Deteksi Dini Faltering Growth pada Anak
Oleh: dr. Afiah Salsabila
Topik: Faltering Growth, Gangguan Pertumbuhan, Stunting
Faltering growth adalah pertambahan berat badan yang lebih lambat dari anak lain dengan usia dan jenis kelamin yang sama. Faltering growth biasanya dinilai pada usia di bawah 2 tahun, meskipun sebenarnya istilah faltering growth bisa saja digunakan pada kelompok usia yang lain.
Menurut World Health Organization (WHO), diagnosis faltering growth dapat dibuat apabila terjadi penurunan z-score pada kurva berat badan menurut usia (BB/U) lebih dari 1(satu) standar deviasi. Tentu saja istilah faltering growth tidak digunakan untuk anak yang sudah terlalu gemuk, misalnya bergeser dari garis kurva +2 atau +1 ke garis di bawahnya.
Perlu juga diperhatikan bahwa kriteria ini tidak bisa diaplikasikan pada neonatus pada 2 minggu pertama kehidupan, ketika penurunan berat badan umum terjadi. Faltering growth dideteksi ketika peningkatan berat badan (dan/ atau tinggi badan) tidak sesuai dengan kriteria yang telah disebutkan sehingga terjadi penurunan nilai z-score. Sebelum sampai ke menentukan penyebab dari faltering growth, perlu dipastikan apakah berat badan anak tidak naik (atau mengalami penurunan z-score) karena dia tidak bertambah tinggi/ panjang ataukah karena dia tidak bertambah gemuk.
Pada buku KIA dan juga di PrimaKu, selain kurva berat badan terhadap usia (BB/U), ada kurva panjang badan/ tinggi badan terhadap usia (PB/U) dan kurva berat badan terhadap panjang badan (BB/PB). Bila posisi anak pada kurva BB/PB di atas garis merah, sangat mungkin tidak ada yang salah dengan pola makan dan kesehatan anak secara umum. Anak mungkin tidak naik berat badannya karena dia tidak bertambah panjang/ tinggi. Pada keadaan ini, Anda harus melihat kurva PB/U. Bila panjang badan anak cenderung turun terhadap kurva, National Institute for Health and Care Excellence (NICE) pada NICE Guideline No. 75 tahun 2017 menyarankan menilai tinggi badan orang tua sebagai penduga potensi tinggi genetik.
Faltering growth dapat disebabkan oleh kondisi malnutrisi yang perlu segera dicari tahu sebabnya, misalnya malabsorbsi intestinal, diare kronik, inflammatory bowel disease, dan penyakit infeksi dan autoimun. Penyakit kronik seperti penyakit jantung bawaan, keganasan dan infeksi jangka panjang juga bisa berkontribusi pada faltering growth di anak karena kondisi-kondisi tersebut meningkatkan keperluan kalori sehari-hari. Faltering growth juga memiliki hubungan erat dengan penurunan IQ, Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), beragam gangguan belajar, dan gangguan keterampilan komunikasi. Untuk mencegah komplikasi-komplikasi tersebut, faltering growth pada anak perlu dideteksi sedini mungkin sebelum menimbulkan dampak jangka panjang.
Pertumbuhan bertujuan untuk mencapai maturasi fisik dan fungsi seorang anak. Proses ini diprogram sedemikian rupa untuk terjadi dalam periode waktu yang spesifik pada tiap tahapnya, sehingga jika terlewatkan berpotensi tidak bisa dikembalikan lagi. Periode spesifik yang dimaksud merujuk pada 1000 hari pertama kehidupan. Pada periode ini, terjadi peningkatan jumlah sel, proses metabolisme, sinaptogenesis, migrasi neuronal, dan pruning sinaps. Supaya proses-proses pertumbuhan dan perkembangan tersebut berjalan dengan optimal, asupan nutrisi perlu dioptimalkan dan disrupsi-disrupsi seperti gangguan metabolisme dan infeksi perlu diminimalisir. Nutrisi yang tidak adekuat dapat terjadi akibat pemberian makanan yang tidak cukup atau jika tubuh mengalami beban metabolisme yang lebih berat akibat penyakit-penyakit kronik. Kesalahan dalam mencampur susu formula, gangguan makan pada anak, food insecurity, dan ketidakcukupan air susu ibu dapat berkontribusi pada kurangnya asupan gizi anak.
Jika kondisi ini ditemukan, penyebabnya perlu dicari melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis, orang tua biasanya mengeluh bahwa anaknya memiliki kesulitan ketika menyusui atau makan. Maka dari itu, riwayat pemberian makan seperti tipe, kuantitas, dan frekuensi makan perlu ditanyakan. Jika anak masih menyusui, durasi menyusui, riwayat pumping, volume air susu ibu (ASI) perlu ditanyakan.
Tentu saja, kita tidak pernah dapat mengetahui berapa volume ASI yang dihisap bayi. Meskipun ada yang berusaha menduga dengan cara memompa dan mengukur volumenya, namun cara ini sangatlah tidak dapat dipercaya. Seperti kita ketahui, produksi ASI sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor emosi dan hormonal yang tidak akan terstimulasi ketika ASI dikeluarkan dengan cara dipompa. Perasaan atau emosi serta hormon yang dipicu keluar ketika ibu memandang anaknya yang sedang menyusu, di samping stimulus yang terjadi ketika mulut si Kecil menghisap ASI langsung dari payudara tentu tidak dapat ditiru oleh pompa.
Susu formula sebagai jenis oral nutritional supplement (ONS) dapat menjadi solusi untuk menghasilkan mengejar ketertinggalan pertumbuhan. Menurut sebuah studi oleh Ghosh dkk., anak di atas umur satu tahun dengan malnutrisi dapat mengalami pertambahan berat badan sebanyak dua kali lipat pada 30 hari pertama jika diberikan nutrisi khusus dan konseling gizi. Sebuah meta-analysis yang mengikutsertakan studi dari Filipina, India, dan Taiwan menunjukkan hasil yang serupa. Namun dengan catatan bahwa pencampuran dan tipe botol yang dipakai sesuai dengan instruksi. Makam pada anak yang diberikan susu formula, cara mencampur susu formula dan tipe botol perlu ditanyakan. Dari pertanyaan tersebut, dapat terlihat jika terdapat restriksi nutrisi atau tidak. Riwayat kelahiran, persalinan, perkembangan, dan kondisi tiap sistem tubuh, dan riwayat keluarga dan sosial perlu ditanyakan untuk mengetahui jika ada faktor risiko penyakit dan sosioekonomi yang dapat mengurangi asupan makan anak.
Faltering growth perlu dideteksi secara dini supaya komplikasi-komplikasi yang dapat diakibatkan penyebabnya dapat dicegah. Jika deteksi dilakukan, intervensi nutrisi seperti pemberian asupan diet dengan protein energy ratio di atas 10% bisa segera dilakukan. Metode utama deteksi faltering growth dilakukan dengan pengukuran antropometri rutin dan anamnesis mendalam untuk menggali etiologi yang mendasarinya. Dengan demikian, pasien bisa mendapatkan tatalaksana yang tepat, sehingga bisa mendapatkan catch-up growth untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhan yang dialaminya.
Referensi:
- Smith AE, Shah M, Badireddy M. Failure to Thrive. [Updated 2023 Nov 12]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459287/
- National Guideline Alliance (UK). Faltering Growth – recognition and management. London: National Institute for Health and Care Excellence (NICE); 2017 Sep. (NICE Guideline, No. 75.) Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK458459/
- Cooke R, Goulet O, Huysentruyt K, Joosten K, Khadilkar AV, Mao M, Meyer R, Prentice AM, Singhal A. Catch-Up Growth in Infants and Young Children With Faltering Growth: Expert Opinion to Guide General Clinicians. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2023 Jul 1;77(1):7-15. doi: 10.1097/MPG.0000000000003784. Epub 2023 Mar 28. PMID: 36976274; PMCID: PMC10259217. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10259217/
- National Guideline Alliance (UK). Faltering Growth – recognition and management. London: National Institute for Health and Care Excellence (NICE); 2017 Sep. (NICE Guideline, No. 75.) 1, Introduction. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536451/
- Endrinikapoulos A, Afifah DN, Mexitalia M, Andoyo R, Hatimah I, Nuryanto N. Study of the importance of protein needs for catch-up growth in Indonesian stunted children: a narrative review. SAGE Open Med. 2023 Apr 17;11:20503121231165562. doi: 10.1177/20503121231165562. PMID: 37101818; PMCID: PMC10123915.
- Zhang Z, Li F, Hannon BA, Hustead DS, Aw MM, Liu Z, Chuah KA, Low YL, Huynh DTT. Effect of Oral Nutritional Supplementation on Growth in Children with Undernutrition: A Systematic Review and Meta-Analysis. Nutrients. 2021 Aug 30;13(9):3036. doi: 10.3390/nu13093036. PMID: 34578914; PMCID: PMC8468927.
- Koshy B, Srinivasan M, Gopalakrishnan S, Mohan VR, Scharf R, Murray-Kolb L, John S, Beulah R, Muliyil J, Kang G. Are early childhood stunting and catch-up growth associated with school age cognition?-Evidence from an Indian birth cohort. PLoS One. 2022 Mar 2;17(3):e0264010. doi: 10.1371/journal.pone.0264010. PMID: 35235588; PMCID: PMC8890627.
ID.2024.46505.PDS.1 (v1.0)