Night Terrors pada Anak
Oleh: dr. Afiah Salsabila
Topik: Night Terrors, Gangguan tidur, Parasomnia
Pendahuluan
Night terrors, juga dikenal sebagai sleep terrors atau pavor nocturnus, adalah salah satu jenis parasomnia yang sering terjadi pada anak-anak. Kondisi ini ditandai oleh episode ketakutan yang intens dan tiba-tiba saat tidur, khususnya saat fase tidur NREM, yang biasanya terjadi beberapa jam pertama setelah anak tertidur. Walaupun secara umum kondisi ini tidak terlalu membahayakan, anak yang mengalami night terrors kerap memiliki gejala yang dapat membuat orang tua khawatir, seperti berteriak, pergerakan tubuh yang tiba-tiba, dan respons otonom seperti peningkatan detak jantung dan berkeringat ketika tertidur. [1,2] Dengan pemahaman mengenai etiologi, diagnosis, dan tatalaksana night terrors, Dokter dapat memberikan arahan yang lebih baik kepada keluarga dalam mengatasi anak yang mengalami kondisi ini.
Etiologi
Penyebab pasti dari night terrors belum sepenuhnya diketahui, namun berbagai penelitian menunjukkan adanya faktor genetik, perkembangan, lingkungan, dan fisiologis yang memengaruhinya. Menurut studi-studi yang ada, sekitar 1% hingga 6,5% anak-anak berusia 1 hingga 12 tahun mengalami night terrors, dengan puncak prevalensi pada usia 5 hingga 7 tahun [1]. Adanya riwayat keluarga yang terkena night terrors meningkatkan risikonya pada anak, dengan prevalensi yang lebih tinggi di antara anak-anak dengan kerabat tingkat pertama yang juga mengalami kondisi ini. Penelitian pada anak kembar menunjukkan korelasi yang lebih kuat di antara kembar monozigot, mendukung adanya komponen genetik sebagai salah satu faktor risiko [1,2].
Faktor lingkungan dan gaya hidup juga dapat memicu night terrors, termasuk kurang tidur, stres, aktivitas fisik yang berlebihan, dan infeksi yang menyebabkan demam. Selain itu, komorbiditas seperti attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), obstructive sleep apnea, dan epilepsi telah disorot sebagai beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan parasomnia pada anak-anak [1]. Night terrors juga berkaitan dengan alel spesifik, termasuk HLA DQB105:01 dan DQB1*04, yang ditemukan lebih sering pada individu yang terdampak [1,3].
Diagnosis
Diagnosis night terrors seringkali didasarkan pada pengamatan orang tua. Ciri-ciri utama meliputi arousal parsial dari tidur dalam, yang disertai ketakutan intens, teriakan, dan gejala otonom lainnya seperti peningkatan detak jantung dan pernapasan. Anak bisa ditemukan dalam berbagai posisi, bisa dalam keadaan berbaring, duduk, menampilkan ekspresi ketakutan, atau bahkan berusaha "melarikan diri." Kebanyakan episode berlangsung beberapa menit tetapi dapat berlanjut hingga satu jam dalam beberapa kasus [1,3].
Penting untuk membedakan night terrors dari parasomnia lain, seperti mimpi buruk, confusional arousal, dan kejang nokturnal. Mimpi buruk biasanya terjadi dalam fase REM dan disertai ingatan yang jelas mengenai mimpi tersebut, sedangkan night terrors muncul dari tidur NREM dan biasanya tidak diingat oleh anak. Confusional arousal bisa meniru night terrors, namun biasanya tanpa respons otonom dan ketakutan yang intens. Jika episode sering terjadi atau tampak tidak lazim, video-polysomnography mungkin diperlukan untuk mengevaluasi kemungkinan epilepsi nokturnal [1,3].
Tatalaksana
Kondisi ini tidak memerlukan intervensi khusus tidak diperlukan. Pada kebanyakan kasus, penanganan berupa edukasi kepada orang tua sudah cukup. Orang tua disarankan untuk tidak membangunkan anak selama episode karena ini dapat memperpanjang atau memperparah episode. Praktik sleep hygiene yang baik, seperti menetapkan waktu tidur yang konsisten dan durasi yang cukup, adalah langkah pencegahan yang penting. American Academy of Sleep Medicine (AASM):
- Usia 4 bulan hingga 12 bulan: 12 hingga 16 jam per 24 jam
- Usia 1 hingga 2 tahun: 11 hingga 14 jam per 24 jam
- Usia 3 hingga 5 tahun: 10 hingga 13 jam per 24 jam
- Usia 6 hingga 12 tahun: 9 hingga 12 jam per 24 jam
- Usia 13 hingga 18 tahun: 8 hingga 10 jam per 24 jam
Untuk night terrors yang terjadi dengan frekuensi tinggi dan mengganggu, anticipatory awakening, yaitu membangunkan anak dengan lembut sekitar 30 menit sebelum waktu biasanya terjadinya episode, dapat efektif dalam mengurangi kejadian episode. Teknik ini mengganggu siklus tidur dan dapat mencegah anak memasuki fase tidur dalam yang terkait dengan night terrors. [1]
Dalam kasus yang parah dan berdampak signifikan, intervensi farmakologis dapat dipertimbangkan. Clonazepam, yang diberikan sebelum tidur, terbukti efektif dalam menekan tahap tiga dan empat tidur NREM, namun penggunaannya sebaiknya dibatasi untuk jangka pendek. Melatonin, pengatur tidur alami, juga dapat dipertimbangkani sebagai alternatif, meskipun bukti ilmiahnya masih terbatas [1,3].
Prognosis
Prognosis jangka panjang untuk anak-anak dengan night terrors umumnya baik. Sebagian besar anak dapat bebas dari kondisi ini saat memasuki masa remaja, dengan frekuensi dan intensitas episode yang berkurang seiring dengan waktu. Pada sebagian besar anak, night terrors tidak membawa risiko komplikasi jangka panjang yang signifikan, meskipun episode tersebut bisa menimbulkan kecemasan bagi orang tua [1,2].
Kesimpulan
Night terrors adalah jenis parasomnia yang biasanya terjadi pada masa kanak-kanak. Kondisi ini ditandai dengan episode ketakutan intens yang tiba-tiba muncul dari tidur NREM. Biasanya anak tidak mengingat kejadian tersebut. Dalam kebanyakan kasus, penanganan hanya membutuhkan penguatan dan edukasi kepada orang tua. Prognosisnya baik, dengan sebagian besar kasus teratasi ketika menginjak masa remaja.
Referensi
- Leung AK, et al. Sleep Terrors: An Updated Review. Curr Pediatr Rev. 2020;16(3):176-182.
- American Academy of Sleep Medicine. Recommended amount of sleep for pediatric populations: A consensus statement. J Clin Sleep Med. 2016;12(6):785-786.
- Thiedke CC. Night Terrors. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493222/