
Pertusis pada Anak: Tinjauan Klinis dan Tatalaksana
Author: Editorial Primapro
20 Jun 2024
Topik: pertusis, batuk rejan, Batuk, whooping cough, Vaksin DPT
Pertusis, yang dikenal juga sebagai batuk rejan, adalah penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Meskipun vaksinasi telah mengurangi insiden pertusis secara signifikan, penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan yang relevan, terutama pada anak-anak yang belum divaksin atau belum melengkapi vaksinasinya. Saat ini, terdapat sekitar 24 juta kasus per tahunnya, dengan angka kematian lebih dari 160,000 jiwa. Artikel ini bertujuan untuk memberikan wawasan medis yang komprehensif tentang pertusis pada anak, meliputi aspek klinis, etiologi, diagnosis, dan manajemen yang relevan bagi praktisi medis.
Bakteri Bordetella pertussis adalah bakteri cocobacillus gram-negatif yang dapat ditularkan melalui droplet pernapasan dari individu yang terinfeksi atau kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi oleh sekresi pernapasan. Bakteri ini menyerang epitel saluran napas dan menghasilkan toksin yang menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada jaringan.
Pertusis memiliki periode inkubasi sebanyak 1-3 minggu. Setelah inkubasi, penyakit ini menyebabkan serangkaian gejala-gejala yang bisa dibagi menjadi 3 fase: fase kataral, fase paroksismal, dan fase konvalesen. Pada fase kataral, anak baru mulai menunjukkan gejala-gejala ringan seperti batuk, pilek, dan demam. Fase tersebut biasanya berlangsung selama 1-2 minggu dan merupakan fase yang paling menular. Fase berikutnya adalah fase paroksismal, di mana anak mengalami batuk berkepanjangan dengan bunyi "whoop" yang khas ketika menarik napas. episode-episode batuk paroksismal biasanya dicetuskan oleh udara dingin dan bunyi. Batuk-batuk lebih sering terjadi pada malam hari. Pada episode batuk di kasus pertusis, anak dapat berkeringat dengan hebat, sianosis, hingga apnea. Setelah tahap ini berakhir, anak akan ada pada tahap akhir yaitu fase konvalesen. Pada masa konvalesen, anak akan masih batuk-batuk, tetapi tidak sehebat ketika pada fase paroksismal.
Diagnosis pertusis pada anak didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan laboratorium. Dokter perlu mengumpulkan informasi tentang riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi, gejala yang dialami anak, dan riwayat vaksinasi.
Pemeriksaan fisik akan menekankan pada evaluasi batuk, pernapasan, dan tanda-tanda peradangan pada saluran napas. Pemeriksaan spesimen dari hidung atau faring dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan Bordetella pertussis melalui metode kultur atau PCR. PCR lebih unggul dari kultur dalam segi sensitivitas.
Pengelolaan pertusis pada anak bertujuan untuk mengurangi gejala, mencegah komplikasi, dan mengendalikan penyebaran infeksi. Pendekatan manajemen medis yang umum dilakukan sebagai berikut. Terapi antibiotik seperti azitromisin atau eritromisin diberikan untuk mengurangi durasi dan keparahan penyakit serta mencegah penularan, Dosis eritromisin yang direkomendasikan adalah 40-50 mg/kg per hari, dengan dosis maksimum 2 g per hari, dibagi dalam 2-3 dosis terbagi. Antibiotik sebaiknya sudah mulai diberikan pada fase kataral. Perawatan suportif, seperti menjaga hidrasi yang adekuat, memberikan analgesik untuk mengurangi nyeri tenggorokan, dan memberikan udara yang bersih untuk bernapas, dapat membantu meringankan gejala anak. Anak yang didiagnosis dengan pertusis harus diisolasi untuk mencegah penularan infeksi kepada individu lain, terutama kepada mereka yang belum divaksinasi. Upaya pencegahan pertusis pada anak meliputi vaksinasi rutin dengan vaksin DTaP (difteri, tetanus, pertusis) yang direkomendasikan pada usia dini. Imunisasi lengkap dengan vaksin DTaP sangat penting untuk melindungi anak-anak dari pertusis.
Pertusis tetap menjadi masalah kesehatan penting di berbagai belahan dunia, terutama pada anak-anak yang belum divaksinasi. Dengan pemahaman yang mendalam tentang karakteristik klinis, etiologi, diagnosis, dan manajemen medis pertusis pada anak, praktisi medis dapat memberikan perawatan yang efektif dan terapeutik bagi pasien mereka. Pendidikan kepada masyarakat tentang pentingnya vaksinasi rutin dan tindakan pencegahan lainnya juga merupakan bagian integral dari upaya pengendalian penyakit ini.
Referensi:
Lauria AM, Zabbo CP. Pertussis. [Updated 2022 Oct 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519008/