primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Prebiotik sebagai Adjuvan Formula bagi Anak dengan Alergi Susu Sapi

Oleh: Tim Advertorial PrimaPro

Topik: Prebiotik, Isolat Protein Soya, Formula, Alergi Susu Sapi

Komposisi dan kesehatan dari mikrobiota usus adalah salah satu faktor penting dalam kesehatan pencernaan maupun kesehatan anak secara keseluruhan. Ketidakseimbangan komposisi mikrobiota, yang disebut juga sebagai disbiosis, memiliki peran penting dalam patogenesis beberapa penyakit, salah satunya alergi makanan seperti alergi susu sapi. Untuk menjawab masalah ini, prebiotik menjadi salah satu adjuvan yang berpotensi mengatasi disbiosis, dan sebagai konsekuensinya, alergi susu sapi. Berikut adalah pembahasan singkat mengenai potensi prebiotik sebagai adjuvan formula untuk mengurangi dampak alergi susu sapi melalui perbaikan disbiosis saluran cerna anak.


  
Disbiosis mikrobiota usus kerap menurunkan fermentasi bahan makanan di saluran cerna. Hal ini ikut mengurangi produksi short-chain fatty acid  yang menurut penelitian memiliki efek  imunomodulator. Dengan imunomodulasi yang terganggu, toleransi anak terhadap antigen kerap meningkatkan risiko untuk terjadinya alergi makanan pada anak. .[1] Menurut studi, Disbiosis yang terjadi pada anak dengan alergi menunjukkan adanya penurunan Lactobacillus sp. dan Bifidobacterium sp. pada komposisi mikrobioma, yang berakibat tidak efektifnya imunomodulasi oleh mikrobioma usus.[2] Temuan ini ditemukan pada beberapa penyakit alergi, seperti dermatitis atopik dan alergi protein susu sapi.[2,3]

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi komposisi mikrobiota usus adalah konsumsi prebiotik. Prebiotik tidak bisa dicerna oleh usus, sehingga sampai di usus secara utuh. Sesampainya di usus, prebiotik akan dicerna oleh mikrobioma di sana. Konsumsi prebiotik oleh mikrobioma saluran cerna membawa dampak positif seperti peningkatan  short-chain fatty acid dan populasi Lactobacillus sp. dan Bifidobacterium sp.[2] Disamping itu, perbaikan dari fungsi barrier dari mukosa usus diketahui dipengaruhi oleh flora normal yang sehat serta adanya asupan prebiotik yang baik untuk menyokong flora normal tersebut. Hal tersebut didukung oleh studi yang menemukan bahwa suplementasi prebiotik GOS menurunkan permeabilitas mukosa usus pada pasien yang mengalami inflamasi.[4] Sebuah studi oleh Kosuwon dkk.[5] menunjukkan efek menguntungkan dari peningkatan Bifidobacterium sp.  dengan suplementasi prebiotik FOS/GOS yang disertai probiotik Bifidobacterium breve. Pada level uji klinis, diketahui pada studi oleh Neumer dkk.[6] bahwa formula yang diperkaya dengan prebiotik inulin dan oligofructose meningkatkan komposisi Bifidobacterium sp. pada feses dan mengurangi kejadian infeksi pada bayi yang mengkonsumsi. 

Prebiotik dan Alergi Susu Sapi

Seperti yang umum diketahui, alergi susu sapi adalah penyakit alergi dimana seorang anak tidak bisa menoleransi keberadaan protein susu sapi yang bermanifestasi tidak hanya pada sistem gastrointestinal, tetapi juga melibatkan sistem lain seperti sistem imun. Tatalaksana secara komprehensif penyakit ini lebih memfokuskan kepada aspek nutrisi untuk mengurangi kekambuhan. Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), [7] hal utama yang harus dilakukan adalah menghindari pemicu yaitu makanan dengan protein susu sapi, baik pada anak maupun pada ibu menyusui yang anaknya telah terdiagnosis alergi susu sapi. Pada anak yang memerlukan susu formula, rekomendasi mencakup penggunaan formula terhidrolisat ekstensif atau formula nabati seperti isolat protein soya  pada ASS ringan-sedang atau Amino Acid Formula (AAF) pada kasus yang lebih berat. Rekomendasi dari World Allergy Organization (WAO) [8]  juga menambahkan perlunya penyesuaian tingkat penghindaran protein susu yang berbeda antar satu pasien dengan lainnya karena perbedaan toleransi, dimana beberapa pasien dapat mentoleransi protein susu dalam bentuk tertentu seperti dalam kondisi sudah dipanaskan / dipanggang. 

Sebagai bagian dalam tatalaksana nutrisi, prebiotik memiliki peran dalam berbagai bentuk sediaan. Berdasarkan rekomendasi WAO, [8] salah satu komponen tambahan pada susu formula hipoalergenik yang dapat diberikan adalah  prebiotik, termasuk human milk oligosaccharides pada ASI yang sudah diketahui memiliki potensi sifat protektif atas kemunculan penyakit alergi.[9] Pada susu formula, sediaan prebiotik yang tersedia melalui penambahan pada susu formula adalah FOS/GOS (fructo-oligosaccharides dan galacto-oligosaccharides) serta inulin. Sifat hipoalergenik ini awalnya diketahui pada uji klinis dimana FOS/GOS menurunkan kejadian dermatitis atopik pada bayi yang mengkonsumsi susu formula dengan tambahan FOS/GOS.[10] Untuk saat ini, sediaan susu formula soya yang mengandung FOS salah satunya adalah sediaan dengan kombinasi FOS dan inulin, yang keuntungannya akan dibahas selanjutnya.

Prebiotik dengan potensi hipoalergenik lainnya yang dikonsumsi dalam bentuk sediaan tambahan pada susu formula adalah inulin. Pada uji klinis oleh Chatchatee dkk.[11], ditemukan bahwa walaupun formula dengan inulin belum berhasil meningkatkan toleransi protein susu sapi secara signifikan, namun masih ada keuntungan klinis berupa menurunnya kejadian infeksi di antara anak dengan alergi susu sapi yang mengonsumsi formula dengan inulin. Studi lain oleh Sorensen et.al.[12] menemukan adanya penurunan munculnya gejala yang berdampak pada berkurangnya penggunaan obat pada pasien alergi susu sapi yang mengkonsumsi formula dengan tambahan inulin. Uji klinis lain oleh Burks et.al.[13] menunjukkan bahwa formula dengan tambahan prebiotik kombinasi yang mengandung inulin memiliki efek positif pada pertumbuhan anak dengan alergi protein susu sapi.


Memanfaatkan Prebiotik dalam Praktik Klinis

Potensi prebiotik dalam penanganan alergi susu sapi pada balita dapat direalisasikan melalui pemberian susu formula hipoalergenik dengan suplementasi prebiotik seperti FOS/GOS atau inulin. Tentunya, hal ini hanya berlaku pada bayi yang karena satu atau lain hal tidak bisa mengonsumsi ASI.Semua uji klinis yang disebutkan sebelumnya  menggunakan sediaan berupa susu formula yang disuplementasi dengan prebiotik, termasuk formula dengan  kombinasi prebiotik dan probiotik.[14]

Sebagaimana introduksi nutrien baru pada anak secara umum, pemberian prebiotik tetap memerlukan pemantauan respon. Prebiotik inulin memiliki risiko alergi.Walaupun angka kejadiannya cukup langka, sebuah laporan kasus pernah melaporkan terjadinya anafilaksis akibat konsumsi inulin pada satu pasien.[15,16] Oleh karena itu dokter perlu memberikan edukasi  pada orang tua terkait gejala dan tanda alergi termasuk ruam, gatal, hingga mengi yang menyertai anafilaksis. HImbau orang tua atau wali anak untuk segera melaporkan anafilaksis pada dokter, serta konsultasi dengan  dokter spesialis anak yang menangani sehingga dapat dilakukan penyesuaian formulasi yang diberikan. Pemantauan respon juga perlu dilakukan melalui pemantauan toleransi atas protein susu sapi, serta pemantauan tumbuh kembang untuk menilai kecukupan asupan nutrisi pada anak. 


Kesimpulan

Alergi susu sapi adalah suatu penyakit yang kemunculannya dipengaruhi berbagai faktor, meliputi disbiosis mikrobiota usus yang mengakibatkan tidak imbangnya komposisi mikrobiota usus. Sebagai salah satu bagian dari tatalaksana alergi susu sapi derajat ringan-sedang, anak dengan alergi susu sapi menerima formula isolat protein soya sebagai pengganti formula susu sapi. Sebagai bagian dari suplementasi untuk mengatasi disbiosis mikrobiota, saat ini telah tersedia sediaan berupa susu formula soya dengan tambahan prebiotik berupa FOS dan inulin yang dapat mendukung pertumbuhan mikrobiota usus yang lebih berimbang.


Referensi
1. Cheng Y, Liu X, Chen F, Rolnik BM, Chleilat F, Ling Z, dkk. The roles and mechanisms of gut Microbiota in food allergy. Advanced Gut & Microbiome Research. 2023;2023:1–16.
2. Sestito S, D’Auria E, Baldassarre ME, Salvatore S, Tallarico V, Stefanelli E, dkk. The role of prebiotics and probiotics in prevention of allergic diseases in infants. Front Pediatr. 2020;8:583946.
3. Verduci E, Zuccotti GV, Peroni DG. New Insights in Cow’s Milk and Allergy: Is the gut Microbiota the missing link? Nutrients. 2022;14:1631.
4. Rau S, Gregg A, Yaceczko S, Limketkai B. Prebiotics and probiotics for gastrointestinal disorders. Nutrients. 2024;16:778.
5. Kosuwon P, Lao-Araya M, Uthaisangsook S, Lay C, Bindels J, Knol J, dkk. A synbiotic mixture of scGOS/lcFOS and Bifidobacterium breve M-16V increases faecal Bifidobacterium in healthy young children. Benef Microbes. 2018;9:541–52.
6. Neumer F, Urraca O, Alonso J, Palencia J, Varea V, Theis S, dkk. Long-term safety and efficacy of prebiotic enriched infant formula-A randomized controlled trial. Nutrients. 2021;13:1276.
7. UKK Alergi Imunologi, UKK Gastrohepatologi, UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia: Diagnosis dan Tata Laksana Alergi Susu Sapi. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014.
8. Venter C, Meyer R, Groetch M, Nowak-Wegrzyn A, Mennini M, Pawankar R, dkk. World Allergy Organization (WAO) Diagnosis and Rationale for Action against Cow’s Milk Allergy (DRACMA) guidelines update - XVI - Nutritional management of cow's milk allergy. World Allergy Organ J. 2024;17:100931.
9. Doherty AM, Lodge CJ, Dharmage SC, Dai X, Bode L, Lowe AJ. Human milk oligosaccharides and associations with immune-mediated disease and infection in childhood: A systematic review. Front Pediatr. 2018;6:91.
10. Zepeda-Ortega B, Goh A, Xepapadaki P, Sprikkelman A, Nicolaou N, Hernandez REH, dkk. Strategies and future opportunities for the prevention, diagnosis, and management of cow milk allergy. Front Immunol. 2021;12:608372.
11. Chatchatee P, Nowak-Wegrzyn A, Lange L, Benjaponpitak S, Chong KW, Sangsupawanich P, dkk. Tolerance development in cow’s milk-allergic infants receiving amino acid-based formula: A randomized controlled trial. J Allergy Clin Immunol. 2022;149:650–8.e5.
12. Sorensen K, Cawood AL, Cooke LH, Acosta-Mena D, Stratton RJ. The use of an amino acid formula containing synbiotics in infants with cow’s milk protein allergy-effect on clinical outcomes. Nutrients. 2021;13:2205.
13. Burks AW, Harthoorn LF, Van Ampting MTJ, Oude Nijhuis MM, Langford JE, Wopereis H, dkk. Synbiotics-supplemented amino acid-based formula supports adequate growth in cow’s milk allergic infants. Pediatr Allergy Immunol. 2015;26:316–22.
14. Vandenplas Y, Broekaert I, Domellöf M, Indrio F, Lapillonne A, Pienar C, dkk. An ESPGHAN position paper on the diagnosis, management and prevention of cow’s milk allergy. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2023;78:386–413.
15. Streeks N, Khan F, Mansoor DK, Morrissette RM. A young child with anaphylaxis to inulin, a common substance in processed, high fiber foods. J Allergy Clin Immunol. 2017;139:AB136.
16. Bacchetta J, Cochat P, Villard F, Astier M, Vial T, Dubourg L, dkk. Hypersensitivity to inulin: a rare and mostly benign event. Am J Kidney Dis. 2008;52:632–3.


Artikel ini merupakan hasil kerjasama antara PrimaPro dengan Nutricia. Untuk mengetahui lebih lanjut seputar Nutricia, silahkan klik link ini
familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: