primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Leptospirosis: Diagnosis dan Tatalaksana

Oleh: Editorial Primapro

Topik: Infeksi, leptospirosis

Leptospirosis adalah salah satu penyakit zoonotik yang paling sering terjadi di dunia. Penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri Leptospira ini dapat menyebabkan derajat keparahan yang beragam, mulai dari yang ringan hingga berat. Penyakti ini juga bisa mengenai siapa saja, anak maupun dewasa. Artikel ini akan membahas etiologi, patogenesis, diagnosis, dan tatalaksana leptospirosis pada anak secara singkat.


Leptospira dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan cairan tubuh binatang yang mengidapnya. Terdapat 160 spesies binatang yang dapat menularkan leptospirosis. Di antaranya meliputi binatang ternak, babi, tikus, kuda, anjing, dan mamalia lainnya.

Bakteri Leptospira dapat tahan di air tawar selama 16-24 hari, sehingga seringkali menginfeksi individu yang berenang di perairan yang terkontaminasi dengannya. Di Indonesia, leptospira sering terjadi saat keadaan banjir.


Ketika bakteri masuk ke tubuh, leptospira akan tersebar ke sistem limfatik dan kemudian ke aliran darah. Dari aliran darah, leptospira dapat bermuara di hati dan ginjal, menyebabkan kerusakan pada organ-organ tersebut. Leptospirosis dapat bermanifestasi dalam dua cara: anikterik dan ikterik. Leptospirosis anikterik adalah ketika leptospirosis terjadi secara ringan. Pada kondisi ini, pasien hanya mengalami gejala-gejala seperti nyeri kepala, nyeri otot, penurunan napsu makan, dan diare. Leptospirosis jenis tersebut jarang sekali mengakibatkan kematian. Namun, pada beberapa kasus, leptospirosis anikterik dapat kambuh kembali dan muncul sebagai meningitis aseptik, sehingga pasien dengan leptospirosis anikterik perlu tetap diawasi. Pada leptospirosis ikterik, pasien mengalami jaundice, gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, perdarahan, dan gangguan pernapasan. Manifestasi lepstospirosis ikterik berpotensi untuk menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan baik. Menurut penelitian, insidensi leptospirosis ikterik lebih rendah di populasi anak dan lebih sering di dewasa. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa pasien anak dapat mengalaminya juga.


Diagnosis leptospirosis dibuat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi tes aglutinasi mikroskopik, serta tes fungsi ginjal (ureum dan kreatinin), fungsi hati, tes darah, dan pencitraan pada toraks. Jika ada kecurigaan meningitis, dapat dilakukan pungsi lumbal.

Pengobatan leptospirosis adalah antibiotik dan terapi suportif. Antibiotik yang sering digunakan adalah doksisiklin, amoksisilin, atau ampicilliin. Jika manifestasi penyakitnya berat, maka penicillin G dapat dipertimbangkan.


Pencegahan leptospirosis melibatkan langkah-langkah untuk mengurangi risiko paparan terhadap bakteri Leptospira. Ini termasuk menghindari kontak langsung dengan air atau tanah yang mungkin terkontaminasi oleh urin hewan, menggunakan sepatu bot atau sarung tangan saat bekerja di lingkungan yang berisiko, dan mencuci tangan secara teratur setelah beraktivitas di luar ruangan.


Leptospirosis adalah penyakit infeksi bakteri yang dapat memengaruhi manusia dan hewan, terutama di daerah tropis dan subtropis. Meskipun sebagian besar kasus adalah ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya, beberapa kasus dapat berkembang menjadi bentuk yang lebih parah dan mengancam jiwa. Oleh karena itu, penting bagi dokter anak untuk mengenali gejala leptospirosis, melakukan diagnosis yang tepat, dan memberikan perawatan yang sesuai kepada pasien untuk mencegah komplikasi dan mempercepat pemulihan. Selain itu, pendidikan kepada masyarakat tentang praktik kebersihan yang baik dan pencegahan penularan bakteri Leptospira juga merupakan kunci dalam mengendalikan penyebaran leptospirosis di masyarakat.


Referensi


Wang S, Stobart Gallagher MA, Dunn N. Leptospirosis. [Updated 2022 Oct 17]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441858/


 Guerrier G, Hie P, Gourinat AC, Huguon E, Polfrit Y, Goarant C, D'Ortenzio E, Missotte I. Association between age and severity to leptospirosis in children. PLoS Negl Trop Dis. 2013 Sep 26;7(9):e2436. doi: 10.1371/journal.pntd.0002436. PMID: 24086780; PMCID: PMC3784464.


familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: