primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Inilah Hal-Hal yang Perlu Diwaspadai pada Gigitan Binatang

Oleh: dr. Afiah Salsabila

Topik: Anjing, rabies, binatang, gigitan, kucing, Tatalaksana

Gigitan binatang adalah hal yang menakutkan bagi anak dan orang tuanya. Kejadian ini bisa menyebabkan kecacatan hingga penularan penyakit zoonotik pada penderitanya. Penyakit yang kerap ditularkan melalui mekanisme ini adalah rabies. Untuk bisa menyiasati kasus gigitan binatang, seorang dokter perlu memiliki pengetahuan mengenai tatalaksananya dan komplikasi yang dapat terjadi jika pasien tidak ditangani dengan benar.

Kasus gigitan anjing paling sering diakibatkan oleh anjing (60-90%) dan diikuti oleh kucing (5-20%). Pada anak, anggota tubuh yang lebih sering terkena adalah kepala, wajah, dan leher karena secara proporsional bagian-bagian tersebut lebih dominan relatif dengan bagian tubuh lainnya dibandingkan dengan pada orang dewasa. Gigitan anjing lebih sering terjadi pada laki-laki, sementara itu gigitan kucing lebih sering terjadi pada perempuan. Biasanya gigitan terjadi karena binatang terprovokasi oleh manusia.

Luka yang diakibatkan oleh gigitan binatang terjadi akibat trauma fisik yang dihasilkan oleh gigi yang menusuk dan/atau merobek jaringan lunak. Jika anjing yang menggigit berukuran besar, gigitan yang dihasilkan juga bisa memproduksi tekanan tumpul berenergi tinggi, sehingga bisa sampai menyebabkan fraktur.

Pasien gigitan anjing yang baru datang ke instalasi gawat darurat perlu diberi tatalaksana awal layaknya pasien trauma lainnya. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah primary survey yang terdiri dari penilaian jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi atau kerap disebut sebagai asesmen airway, breathing, dan circulation (ABC). Sesaat setelah asesmen ABC, perlu dilakukan dengan stabilisasi ketiga aspek tersebut, misalkan balut tekan pada perdarahan aktif yang terjadi.

Setelah pasien stabil, bisa dilakukan secondary survey, lalu anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada kasus gigitan anjing, anamnesis harus fokus pada hal-hal berikut: kejadian seputar gigitan anjing, lokasi anatomis yang digigit, jenis binatang, waktu terjadinya gigitan, kondisi binatang yang menggigit apakah menunjukkan tanda patologis, serta gejala yang dialami pasien setelah digigit binatang bersangkutan. Gejala yang perlu ditanyakan meliputi demam, kemerahan lokal, pembengkakan, hangat, dan ada atau tidaknya nanah yang keluar dari luka. Jika pasien stabil, luka yang terjadi akibat gigitan perlu diperiksa untuk melihat dasar luka dan keberadaan benda asing yang menancap di luka (misalkan patahan gigi binatang yang menggigit, kuku, tanah, bahan tanaman). Keadaan neurovaskuler perlu diperhatikan. Riwayat kondisi yang menyebabkan imunosupresi juga perlu ditanyakan (i.e. transplant, konsumsi kortikosteroid, diabetes, HIV/AIDS, dan lain-lain). karena hal ini berhubungan dengan penyembuhan luka dan pertahanan terhadap patogen yang bisa masuk lewat luka.

Tatalaksana luka pada kasus gigitan binatang dimulai dengan irigasi yang ekstensif. Di negara-negara di mana rabies masih menjadi kekhawatiran, pencucian luka dilakukan dengan air mengalir dan sabun selama lebih dari 15 menit. Hal ini untuk membunuh virus rabies yang dapat ditularkan. Usaha selanjutnya untuk mencegah infeksi rabies adalah pemberian VAR dan SAR. Keputusan untuk memberi SAR dan VAR ditentukan oleh kondisi hewan yang menggigit. Algoritma untuk membuat keputusan tersebut bisa dilihat pada Tabel 1. Adapun dosis SAR dan VAR yang diberi bisa dilihat pada Tabel 2 dan 3. Vaksin lain yang perlu dipertimbagkan adalah vaksin tetanus. JIka luka pasien terkontaminasi, pasien perlu diberi vaksin TDap dan tetanus immunoglobulin (TIG).

Gambar 1. Algoritma pemberian SAR dan VAR setelah gigitan binatang



Tabel 1. Dosis VAR


Tabel 2. Dosis SAR


Untuk penyembuhan lukanya sendiri, penyembuhan primer atau sekunder dipilih berdasarkan bentuk luka dan jika lukanya terkontaminasi atau tidak. Luka yang terjadi lama sebelum dibawa ke dokter sebaiknya dilakukan penyembuhan sekunder karena berisiko terkontaminasi. Jika luka dijahit, pasien perlu dipulangkan dengan amoxicillin-clavulanate selama seminggu. Amoxicillin-clavulanate juga perlu diberikan pada semua pasien dengan gigitan yang terjadi pada tangan dan kaki, gigitan pada pasien imunokompromais, da/atau luka gigitan yang menunjukkan tanda infeksi perlu diberi amoxicillin-clavulanate. JIka anak alergi dengan penicillin, pasien bisa diberikan TMP-SMX ditambah dengan metronidazole atau clindamycin sebagai alternatif.

Tatalaksana gigitan anjing lumayan sederhana, namun tetap harus dilakukan dengan cepat dan tepat seperti keadaan emergensi lainnya. Prinsip yang paling penting adalah primary survey, pemberian SAR dan VAR sesuai indikasi, pemberian antibiotik sesuai dengan indikasi, pencucian luka dengan air mengalir dan sabun, serta perawatan luka yang optimal.







Referensi:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430852/

https://p2pm.kemkes.go.id/storage/publikasi/media/file_1619049298.pdf

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448076/




familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: