primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Japanese Encephalitis: Hal-Hal Penting yang Harus Diperhatikan!

Oleh: Editorial Primapro

Topik: Infeksi, Vaksin Anak, Japanese Encephalitis

Japanese encephalitis (JE) adalah penyakit yang disebabkan oleh Japanese encephalitis virus (JEV), sebuah virus dengan genus Flavivirus. JE tersebar luas di Asia, termasuk Jepang, China, India, beberapa bagian di Australia,. Selain di negara-negara tersebut, insidensinya lumayan tinggi pada daerah-daerah tertentu di Indonesia, seperti Bali. Maka dari itu, penyakit ini cukup relevan untuk didalami demi meningkatkan kesehatan masyarakat negeri ini. Berbagai cara telah diimplementasikan untuk mengurangi insidensi penyakit ini. Berikut adalah hal-hal penting yang perlu diketahui mengenai JE.


JE adalah Penyakit zoonotik yang menyebar melalui gigitan nyamuk, terutama Culex tritaeniorhynchus. Nyamuk ini aktif di malam hari dan berkembang biak di area persawahan dan genangan air. Nyamuk ini menyebarkan JEV ke babi dan burung air, yang kemudian menjadi reservoir JE. Jika nyamuk yang telah menggigit babi atau burung yang terinfeksi menggigit manusia, manusia tersebut bisa terinfeksi dengan JE.


Insidensi JE bervariasi tergantung musim dan kondisi iklim. Biasanya, JE memuncak selama musim hujan atau setelahnya, ketika populasi nyamuk meningkat. Di beberapa daerah, vaksinasi terhadap JE telah membantu mengurangi angka kejadian penyakit ini secara signifikan. Indonesia diakui sebagai negara endemik JE. Penelitian menunjukkan bahwa babi dan burung air di Indonesia berperan penting sebagai reservoir JEV. Daerah-daerah dengan lahan pertanian yang luas dan keberadaan babi yang signifikan memiliki risiko lebih tinggi untuk penyebaran virus ini. Kasus-kasus JE sering dilaporkan dari daerah-daerah seperti Bali, Jawa, dan Sumatra, di mana interaksi antara manusia dan hewan reservoir cukup intens.


Setelah masa inkubasi sekitar 4-15 hari, gejala awal JE dapat meliputi demam, sakit kepala, dan gejala gastrointestinal. Dalam kasus yang parah, infeksi dapat berkembang menjadi ensefalitis dengan gejala seperti kekakuan leher, disorientasi, koma, kejang, dan kelumpuhan. Mortalitas kasus JE derajat berat bisa mencapai 20-30%, dan banyak dari mereka yang sembuh mengalami defisit neurologis jangka panjang.


Diagnosis JE sering didasarkan pada gejala klinis dan riwayat perjalanan atau tinggal di daerah endemik. Tes laboratorium, seperti deteksi antibodi IgM spesifik JEV dalam serum atau cairan serebrospinal (CSF), digunakan untuk mengkonfirmasi infeksi.


Vaksinasi adalah langkah pencegahan utama terhadap JE. Beberapa jenis vaksin telah tersedia, termasuk vaksin inaktivasi (virus mati) dan vaksin hidup yang dilemahkan. Vaksinasi dianjurkan bagi orang-orang yang tinggal di atau bepergian ke daerah endemik, terutama bagi mereka yang akan tinggal dalam jangka waktu lama atau berpartisipasi dalam kegiatan luar ruangan yang meningkatkan risiko gigitan nyamuk.


Selain vaksinasi, pengendalian nyamuk dan perlindungan pribadi terhadap gigitan nyamuk merupakan strategi penting. Ini termasuk penggunaan kelambu, pakaian pelindung, dan repellant serangga yang mengandung DEET. Pengelolaan lingkungan, seperti pengendalian genangan air dan penyemprotan insektisida, juga berperan dalam mengurangi populasi nyamuk vektor.


Tidak ada pengobatan spesifik untuk JE; penatalaksanaan terutama bersifat suportif, yang bertujuan untuk mengurangi gejala dan mendukung fungsi tubuh pasien yang terkena. Perawatan intensif mungkin diperlukan untuk kasus yang parah, termasuk manajemen kejang dan dukungan pernapasan. Penelitian terus berlanjut untuk menemukan terapi antiviral yang efektif, tetapi hingga saat ini, pencegahan melalui vaksinasi dan pengendalian nyamuk tetap menjadi strategi utama dalam memerangi Japanese encephalitis.


Japanese encephalitis adalah penyakit virus serius yang dapat menyebabkan ensefalitis akut dan memiliki angka fatalitas yang tinggi. Meskipun tidak ada pengobatan spesifik untuk JE, vaksinasi dan pengendalian nyamuk merupakan langkah pencegahan yang efektif. Mengingat potensi dampak kesehatan yang signifikan, terutama di daerah endemik, penting bagi masyarakat dan petugas kesehatan untuk memahami risiko dan langkah-langkah pencegahan yang tersedia.


Referensi


Simon LV, Sandhu DS, Goyal A, et al. Japanese Encephalitis. [Updated 2023 Aug 28]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470423/



Garjito TA, Widiarti, Anggraeni YM, Alfiah S, Tunggul Satoto TB, Farchanny A, et al. Japanese encephalitis in Indonesia: An update on epidemiology and transmission ecology. Acta Tropica. 2018;187:240-7.


familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: