Meta PixelDampak Screen Time Berkepanjangan terhadap Gangguan Mata<!-- --> | Articles | <!-- -->PrimaKu - Pelopor Aplikasi Tumbuh Kembang Anak di Indonesia

Dampak Screen Time Berkepanjangan terhadap Gangguan Mata

Author: dr. Afiah Salsabila

14 Feb 2025

Topik: Mata, Screen Time

Pendahuluan

Dalam era digital, penggunaan perangkat elektronik telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, terutama pada anak-anak dan remaja. Namun, screen time yang berlebihan dapat menimbulkan Computer Vision Syndrome (CVS) atau Digital Eye Strain (DES), yang mencakup berbagai keluhan seperti kelelahan mata, penglihatan kabur, mata kering, serta gangguan refraksi dan akomodasi. Studi oleh Pavel et al. menemukan bahwa 55% hingga 81% pengguna layar mengalami gejala ini, dengan risiko meningkat seiring dengan durasi screen time dan kebiasaan melihat layar dalam jarak dekat [1].


Gangguan Mata yang Berkaitan dengan Screen Time Berlebih

Berbagai gangguan mata akibat screen time saling berhubungan, dimulai dari kelelahan mata, diikuti oleh gangguan akomodasi, yang kemudian meningkatkan risiko miopia progresif, astigmatisme, dan bahkan strabismus. Dampak ini juga diperparah dengan paparan layar dalam pencahayaan rendah, yang dapat meningkatkan tekanan intraokular, memicu glaukoma, serta memperburuk sindrom mata kering. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai gangguan-gangguan mata tersebut:


  1. Kelelahan Mata, Gangguan Akomodasi, dan Dampaknya terhadap Miopia

Paparan layar yang berkepanjangan menyebabkan kejang akomodasi, di mana mata sulit beradaptasi terhadap perubahan jarak pandang. Hal ini menimbulkan kelelahan visual, penglihatan kabur, dan ketidaknyamanan saat membaca atau melihat objek dari kejauhan. Gangguan ini merupakan tahap awal miopia progresif, yang semakin parah jika kebiasaan melihat layar dalam jarak dekat tidak dikontrol [1].

Pavel et al. mencatat bahwa pengguna smartphone lebih rentan mengalami miopia dibandingkan pengguna tablet atau televisi. Ini disebabkan oleh kebiasaan memegang layar lebih dekat ke mata dan durasi penggunaan yang lebih lama tanpa jeda. Dengan peningkatan kasus myopia onset dini, banyak anak kini memerlukan kacamata sebelum mencapai usia remaja [1].


2. Sindrom Mata Kering dan Gangguan Permukaan Mata

Saat menatap layar, frekuensi berkedip berkurang secara signifikan, menyebabkan penguapan air mata yang lebih cepat. Hal ini berkontribusi terhadap sindrom mata kering, yang dapat menyebabkan mata merah, perih, dan sensasi berpasir. Pavel et al. melaporkan bahwa penggunaan layar lebih dari 8 jam per hari berhubungan langsung dengan tingkat keparahan mata kering [1].
Lingkungan dengan AC atau udara kering semakin memperburuk kondisi ini, karena kelembaban rendah mempercepat penguapan lapisan air mata. Jika tidak ditangani, mata kering kronis dapat menyebabkan kerusakan kornea, menurunkan ketajaman penglihatan, serta meningkatkan risiko infeksi mata [1].

3. Astigmatisme dan Strabismus akibat Kebiasaan Screen Time
Studi menunjukkan bahwa paparan layar sejak usia dini dapat meningkatkan risiko astigmatisme, terutama jika anak mulai menggunakan perangkat elektronik sebelum usia 1 tahun. Astigmatisme terjadi akibat kelengkungan kornea yang tidak merata, menyebabkan penglihatan buram dan kesulitan membaca teks dalam waktu lama [2].
Selain itu, screen time yang berlebihan, terutama pada smartphone dengan jarak dekat, dapat memicu Acquired Comitant Esotropia (AACE) atau strabismus akuisita, di mana mata menjadi juling ke dalam akibat ketegangan otot mata yang terus-menerus. Pavel et al. mencatat peningkatan kasus strabismus pada anak-anak yang menghabiskan lebih dari 4 jam sehari di depan layar, terutama pada mereka yang sering bermain game di tablet atau ponsel [1]. Jika dibiarkan, strabismus dapat menyebabkan ambliopia (mata malas), di mana satu mata menjadi lebih dominan dibanding yang lain, sehingga mengganggu persepsi kedalaman dan koordinasi mata.

4. Peningkatan Tekanan Intraokular dan Risiko Glaukoma
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menggunakan smartphone dalam pencahayaan rendah dapat meningkatkan tekanan intraokular (IOP), faktor risiko utama glaukoma. Ha et al. menemukan bahwa menulis dan membaca di smartphone dalam kondisi redup meningkatkan tekanan intraokular secara signifikan, yang berisiko menyebabkan kerusakan saraf optik dan kebutaan permanen pada individu yang rentan [1].
Tekanan intraokular yang tinggi dapat memperburuk gangguan aliran darah ke retina, menyebabkan kerusakan permanen pada lapisan saraf mata. Oleh karena itu, mengurangi screen time dalam kondisi cahaya rendah sangat dianjurkan untuk mencegah risiko ini.

5. Video Game Vision Syndrome dan Gangguan Persepsi Visual
Pada anak-anak, screen time yang berkepanjangan, terutama saat bermain video game, dapat menyebabkan Video Game Vision Syndrome (VGVS). Pavel et al. mencatat bahwa anak-anak yang bermain game lebih dari 30 menit tanpa istirahat cenderung mengalami gangguan persepsi kedalaman, astigmatisme, serta gangguan fokus [3].
Fenomena ini terjadi akibat stimulasi visual yang berlebihan, di mana mata terus-menerus 
beradaptasi dengan objek bergerak cepat, menyebabkan kelelahan otot mata. Jika terus berlanjut, VGVS dapat menyebabkan kesulitan membaca, kehilangan stereopsis (kemampuan melihat dalam tiga dimensi), dan peningkatan gangguan refraksi pada anak-anak [3].

Rekomendasi WHO tentang Screen Time
Berdasarkan pedoman terbaru dari World Health Organization (WHO), screen time pada anak harus dibatasi sesuai usia untuk mengurangi dampak negatif terhadap penglihatan:
  • Anak usia di bawah 1 tahun: Tidak disarankan untuk terpapar layar.
  • Anak usia 1–2 tahun: Hindari screen time sebisa mungkin, namun jika diperlukan, maksimal 1 jam per hari.
  • Anak usia 3–4 tahun: Maksimal 1 jam per hari, dengan aktivitas fisik yang lebih dianjurkan [4].
  • Selain itu, WHO juga merekomendasikan istirahat setiap 20 menit saat menggunakan layar, penerangan yang cukup, serta menjaga jarak pandang minimal 30–40 cm untuk mengurangi ketegangan mata dan risiko gangguan refraksi.

Kesimpulan
Screen time yang berlebihan memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan mata, menyebabkan berbagai gangguan mulai dari kelelahan mata, gangguan akomodasi, miopia, hingga strabismus dan glaukoma. Oleh karena itu, penggunaan perangkat elektronik harus diatur dengan bijak sesuai rekomendasi WHO, IDAI, dan AAP. Dengan menerapkan kebiasaan sehat dalam menggunakan layar, risiko gangguan mata akibat screen time dapat diminimalkan.

Referensi:
  1. Pavel IA, Bogdanici CM, Donica VC, et al. Computer Vision Syndrome: An Ophthalmic Pathology of the Modern Era. Medicina. 2023;59(412):1-12.
  2. Huang L, Yang GY, Schmid KL, et al. Screen Exposure during Early Life and the Increased Risk of Astigmatism among Preschool Children: Findings from Longhua Child Cohort Study. Int J Environ Res Public Health. 2020;17(2216):1-13.
  3. Rechichi C, De Mojà G, Aragona P. Video Game Vision Syndrome: A New Clinical Picture in Children? J Pediatr Ophthalmol Strabismus. 2017;54(6):346-355.
  4. World Health Organization. Guidelines on Physical Activity, Sedentary Behaviour and Sleep for Children Under 5 Years of Age. Geneva: WHO; 2019.