virus sampai semua lesi kulit sembuh sepenuhnya dan krusta sudah lepas.[3]
Vaksinasi dan Pencegahan
Vaksinasi cacar (smallpox) diketahui memberikan perlindungan silang terhadap Mpox. Namun, program vaksinasi cacar dihentikan sejak eradikasi cacar global pada tahun 1980. Vaksin khusus Mpox, seperti vaksin MVA-BN (Modified Vaccinia Ankara-Bavarian Nordic), telah disetujui di beberapa negara untuk digunakan pada individu yang berisiko tinggi, termasuk tenaga kesehatan. Meski begitu, ketersediaannya secara global masih terbatas, sehingga hanya diberikan pada kasus pencegahan primer Primary Preventive (pre-exposure) vaccination) atau pasca paparan (Post-exposure preventive vaccination). [3]
Selain vaksinasi, penting juga untuk memberikan edukasi bagi keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan, mencuci tangan, dan menghindari kontak dekat dengan individu yang terinfeksi untuk mencegah transmisi lebih lanjut. Pemantauan dan penyelidikan epidemiologi melalui wawancara dan contact tracing juga perlu dilakukan tenaga kesehatan setempat untuk memutuskan rantai penularan Mpox. [3]
Kesimpulan
Mpox adalah penyakit yang berpotensi untuk ditularkan ke anak-anak. Penularan bisa terjadi dari kontak langsung, cairan tubuh, dan droplet dari individu yang terinfeksi.
Curigai mpox pada anak-anak yang memiliki riwayat sebagai berikut:
- Kontak erat dalam 21 hari terakhir
- Memiliki demam akut disertai nyeri otot, nyeri punggung, nyeri kepala, atau kelelahan
- Memiliki ruam dan limfadenopati yang tidak bisa dijelaskan oleh penyakit ruam serupa
Pada kecurigaan kasus mpox, edukasikan keluarga untuk menerapkan isolasi mandiri pada anak dan anggota keluarga lainnya yang terinfeksi. Selain itu, jangan lupa untuk melaporkan kasus mpox yang ditemukan ke puskesmas setempat. Berikan pasien tatalaksana suportif dan antivirus sesuai indikasi, serta pemeriksaan definitif melalui PCR.
Untuk info lebih lanjut mengenai Mpox, unduh Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Mpox di tautan berikut: https://infeksiemerging.kemkes.go.id/document/download/qgy
Referensi:
- WHO. WHO Director-General declares Mpox outbreak a public health emergency of international concern. 2024. Available from:
https://www.who.int/news/item/14-08-2024-who-director-general-declares-Mpox-outbreak-a-public-health-emergency-of-international-concern - KEMENKES. 88 Kasus Konfirmasi Mpox di Indonesia, Seksual Sesama Jenis Jadi Salah Satu Penyebab. 2024. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20240818/1546252/88-kasus-konfirmasi-mpox-di-indonesia-seksual-sesama-jenis-jadi-salah-satu-penyebab/
- KEMENKES. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Mpox (Monkeypox). 2023
- Mother To Baby | Fact Sheets [Internet]. Brentwood (TN): Organization of Teratology Information Specialists (OTIS); 1994-. Mpox (Monkeypox) 2022 Nov. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK587571/
- Isaccs SN, Mitja Oriol. Epidemiology, clinical manifestations, and diagnosis of mpox (monkeypox). In: Hirsch MS, Mitty J. UpToDate [Internet]. Place of Publication: Publisher; Year of publication: 2024 Aug 15. Available from: https://www.uptodate.com/contents/epidemiology-clinical-manifestations-and-diagnosis-of-mpox-monkeypox/print
- Mukit FA, Louie EM, Cape HT, et al.A Suspected Case of a Neonatal Monkeypox Infection With Ocular Involvement. Cureus. 2023 May;15(5): e38819. doi:10.7759/cureus.38819
- Toronto Public Health. MPOX. available from: toronta.ca/MPOX
- Guerra AM, Orille E, Waseem M. Hand, Foot, and Mouth Disease. [Updated 2023 Mar 4]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431082/