Pingsan vs kejang, apa bedanya?
Author: Dr. Dini Mirasanti, Sp.A, Prof. Dr. Madarina Julia, Sp.A (K), MPH., Ph.D (editor)
Topik: Tips, Kondisi Medis, Kejang, Pingsan, 4-7 Tahun, 7-12 Tahun, 12-18 Tahun, 1-3 Tahun
Pingsan, yang dalam istilah kedokteran disebut sebagai sinkop, terjadi ketika aliran darah yang membawa oksigen ke otak berkurang. Pada kondisi tersebut, anak akan kehilangan kesadaran dan terkadang jatuh. Hal yang mirip juga dapat terjadi pada kejang. Pada anak yang mengalami kejang, anak akan terjatuh karena kehilangan kesadaran, dengan atau tanpa menunjukkan gerakan seperti kaku atau kelojotan. Jadi, apakah yang membedakan pingsan dengan kejang? Mari simak artikel berikut.
Apa sih penyebab pingsan?
Seperti telah disebutkan di atas, pingsan disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak. Beberapa pemicu berkurangnya aliran darah tersebut adalah dehidrasi (kurang cairan), penggunaan obat-obatan tertentu, belum/kurang makan, berdiri terlalu lama, dan yang lebih jarang terjadi adalah mengalami penyakit tertentu, seperti penyakit jantung. Anak yang menderita gangguan irama jantung dapat mengalami pingsan berulang.
Apakah ada faktor genetik atau keturunan pada pingsan?
Penelitian menunjukkan bahwa ada sebuah tipe pingsan yang berhubungan dengan gen, yaitu pingsan yang disebabkan oleh suatu refleks yang bernama refleks vasovagal. Ketika anak mengalami sesuatu yang membuat stress, baik secara fisik maupun emosional, otak akan memberikan sinyal kepada jantung untuk memompa lebih lambat sehingga tekanan darah turun, suplai darah ke otak berkurang, dan anak pingsan.
Apa saja tanda-tanda anak akan pingsan?
Beberapa tanda yang mungkin muncul ketika anak akan pingsan adalah mengaku pusing, mual, merasa dunia berputar, menggelap, atau menjadi samar-samar, atau merasa bumi bergoyang. Kadang-kadang anak dapat menyatakan bahwa dirinya seperti akan pingsan.
Lalu apa beda pingsan dengan kejang?
Pingsan disebabkan oleh berkurangnya suplai darah yang mengangkut oksigen ke otak, sedangkan kejang disebabkan oleh masalah/ gangguan bangkitan kelistrikan di otak. Pada kejang, gangguan kesadaran dapat diikuti dengan gerakan-gerakan khas kejang, baik kaku maupun kelojotan. Gerakan tersebut tidak berhenti ketika dipegang. Setelah kejang berhenti, umumnya anak akan tertidur. Jenis gerakan yang muncul saat kejang sangat bergantung kepada bagian otak yang mengalami masalah bangkitan. Tidak semua kejang disertai dengan gerakan-gerakan khas kejang. Ada kejang yang hanya bermanifestasi sebagai kehilangan kesadaran sementara tanpa disertai gerakan-gerakan khas kejang.
Untuk memastikan apakah anak mengalami pingsan atau kejang, orangtua harus memeriksakan anak ke dokter. Hal ini sangat penting untuk dilakukan apabila pingsan atau kejang sudah terjadi berulang. Dokter akan menanyakan riwayat pingsan tersebut secara rinci, menanyakan adanya faktor risiko epilepsi, dan melakukan pemeriksaan menyeluruh. Apabila masih terdapat keraguan, dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa elektrokardiografi (EKG) dan elektroensefalografi (EEG) untuk menilai aktivitas kelistrikan jantung dan otak.
Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah anak pingsan:
- Minum cukup air untuk memastikan volume darah yang mengalir ke otak cukup. Saat kita berdiri, otak berada pada bagian teratas tubuh kita sehingga memerlukan volume darah yang cukup agar dapat dicapai oleh peredaran darah..
- Konsumsi garam dalam jumlah cukup untuk membantu mempertahankan tekanan darah. Tentu saja, jumlah konsumsi garam harus mengikuti anjuran konsumsi garam per hari, tidak boleh berlebih.
- Makan teratur, terutama sarapan. Hal ini untuk mencegah turunnya kadar gula darah saat kita beraktivitas.