
Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) pada Anak: Peran Dokter Anak dalam Deteksi Dini
Author: dr. Afiah Salsabila
29 Jul 2025
Topik: Obsessive Compulsive Disorder, Mental Anak, Kesehatan Mental, Ilmiah
Latar Belakang
Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) merupakan gangguan neuropsikiatrik kronik yang ditandai oleh keberadaan obsesinya—pikiran atau dorongan yang tidak diinginkan, mengganggu, dan berulang—serta kompulsi, yaitu perilaku atau tindakan mental berulang yang dilakukan sebagai upaya meredakan kecemasan akibat obsesi tersebut. Pada anak-anak dan remaja, OCD sering tidak dikenali atau tertunda diagnosisnya karena variasi ekspresi klinis, keterbatasan dalam kemampuan verbal untuk menjelaskan gejala internal, serta penolakan karena rasa malu atau stigma. Insidensi onset awal OCD mencapai puncaknya pada dua periode, yakni usia 9–12 tahun dan akhir masa remaja, dengan prevalensi sekitar 1–2% pada populasi anak dan remaja. Gangguan ini memiliki dampak jangka panjang signifikan terhadap perkembangan sosial, akademik, dan psikologis anak jika tidak dikenali dan ditangani secara tepat. Oleh karena itu, peran dokter anak dalam deteksi dini dan fasilitasi rujukan ke spesialis psikiatri anak sangat penting. [1]
Etiologi, Faktor Risiko, dan Patogenesis
OCD pada anak diyakini memiliki dasar neurobiologis kuat yang melibatkan disregulasi sirkuit kortiko-striato-thalamo-kortikal (CSTC). Sirkuit ini mengatur perilaku berulang dan mekanisme penghambatan impuls. Ketidakseimbangan neurotransmiter, terutama serotonin dan glutamat, telah diimplikasikan dalam patofisiologi OCD. Bukti pencitraan otak menunjukkan adanya hiperaktivitas di korteks orbitofrontal, ganglia basalis, dan talamus pada individu dengan OCD. Selain faktor neurobiologis, OCD juga menunjukkan keterkaitan familial yang kuat, dengan studi menunjukkan peningkatan risiko 10–12 kali lipat pada anak dengan orang tua atau saudara kandung yang menderita OCD. [2]
Secara imunologis, OCD onset akut pada anak telah dikaitkan dengan entitas Pediatric Autoimmune Neuropsychiatric Disorders Associated with Streptococcal infections (PANDAS), yaitu sindrom neuropsikiatrik yang dimediasi oleh respons autoimun terhadap infeksi Streptococcus beta-hemolitikus grup A. Pada PANDAS, antibodi yang terbentuk diyakini menyerang jaringan otak, khususnya ganglia basalis, memicu gejala OCD yang muncul secara tiba-tiba. Namun, konsep PANDAS masih kontroversial dan memerlukan kriteria diagnostik yang ketat. [3]
Faktor risiko lain yang berkontribusi meliputi riwayat trauma masa kecil, pengasuhan otoriter atau overprotektif, dan stresor lingkungan kronik. Dalam beberapa kasus, OCD juga dapat muncul sebagai bagian dari spektrum gangguan perkembangan saraf atau komorbid dengan gangguan kecemasan lainnya.
Manifestasi Klinis dan Komplikasi
Pada anak, gejala obsesif dapat berupa ketakutan berlebihan terhadap kontaminasi, keraguan yang terus-menerus, atau pikiran agresif yang tidak diinginkan. Kompulsi umum meliputi mencuci tangan berulang, menyusun objek dalam urutan tertentu, atau kebutuhan untuk mengulang kata atau gerakan tertentu. Anak dengan OCD sering menyembunyikan gejalanya karena merasa malu, yang dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis. Dalam konteks klinis, penting membedakan OCD dari perilaku ritualistik normal yang sering muncul pada usia dini namun bersifat fleksibel dan tidak disertai gangguan fungsi.
Komplikasi OCD yang tidak tertangani mencakup penurunan performa akademik, isolasi sosial, penurunan harga diri, serta peningkatan risiko depresi dan ideasi bunuh diri. Beberapa studi menunjukkan bahwa sekitar dua pertiga anak dengan OCD juga mengalami gangguan psikiatri komorbid, seperti gangguan kecemasan, gangguan depresi mayor, atau ADHD. [4]
Tatalaksana dan Peran Dokter Anak
Tatalaksana OCD pada anak harus bersifat multimodal dan disesuaikan dengan tingkat keparahan, usia, dan komorbiditas pasien. Terapi lini pertama adalah Cognitive Behavioral Therapy (CBT), khususnya teknik exposure and response prevention (ERP), yang telah terbukti efektif mengurangi gejala obsesif dan kompulsif. CBT biasanya diberikan selama 12–20 sesi dan dapat diberikan dalam format individual, kelompok, maupun melibatkan orang tua secara aktif.
Pada kasus sedang hingga berat, atau ketika CBT saja tidak mencukupi, farmakoterapi dengan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) seperti fluoxetine, sertraline, atau fluvoxamine dapat dipertimbangkan. SSRI pada anak harus diberikan dengan dosis awal rendah dan dititrasi perlahan, sambil memantau efek samping dan respons klinis. Kombinasi CBT dan SSRI telah terbukti memberikan hasil terbaik dibanding monoterapi. [1,4]
Peran dokter anak sangat penting dalam tahap awal identifikasi OCD. Dokter anak harus memiliki kewaspadaan terhadap tanda-tanda seperti anak yang terlalu sering mencuci tangan, menunjukkan kebutuhan untuk mengulang suatu aktivitas, atau mengalami kesulitan menyelesaikan tugas sekolah karena keraguan atau keinginan berulang untuk memperbaiki. Pemeriksaan singkat dengan menggunakan pertanyaan terstruktur dapat menjadi titik awal sebelum merujuk ke psikiater anak dan remaja untuk evaluasi lebih lanjut dan tatalaksana spesifik. Selain itu, dokter anak juga dapat membantu mengatasi stigma dan memberikan edukasi yang suportif kepada keluarga agar mendukung proses terapi.
Kesimpulan
OCD pada anak merupakan gangguan neuropsikiatrik yang kompleks, kronik, dan berdampak luas jika tidak dikenali secara dini. Deteksi awal oleh dokter anak, edukasi kepada keluarga, serta rujukan tepat waktu ke psikiater anak dan remaja merupakan langkah esensial dalam perjalanan terapi anak dengan OCD. Kombinasi intervensi psikoterapi dan farmakoterapi memberikan hasil terbaik, dan keberhasilan jangka panjang sangat bergantung pada kolaborasi lintas profesi, keterlibatan keluarga, serta tindak lanjut yang konsisten. Dengan penatalaksanaan yang tepat, mayoritas anak dengan OCD dapat mencapai remisi fungsional dan kembali menjalani aktivitas perkembangan sesuai tahap usianya.
Daftar Pustaka
- Storch EA, St. John D, Keeley M, et al. Pediatric Obsessive-Compulsive Disorder. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553162/
- Hudziak JJ, Dougherty LR, Avenevoli S, et al. Developmental considerations in the diagnosis and treatment of pediatric OCD. Pediatrics. 2024;153(2):e2024068993.
- Singer HS, Gilbert DL, Wolf DS, Mink JW, Kurlan R. Moving from PANDAS to PANS: a diagnostic challenge. Pediatrics. 2024;153(2):e2024068992.
- Osland S, Arnold E, Elkins R, et al. Treatment outcomes in children and adolescents with OCD: A narrative review. Cureus. 2024;16(2):e68225. doi:10.7759/cureus.68225.