Pemantauan Bayi Risiko Tinggi
Oleh: dr. Afiah Salsabila
Topik: Neonatus, skrining neonatus, high risk, risiko tinggi
Bayi risiko tinggi adalah bayi yang memiliki kemungkinan disabilitas lebih besar akibat kelahiran prematur dan/atau komplikasi perinatal yang membutuhkan perawatan di Neonatal INtensive Care Unit (NICU). Karena lebih berisiko untuk mengalami gangguan perkembangan, bayi-bayi berisiko tinggi perlu mendapatkan skrining terhadap kondisi-kondisi khusus selain pemeriksaan perkembangan standar. Beberapa kondisi yang harus diperiksa pada bayi berisiko tinggi adalah cerebral palsy, intellectual disability, autism spectrum disorder, gangguan pendengaran, dan gangguan penglihatan.
Menurut The American Academy of Pediatrics (AAP), skrining pendengaran dengan uji otoacoustic emission (OAE) perlu dilakukan untuk semua bayi baru lahir. Namun, untuk bayi yang sempat dirawat di NICU lebih dari 5 hari perlu ditambah dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Responses (BERA) karena ada masih ada kemungkinan besar bahwa kelainan tidak pada koklea namun bisa juga pada bagian sentral. Terkadang gangguan pendengaran tidak langsung muncul, maka setelah itu tetap harus dilakukan skrining sebelum usia 1 bulan. Jika skrining tidak menunjukkan gangguan pendengaran, ulang ketika usia 3 bulan, dan jika tidak menunjukkan tanda gangguan pendengaran ulang lagi pada usia 6 bulan. Pemantauan berkala juga perlu dilakukan pada bayi prematur; pemeriksaan audiologi perlu dilakukan untuk semua anak dengan riwayat prematuritas yang menunjukkan keterlambatan berbicara.
Cerebral palsy (CP) adalah gangguan motorik yang terjadi akibat kerusakan otak permanen yang terjadi pada masa perkembangan. Biasanya, CP ditemukan pada anak ketika usia 12-24 bulan melalui deteksi keterlambatan dalam mencapai milestone perkembangan motorik. Namun, dengan kemajuan pada pencitraan neurologis dengan MRI dan alat-alat diagnostic seperti Prechtl’s general movement assessment dan the Hammersmith Infant Neurologic Examination, deteksi dini CP bisa dilakukan ketika neonatus dalam perawatan di NICU. JIka skrining tidak menunjukkan tanda-tanda CP, pemantauan untuk CP perlu dilakukan pada umur 9, 18, 30, dan 48 bulan. Sebelum umur 9 bulan, tanda-tanda CP yang perlu diperhatikan adalah asimetrisitas, pengepalan tangan yang persisten, tidak ada tanda-tanda menggapai, rolling atipikal, dan ketidakmampuan untuk duduk tegak.
Gangguan neurodevelopmental adalah kondisi yang berikatan dengan prematuritas dan biasanya muncul pada usia bayi dan balita. Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang memiliki gangguan neurodevelopmental yang terdeteksi lebih awal memiliki morbiditas yang lebih besar. Maka, pemeriksaan perkembangan neurologis perlu dilakukan secara berkala.
Autism Spectrum Disorder (ASD) harus diskrining pada semua anak dengan riwayat prematuritas pada usia 18 hingga 24 bulan. Pada anak dengan riwayat prematuritas, skrining untuk ASD harus diinterpretasikan dengan hati-hati karena tingkat hasil positif sangat tinggi (21% hingga 41%) pada populasi ini.
Disabilitas intelektual (DI) adalah kondisi yang ditandai dengan keterbatasan signifikan dalam fungsi intelektual dan perilaku adaptif. Diagnosis DI memerlukan dokumentasi IQ dengan ukuran di bawah 70 hingga 75 dan fungsi adaptif yang rendah, yang dapat diukur setelah usia 3 hingga 4 tahun (biasanya stabil setelah usia 5 hingga 7 tahun). Sulit untuk menilai DI selama bayi. Saat anak-anak bertambah usia, pemantauan dan pengulangan skrining untuk akuisisi milestone adalah metode paling baik untuk mendeteksi manifestasi keterlambatan global ringan dan sedang.
Anak dengan prematuritas juga memiliki risiko untuk Retinopathy of Prematurity (ROP). Maka dari itu, AAP menyarankan untuk melakukan skrining ROP pada bayi yang lahir dengan berat < 1500 g atau pada usia gestasi <31 ketika masih di NICU. Walaupun tidak ditemukan ROP, bayi sangat prematur memiliki 3-4 kali kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami gangguan penglihatan dan 10 kali lebih besar untuk memiliki strabismus, maka tetap harus diberikan skrining penglihatan secara berkala. Biasanya gangguan-gangguan ini baru muncul 1-3 tahun setelah dirawat di NICU. Segera rujuk ke ahli oftalmologi jika selama pemantauan terdeteksi gangguan penglihatan, nistagmus, ketidakmampuan untuk mengikuti benda yang dekat dengan mata, dan strabismus.
Itulah hal-hal tertentu yang perlu diskrining pada bayi risiko tinggi. Diharapkan jika kelainan ada pada bayi, bisa dideteksi secara dini supaya bayi bisa mendapatkan intervensi secepat mungkin. Dengan demikian, bayi bisa memiliki kemungkinan yang lebih baik untuk tumbuh seoptimal mungkin.
Referensi: