primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Polio: Gejala, Tanda, dan Tatalaksana

Oleh: dr. Afiah Salsabila

Topik: Imunisasi Polio, SUB-PIN Polio, Polio

Overview dan Epidemiologi

Poliomyelitis, atau kerap disebut polio, adalah penyakit menular yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Penemuan arkeologis menunjukkan bahwa penyakit ini sudah ada sejak zaman Mesir kuno. Pada tahun 1789, Dr. Michael Underwood, seorang dokter dari Britania Raya membuat deskripsi klinis yang detil untuk polio. Tak lama setelah itu, polio menyebar dengan luas dan menyebabkan wabah global pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. [1] Wabah polio yang terjadi pada saat itu menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi; 1 dari 200 pasien dengan polio mengalami kelumpuhan permanen dan 5-10% dari yang mengalami kelumpuhan tersebut meninggal akibat paralisis pada otot-otot pernapasan. Namun, sejak tahun 1988 hingga 2018, angka polio sudah turun drastis (99%). [2,3] Hal ini merupakan dampak dari penggalakkan vaksinasi rutin polio yang diinisiasi oleh stakeholder-stakeholder kesehatan seperti WHO, CDC, UNICEF, dan Gavi pada tahun 1980-an. [2] Walaupun demikian, saat ini kasus polio masih bisa ditemukan, membuktikan bahwa polio masih menjadi masalah kesehatan dunia yang berpotensi untuk meluas jika tidak ditangani dengan benar. Dengan mengetahui gejala-gejala dan tanda klinis polio, kasus-kasus yang muncul bisa cepat diidentifikasi dan ditangani dengan seksama.



Etiologi dan Patogenesis

Poliovirus, yaitu virus yang menyebabkan polio, adalah virus yang termasuk dalam famili Picornaviridae dan spesies Enterovirus C. Virus ini memiliki 3 jenis serotipe: tipe 1, 2, dan 3. Poliovirus tipe 2 dan 3 liar sudah dianggap tereradikasi sejak tahun 2015, sedangkan poliovirus tipe 1 liar masih bisa ditemukan dan bahkan merupakan serotipe penyebab utama bagi polio paralitik.[2]  Polio paralitik tak hanya bisa disebabkan oleh poliovirus 1 tipe liar saja, tetapi juga bisa disebabkan oleh pelemahan virus yang tidak adekuat pada vaksin polio oral (OPV). Fenomena tersebut dinamakan vaccine-associated paralytic poliovirus (VAPP). VAPP sangat jarang terjadi; jauh lebih sering terjadi pada pasien yang imunokompromais. VAPP juga bisa terjadi jika virus yang dilemahkan dalam OPV bermutasi sehingga memiliki virulensi yang meningkat. Hal tersebut memudahkannya untuk berproliferasi di populasi yang memiliki herd immunity yang rendah terhadap polio. Untuk mengurangi risiko VAPP, terdapat gerakan untuk meningkatkan pemberian inactivated polio vaccine (IPV) dan memberikan OPV yang hanya mengandung serotipe 1 dan 3. [2]

Penyebaran poliovirus terjadi secara fekal-oral pada kebanyakan kasus. Biasanya, ekskresi virus mulai terjadi 2-3 hari sebelum atau 1 minggu setelah gejala mulai muncul. Lingkungan yang memiliki sistem sanitasi buruk mendukung penyebaran virus ini. [2]

Infeksi primer poliovirus menyebabkan replikasi virus pada jaringan limfatik pada orofaring dan gastrointestinal. Setelah masa inkubasi selama 2-35 hari, virus menyebabkan gejala-gejala non-spesifik seperti faringitis, nyeri kepala, nyeri otot, nausea, kekakuan leher dan/atau gastroenteritis. [4]



Patofisiologi

Pada 95% kasus, polio akan sembuh sendiri tanpa menyebabkan kelumpuhan. Namun, pada pasien-pasien yang kurang beruntung, virus dapat menyebar ke sumsum tulang belakang melalui jalur aferen sistem saraf. Setelah sampai di sumsum tulang belakang, virus dapat menyebabkan kerusakan pada anterior horn cells. Kerusakan pada anterior horn cells menimbulkan acute flaccid paralysis (AFP) yang asimetris. AFP, atau juga sering disebut lumpuh layuh memiliki predisposisi pada tungkai bawah. Lumpuh layuh biasanya didahului oleh nyeri dan spasme otot. Di tahap ini, meningitis juga perlu dicurigai karena polio juga bisa menyebabkan kondisi tersebut. [4]



Tanda dan Gejala

Pada anak, gejala dapat muncul secara bifasik: pada awalnya, anak akan mengalami gejala ringan prodromal seperti yang telah dideskripsikan sebelumnya. Setelah 7-10 hari tanpa gejala, anak kemudian mengalami paralisis asimetris pada anggota gerak tubuh. Anak yang mengalami paralisis biasanya bisa sembuh total dan memiliki fungsi motoriknya kembali sepenuhnya. Namun, fungsi motorik akan susah kembali seperti semula jika defisit tidak ada perbaikan setelah 12 bulan. Pada beberapa kasus, virus polio juga bisa menyebar ke posterior horn cells dan menginfeksi talamus, hipotalamus, dan batang otak. Jika sampai batang otak, kasusnya bisa sangat fatal. [4]



Evaluasi

Evaluasi yang bisa dilakukan pada anak yang dicurigai memiliki polio melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik adalah dengan melakukan RT-PCR menggunakan sampel feses. RT-PCR dapat menentukan serotipe dan jika virus merupakan virus liar atau berasal dari vaksin. Sampel dari darah, cairan serebrospinal, dan dahak bisa dipakai, tetapi kurang sensitif. Elektromiogram dan MRI otak/sumsum tulang belakang bisa dilakukan untuk mengeksklusi etiologi lain. [2,5]

Pasien yang sudah sempat sembuh juga bisa mengalami paralisis awitan baru. Fenomena ini disebut dengan Postpolio syndrome (PPS). Menurut data dari Rekand et al. [6], sekitar 40% dari 15-20 juta orang yang pernah memiliki polio mengalami PPS. Penyebab PPS belum diketahui secara pasti, tetapi salah satu penyebab PPS yang dipikirkan adalah neuronal fatigue akibat pemakaian berlebih dari neuron intak yang mencoba untuk mengkompensasi fungsi neuron yang rusak akibat polio. [2,4]



Tatalaksana

Saat ini, belum ada obat antiviral yang dapat menyembuhkan polio secara definitif; terapi suportif masih menjadi pendekatan utama bagi perawatan pasien dengan penyakit ini. Cara yang paling baik untuk menangani polio adalah dengan mencegahnya. Cara pencegahan yang paling utama adalah dengan pemberian vaksin IPV atau OPV. Pemakaian ortotik dan intervensi bedah terkadang diperlukan untuk mencegah dan menangani deformitas muskuloskeletal yang terjadi sebagai komplikasi dari postur yang diakibatkan dari lumpuh layuh. [2,4]



Kesimpulan

Polio adalah penyakit yang sudah sangat jarang terjadi. Walaupun demikian, kewaspadaan terhadap penyakit ini tetap harus dijaga, terlebih belakangan ini di mana beberapa kasus polio mulai bermunculan lagi. Perlu ada kesadaran bahwa polio belum tereradikasi secara sempurna di Indonesia, maka polio masih berpotensi untuk tersebar luas jika tidak ditangani dengan benar. Dengan mengetahui gejala, tanda, dan tatalaksana polio, identifikasi, penanganan, dan pencegahan polio bisa dilakukan dengan optimal.



Referensi

  1. A crippling and life-threatening disease. WHO. Available from: https://www.who.int/news-room/spotlight/history-of-vaccination/history-of-polio-vaccination?topicsurvey=ht7j2q)&gad_source=1&gclid=CjwKCAjw74e1BhBnEiwAbqOAjHfNOIshK0JQA6LgmOVhgC9iqDokdKcWp04YzWayzj_WHGAVBCUA6BoC2-AQAvD_BwE
  2. Wolbert JG, Rajnik M, Higginbotham K. Poliomyelitis. [Updated 2024 Jan 24]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558944/
  3. Poliomyelitis. WHO. 2023. Available from: https://www.who.int/health-topics/poliomyelitis#tab=tab_2
  4. Mehndiratta MM, Mehndiratta P, Pande R. Poliomyelitis: historical facts, epidemiology, and current challenges in eradication. Neurohospitalist. 2014 Oct;4(4):223-9. doi: 10.1177/1941874414533352. PMID: 25360208; PMCID: PMC4212416.
  5. In: Chapter 18: Poliomyelitis. Estivariz CF, Link-Gelles R, Shimabukuro T The Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Diseases [Internet]. 14th ed. CDC. 2021. Available from: https://www.cdc.gov/pinkbook/hcp/table-of-contents/chapter-18-poliomyelitis.html?CDC_AAref_Val=https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/polio.html#cdc_report_pub_study_section_5-laboratory-testing
  6. Rekand T, Albrektsen G, Langeland N, Aarli JA. Risk of symptoms related to late effects of poliomyelitis. Acta Neurol Scand. 2000 Mar;101(3):153-8. [PubMed]
familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: