
Gastroparesis pada Anak
Author: dr. Afiah Salsabila
25 Jun 2025
Topik: Sakit Perut, Ilmiah, Gastroparesis
Latar Belakang
Gejala seperti muntah kronik, cepat kenyang, dan nyeri abdomen merupakan keluhan umum dalam praktik klinis pediatri. Umumnya, gejala-gejala tersebut membaik dengan terapi suportif atau pendekatan terhadap penyakit fungsional ringan. Namun, bila menetap atau bersifat progresif, diperlukan evaluasi menyeluruh untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya gangguan motilitas lambung, seperti gastroparesis.
Gastroparesis merupakan kondisi yang jarang ditegakkan pada anak, tetapi penting untuk dicurigai terutama pada pasien dengan gejala persisten yang tidak sesuai dengan diagnosis fungsional biasa, atau pada mereka dengan gangguan neurologis, riwayat prematuritas, atau setelah pembedahan saluran cerna atas. (1) Evaluasi terhadap gastroparesis melibatkan pemeriksaan pencitraan motilitas lambung dan eksklusi obstruksi mekanik.
Definisi dan Etiologi
Gastroparesis didefinisikan sebagai keterlambatan pengosongan lambung tanpa adanya obstruksi mekanik, yang disertai gejala seperti mual, muntah, cepat kenyang, distensi abdomen, dan nyeri epigastrik. (1) Pada anak, gastroparesis dapat bersifat idiopatik atau sekunder akibat infeksi virus, penggunaan obat-obatan (misalnya antikolinergik, opioid), pascaoperasi, atau akibat komorbid seperti palsi serebral, keterlambatan perkembangan, dan gangguan mitokondria. (1,2)
Perbedaan mencolok antara anak dan dewasa adalah pada profil demografi dan gejala utama. Pada bayi dan anak kecil, pasien lebih sering berjenis kelamin laki-laki dan lebih sering datang dengan keluhan muntah. Sebaliknya, pada remaja, perempuan lebih dominan, dan gejala utama adalah nyeri perut kronik dan rasa mual. (1) Ini berbeda dengan populasi dewasa, di mana gastroparesis lebih banyak ditemukan pada perempuan dengan dominasi gejala mual dan nyeri. (1)
Diagnosis
Diagnosis gastroparesis ditegakkan dengan menunjukkan keterlambatan pengosongan lambung melalui uji penapisan seperti gastric emptying scintigraphy (GES), setelah menyingkirkan obstruksi mekanik melalui endoskopi atau radiologi saluran cerna atas. (1) GES tetap menjadi standar baku emas untuk menilai pengosongan lambung pada anak, meskipun validitas normatif usia belum tersedia secara luas. GES pada anak menggunakan standar dewasa (>10% retensi pada 4 jam), meskipun anak-anak usia dini kesulitan mengonsumsi "standard meal" dewasa, dan tidak ada nilai normal berbasis usia yang terstandar. (1)
Alternatif lain yang menjanjikan adalah gastric emptying breath test (GEBT), yang tidak menggunakan radiasi dan dapat digunakan untuk menilai waktu pengosongan lambung secara noninvasif. Namun, uji ini masih terbatas penggunaannya pada anak karena keterbatasan data normatif dan variabilitas metabolik. (1,2)
Tatalaksana
Tatalaksana gastroparesis pada anak dimulai dengan intervensi diet, koreksi elektrolit, dan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering, rendah lemak dan serat, dengan preferensi bentuk cair atau pure. Pada kasus berat, enteral feeding melalui jejunostomi atau bahkan nutrisi parenteral mungkin diperlukan. (2)
Terapi farmakologis meliputi penggunaan agen prokinetik. Domperidon menunjukkan tingkat respons tinggi dengan efek samping rendah, sementara metoklopramid efektif tetapi dibatasi oleh risiko efek samping neurologis seperti diskinesia tardif. (1,2) Eritromisin, yang bekerja sebagai agonis motilin, juga digunakan tetapi rentan terhadap takifilaksis dan memiliki risiko stenosis pilorus bila digunakan terlalu dini pada bayi. (2)
Bila terapi konservatif gagal, tindakan seperti injeksi botulinum intrapilorik dan gastric electrical stimulation (GES) dapat dipertimbangkan, meskipun data efikasi jangka panjang pada anak masih terbatas. Intervensi pembedahan seperti piloroplasti atau jejunostomi dapat dipertimbangkan pada kasus refrakter. (2)
Kesimpulan
Gastroparesis merupakan diagnosis penting namun kerap terlewatkan dalam spektrum gangguan saluran cerna kronik pada anak. Gejalanya tumpang tindih dengan dispepsia fungsional, dan diagnosis hanya dapat ditegakkan dengan dokumentasi keterlambatan pengosongan lambung tanpa obstruksi anatomis. Penting bagi dokter anak untuk memahami bahwa presentasi gastroparesis pada anak tidak identik dengan dewasa, dan evaluasi serta tata laksananya perlu disesuaikan dengan usia dan karakteristik klinis pasien.
Intervensi dini, pendekatan multimodal, serta pemantauan nutrisi dan pertumbuhan secara berkala sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup anak dengan gastroparesis. Penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk mengembangkan standar diagnostik pediatrik yang valid dan terapi yang lebih terarah.
Daftar Pustaka
- Saliakellis E, Fotoulaki M. Gastroparesis in children. Ann Gastroenterol. 2013;26(3):204–211.
- Lu PL, Di Lorenzo C. Gastroparesis in the Pediatric Patient: Children Are Not Little Adults. Gastrointest Disord. 2020;2(2):86–95. https://doi.org/10.3390/gidisord2020008