Pelecehan pada anak adalah bentuk perlakuan yang merugikan dan dapat berdampak serius pada kesejahteraan dan perkembangan anak. Mendeteksi tanda-tanda ini menjadi kunci untuk memberikan perlindungan dan membantu anak-anak yang mungkin mengalami situasi ini. Artikel ini akan membahas beberapa tanda-tanda pelecehan dan penelantaran pada anak serta pentingnya pengenalan dan tindakan secepatnya.

Ada empat tipe pelecehan pada anak yang perlu dikenali: pelecehan fisik, pelecehan emosional/psikologis, pelecehan seksual, dan penelantaran. Pelecehan fisik meliputi pemukulan, memberikan luka bakar dengan sengaja, menggigit, dan shaking; pelecehan psikologis meliputi perkataan kasar, mempermalukan, dan melakukan perilaku-perilaku yang membuat anak merasa diteror; dan pelecehan seksual adalah aksi yang melibatkan anak dan remaja dalam kegiatan seksual. Penelantaran adalah kegagalan pengasuh utama untuk menyediakan akses terhadap pendidikan, kesehatan, pemantauan, dan perlindungan dari hal-hal berbahaya di lingkungan sekitar, seperti baju dan makanan, padahal memiliki akses terhadap hal-hal tersebut.

Salah satu tanda pertama pelecehan atau penelantaran adalah perubahan perilaku yang drastis pada anak. Misalnya, anak yang biasanya ceria dan aktif menjadi lebih tertutup, cemas, atau agresif. Perubahan tiba-tiba dalam pola tidur, nafsu makan, atau minat juga bisa menjadi indikator. Adanya cedera fisik pada anak yang tidak sesuai dengan penjelasan yang diberikan oleh orang dewasa yang merawatnya bisa menjadi tanda pelecehan. Misalnya, memar, luka bakar, atau patah tulang yang sulit dijelaskan atau tidak sesuai dengan aktivitas anak sehari-hari. Keterlambatan pengobatan terhadap luka atau cedera yang sulit dijelaskan, khususnya pada tempat-tempat mencurigakan (torso, telinga, dan leher), khususnya yang di bawah 4 tahun, juga bisa menjadi tanda bahwa anak telah mengalami pelecehan fisik. Anak yang mengalami pelecehan atau penelantaran mungkin menunjukkan keterlambatan dalam perkembangan fisik, sosial, atau kognitif. Mereka mungkin memiliki kesulitan dalam berbicara, menjalani interaksi sosial, atau mencapai milestone perkembangan tertentu sesuai usia.

Anak-anak yang mengalami pelecehan atau penelantaran seringkali mengalami ketidakseimbangan emosional. Mereka mungkin menunjukkan gejala kecemasan, depresi, atau kemarahan yang tidak proporsional dengan situasi yang dihadapi. Penelantaran dapat tercermin dalam penampilan fisik anak. Anak yang mengalami penelantaran mungkin memiliki penampilan yang tidak terurus, pakaian yang kotor atau tidak sesuai dengan cuaca, serta tanda-tanda kurang gizi seperti berat badan di bawah normal. Anak yang merupakan korban penelantaran juga cenderung memiliki karies gigi yang ekstensif, luka-luka yang tidak terobati, dan padi bayi dan balita, dermatitis popok yang tidak ditangani.

Anak yang mengalami pelecehan atau penelantaran cenderung menarik diri dari interaksi sosial. Mereka mungkin enggan berpartisipasi dalam kegiatan bersama teman-teman atau menunjukkan ketidakmampuan untuk membina hubungan interpersonal yang sehat. Selain itu, Anak yang mengalami pelecehan atau penelantaran dapat menunjukkan ketakutan atau kekhawatiran terhadap orang tertentu atau situasi tertentu.

Mengenali tanda-tanda pelecehan dan penelantaran pada anak adalah langkah pertama yang kritis untuk melindungi kesejahteraan mereka. Pendidikan kepada masyarakat, termasuk guru, petugas kesehatan, dan anggota keluarga yang mungkin mendeteksi perubahan perilaku atau tanda-tanda fisik, sangat penting. Setiap tanda-tanda yang mencurigakan harus dilaporkan ke pihak yang berwenang untuk penyelidikan lebih lanjut. Tindakan secepatnya dapat mencegah terjadinya kerugian lebih lanjut pada anak dan membuka pintu untuk intervensi yang dapat menyelamatkan mereka dari situasi yang merugikan.

Referensi:

Gonzalez D, Bethencourt Mirabal A, McCall JD. Child Pelecehan and Neglect. [Updated 2023 Jul 4]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459146/