primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Keterlambatan Pubertas: Etiologi, Diagnosis, dan Tatalaksana

Oleh: Editorial Primaku

Topik: Pubertas Terlambat, Pubertas

Pubertas adalah proses di mana tubuh seorang anak mengalami perubahan-perubahan fisik dan emosional hingga mencapai maturitas seksual. Pada umumnya, pubertas terjadi pada usia 8 hingga 14 tahun pada perempuan dan 9 hingga 15 tahun pada laki-laki. Pada beberapa anak, pubertas terjadi lebih telat dari kebanyakan anak-anak lainnya. Anak dengan keterlambatan pubertas perlu diberi perhatian khusus karena selain bisa menjadi pertanda adanya penyakit lain yang mendasari, kondisi ini juga dapat berpengaruh pada keadaan psikososial anak. Berikut adalah pendekatan yang sebaiknya dilakukan pada anak dengan keterlambatan pubertas.

Kriteria diagnosis keterlambatan pubertas berbeda antara anak perempuan dan anak laki-laki. Pada anak perempuan, definisi keterlambatan pubertas adalah belum tumbuhnya payudara (thelarche) pada usia 13 tahun, keterlambatan lebih dari 4 tahun sejak thelarche dan selesainya pubertas, atau belum terjadinya menstruasi pertama (menarche) hingga usia 16 tahun; pada laki-laki, keterlambatan pubertas adalah belum adanya pembesaran testis pada usia 14 tahun atau terdapat lebih dari 5 tahun sejak mulai adanya pembesaran testis dan selesainya pubertas.

 Penyebab keterlambatan pubertas sangat beragam. Beberapa penyebab kondisi ini ada yang menjadi penyebab tersering di perempuan saja, di laki-laki saja, atau di kedua jenis kelamin. Hipogonadisme hipogonadotropik adalah kondisi di mana terjadi penurunan produksi kadar hormon seks oleh gonad akibat turunnya kadar gonadotropin-releasing hormone (GnRH) oleh hipotalamus. Kondisi ini bisa terjadi secara kongenital seperti pada panhipopituitarisme, walaupun sangat jarang, serta secara didapat akibat tekanan eksternal. Tekanan eksternal yang dapat menyebabkan hipogonadisme hipogonadotropik meliputi penyakit kronis (contohnya asma, anemia, cystic fibrosis, dan lain-lain) dan malnutrisi. Malnutrisi dapat terjadi akibat kondisi sosial ekonomi yang tidak memadai maupun gangguan makan seperti anoreksia nervosa. Walaupun gangguan makan lebih sering terjadi pada anak perempuan, kondisi tersebut masih mungkin untuk terjadi pada anak laki-laki.

Pada anak laki-laki, constitutional delay of puberty and growth (CDPG) menyebabkan 63% dari semua kasus keterlambatan pubertas. Pada CDPG, tempo pertumbuhan lebih lambat dari anak-anak lainnya pada kelahiran, anak dengan CDPG memiliki ukuran yang normal, kemudian kecepatan pertumbuhan melambat mulai usia tiga hingga enam bulan. Setelah usia tiga hingga empat tahun, pertumbuhan parallel pada kurva pertumbuhan normal namun di bawah garis persentil ketiga. Pada saat pubertas, kecepatan penambahan tinggi badan jauh lebih rendah dari anak laki-laki lainnya (dua hingga empat centimeter).Pada umumnya, anak laki- laki mengalami growth spurt ketika volume testis mencapai 10 ml. Hal ini biasanya terjadi pada saat anak berumur 15-17 tahun. Selain CDPG, keterlambatan pubertas bisa terjadi akibat hipogonadisme hipogonadotropik dan hipogonadisme hipergonadotropik. Hipogonadisme hipogonadotropik bisa terjadi akibat kelainan bawaan seperti sindrom Kallman dan hipogonadisme hipergonadotropik bisa terjadi akibat gangguan gonad primer seperti pada sindrom Klinefelter atau cedera testis akibat radiasi untuk tatalaksana keganasan, pembedahan untuk kritorkisme atau torsio testis, dan orkitis akibat penyakit mumps.

Tidak seperti pada laki-laki, hipogonadisme hipogonadotropik adalah etiologi keterlambatan pubertas yang lebih sering terjadi dibandingkan dengan CDPG. Kondisi ini sering terjadi secara sekunder akibat penurunan kadar lemak tubuh yang berlebih akibat anoreksia nervosa. Sindrom Kallman juga bisa menjadi penyebab keterlambatan pubertas di perempuan, tetapi tidak sesering pada laki-laki. Hipogonadisme hipergonadotropik biasanya terjadi akibat fungsi ovarium yang terganggu. Fungsi ovarium yang terganggu memiliki hubungan erat dengan penyakit autoimun pada perempuan, misalkan dengan diabetes mellitus tipe I dan tiroiditis Hashimoto. Jika anak perempuan memiliki hipogonadisme hipogonadotropik yang disertai tinggi badan yang pendek, maka sindrom Turner perlu dicurigai.

Untuk menentukan etiologi keterlambatan pubertas, maka perlu dilakukan anamnesis, evaluasi pertumbuhan dan perkembangan anak, serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi. Anamnesis perlu mengikutsertakan pertanyaan mengenai pertumbuhan tinggi, perkembangan payudara, testis, bau badan, pertumbuhan rambut pada ketiak, dan jerawat. Riwayat kelahiran, imunisasi, pola makan, obat-obatan, penyakit, pembedahan serta riwayat psikososial, khususnya kehidupan di rumah dan di sekolah perlu ditanyakan. Selain pemeriksaan semua sistem tubuh untuk mengidentifikasi kondisi patologis yang mungkin ada pada tubuh, pemeriksaan fisik perlu meliputi pemeriksaan tinggi badan, penentuan Tanner stage, dan indeks massa tubuh (IMT) penting untuk dilakukan. Selanjutnya, jika diperlukan, usia tulang (bone age) bisa diperiksa dengan melakukan foto polos pada tangan dan pergelangan tangan kiri jika CDPG dicurigai, ultrasonografi abdomen untuk melihat struktur anatomis genitalia dalam jika ada kecurigaan hipogonadisme, dan MRI untuk melihat jika ada hipogonadisme hipogonadotropik yang dicurigai akibat tumor atau sindrom Kallman.

CDPG umumnya tidak memerlukan tatalaksana. Namun, jika keterlambatan pubertas yang dialami mengganggu kualitas hidup akibat stress psikologis, misalkan akibat bullying, maka pemberian hormon testosterone intramuskular untuk anak laki-laki dan hormon estrogen oral untuk perempuan secara jangka pendek dapat dilakukan. Pengawasan perkembangan perlu dilakukan dengan seksama selama tatalaksana hormonal diberikan. Bagi anak-anak dengan hipogonadisme permanen, terapi hormon seks dilakukan secara jangka panjang. Dosis dimulai dalam jumlah rendah kemudian secara perlahan ditingkatkan. Durasi tatalaksana pada hipogonadisme permanen biasanya dilakukan selama 12-24 bulan.

Keterlambatan pubertas adalah kondisi yang dapat menyebabkan dampak fisik dan emosional yang mendalam bagi anak. Oleh karena itu, kondisi ini harus ditangani dengan baik supaya kualitas hidup anak dapat terjaga. Dengan mengetahui etiologi dari keterlambatan pubertas, tatalaksana yang tepat dan komprehensif dapat diberikan pada penyintas kondisi tersebut sehingga anak dapat memiliki masa pertumbuhan dan perkembangan yang menyenangkan dan adekuat untuk bisa tumbuh menjadi individu yang produktif dan percaya diri.


ReferensI

Tang C, Zafar Gondal A, Damian M. Delayed Puberty. [Updated 2023 Jul 31]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544322/


familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: