MSG: Bahaya atau Tidak?
Oleh: Editorial Primaku
Topik: MSG, Nutrisi
Monosodium glutamat (MSG) merupakan penguat rasa (flavor enhancer) yang banyak ditambahkan pada makanan olahan. MSG memberikan cita rasa gurih (umami) pada makanan. Molekul ini bisa ditemukan secara alami di makanan-makanan tinggi protein seperti daging hewan ternak, ikan, serta sayur-sayuran seperti tomat, jamur, dan brokoli. Konsumsi MSG dinilai aman oleh berbagai badan pengaturan obat dan makanan di seluruh dunia. Menurut Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, MSG aman dikonsumsi dengan jumlah 30 mg/kg/hari. Namun, ada beberapa studi yang melaporkan kasus-kasus sensitivitas pada MSG dan efek samping lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan MSG berpotensi menimbulkan obesitas dan resistensi insulin pada manusia. Diduga MSG mengganggu keseimbangan hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang seperti leptin dan ghrelin. Sebuah studi kohort dan sebuah studi potong lintang menunjukkan hubungan antara MSG dan obesitas. Namun, studi lain menunjukkan bahwa makanan yang mengandung MSG tidak meningkatkan kadar ghrelin di darah secara signifikan dibandingkan dengan makanan yang mengandung NaCl. Hubungan MSG dengan obesitas bisa lebih dijelaskan dengan meningkatnya kenikmatan makanan setelah diberikan MSG dan mengganggu fungsi leptin (hormon yang mensinyair rasa kenyang).
Pada beberapa studi, eliminasi MSG pada pasien dengan dermatitis atopik (DA) dapat memperbaiki gejala dengan signifikan. Hal ini dapat terjadi karena MSG dan aditif makanan lainnya dapat menjadi molekul pencetus untuk reaksi hipersensitivitas. Pemberian MSG oral sebanyak 75 mg/kg atau 150 mg/kg menunjukkan bahwa MSG dapat menimbulkan nyeri kepala. Namun, hasil dari penelitian-penelitian tersebut harus diinterpretasikan dengan hati-hati karena jumlah sampel yang dipakai relatif kecil.
Kesimpulannya, dalam dosis yang masih wajar, MSG masih tergolong aman. Namun, jika berlebih, dapat mengakibatkan efek yang tidak diinginkan seperti obesitas dan perburukan penyakit akibat hipersensitivitas seperti dermatitis atopik. Perlu diperhatikan bahwa tidak hanya MSG, zat nutrisi atau molekul lainnya juga bisa berbahaya dalam jumlah yang berlebih. Studi mengenai efek jangka panjang MSG juga masih belum jelas karena penelitian-penelitian mengenai MSG belum menunjukkan hasil-hasil yang konklusif dan menggunakan jumlah sampel yang sedikit. Untuk sekarang, pakai MSG secukupnya dan hindari pemakaian berlebih.
Referensi
Zanfirescu A, Ungurianu A, Tsatsakis AM, Nițulescu GM, Kouretas D, Veskoukis A, Tsoukalas D, Engin AB, Aschner M, Margină D. A review of the alleged health hazards of monosodium glutamate. Compr Rev Food Sci Food Saf. 2019 Jul;18(4):1111-1134. doi: 10.1111/1541-4337.12448. Epub 2019 May 8. Erratum in: Compr Rev Food Sci Food Saf. 2020 Jul;19(4):2330. PMID: 31920467; PMCID: PMC6952072.
Banerjee A, Mukherjee S, Maji BK. Worldwide flavor enhancer monosodium glutamate combined with high lipid diet provokes metabolic alterations and systemic anomalies: An overview. Toxicol Rep. 2021 Apr 29;8:938-961. doi: 10.1016/j.toxrep.2021.04.009. PMID: 34026558; PMCID: PMC8120859.
Chakraborty SP. Patho-physiological and toxicological aspects of monosodium glutamate. Toxicol Mech Methods. 2019 Jul;29(6):389-396. doi: 10.1080/15376516.2018.1528649. Epub 2019 May 6. PMID: 30273089.