Greenstick Fractures: Pendekatan dan Prognosis
Oleh: dr. Afiah Salsabila
Topik: Tulang, fraktur, greenstick
Fraktur greenstick adalah jenis fraktur yang hanya mengenai korteks dan periosteum tulang secara sebagian. Tulang yang paling sering terkena greenstick fracture adalah tulang panjang seperti fibula, tibia, ulna, humerus, radius, dan klavikula. Jenis fraktur ini menyumbang sebanyak 12% dari total kasus kegawatan pada anak yang disebabkan oleh cedera muskuloskeletal. Fraktur greenstick bisa terjadi pada usia berapa saja namun lebih sering terjadi pada anak di bawah 10 tahun. Artikel ini akan membahas mengenai diagnosis dan tatalaksana jenis greenstick fracture pada anak.
Mekanisme cedera yang dapat menyebabkan fraktur greenstick beragam, mulai dari kecelakaan lalu lintas, cedera olahraga, hingga trauma yang disengaja di mana anak dipukul dengan sebuah benda. Namun, penyebab greenstick fracture yang paling sering adalah jatuh fall-on-an-outstretched-hand (FOOSH). Istilah FOOSH mendeskripsikan mekanisme jatuh di mana bagian pertama yang terbentur lantai adalah tangan yang diluruskan ke arah luar.
Anamnesis yang perlu dilakukan pada anak yang dicurigai mengalami fraktur greenstick tidak jauh berbeda dari kasus fraktur yang lainnya. Umur, jenis kelamin, lokasi anatomis, jaringan lunak yang terlibat (terbuka vs. tertutup), dan mekanisme trauma perlu ditanyakan. Hasil anamnesis perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisik. Selain tulang dan jaringan lunak sekitar, persendian yang terletak di atas dan di bawah lokasi fraktur juga perlu dievaluasi untuk melihat apakah ada fraktur yang tersembunyi atau terdapat potensi fraktur pada bagian tersebut. Hasil pemeriksaan fisik yang sering ditemukan pada kasus fraktur greenstick adalah range-of-motion yang terbatas, dan nyeri pada palpasi. Ekimosis, laserasi, dan abrasi juga perlu diperhatikan. Selain itu, cedera pada nervus medianus perlu dicurigai karena sering terjadi bersamaan dengan fraktur greenstick. Mekanisme yang disebabkan oleh kekerasan perlu dicurigai jika terdapat ekimosis dan cedera multipel yang berada pada tahap penyembuhan yang berbeda-beda dan tidak mengikuti pola cedera yang sesuai dengan umur.
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada kasus curiga fraktur greenstick adalah X-ray pada ekstremitas yang mengalami cedera. Pada pencitraan dengan X-ray, fraktur greenstick tampak sebagai garis yang mengenai periosteum dan korteks pada satu sisi namun tidak menembus sisi di seberangnya.
Semua kasus fraktur greenstick perlu ditatalaksana dengan imobilisasi untuk mencegah fraktur ulang dan progresi menjadi fraktur komplet. Imobilisasi dilakukan dengan pemasangan cast selama sekitar 6 minggu pada fraktur. Jika fraktur terjadi pada bagian distal lengan, pasien dapat dipasang short arm cast sedangkan pada fraktur proksimal, jenis cast yang dipakai adalah long arm cast. Jika angulasi yang dihasilkan oleh fraktur signifikan, maka perlu dilakukan reduksi tertutup.
Dengan tatalaksana yang adekuat, fraktur greenstick memiliki prognosis yang baik. Mayoritas dari anak yang mengalami fraktur greenstick sembuh tanpa gangguan fungsional dan estetik yang mencolok. Untuk meningkatkan kesuksesan tatalaksana, follow-up ortopedik setelah pemasangan cast perlu dilakukan untuk menurunkan risiko komplikasi.
Fraktur greenstick adalah jenis fraktur yang terjadi sering terjadi pada anak. Prognosisnya baik. Namun, jika dibiarkan dan tidak ditatalaksana dengan baik, dapat berprogesi menjadi jenis fraktur yang lebih berat. Maka dari itu, fraktur greenstick tetap tidak boleh disepelekan dan perlu diatasi dengan terapi yang tepat sedini mungkin untuk mencegah komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi.
Referensi:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513279/