Tonsilitis Kronik pada Anak
Oleh: dr. Afiah Salsabila
Topik: Tonsilektomi, Tonsillitis Kronis, Antibiotik, ISPA
Pendahuluan
Tonsilitis kronik adalah kondisi peradangan pada tonsil yang berlangsung lama atau berulang, yang sering ditemukan pada kelompok usia anak-anak. Kondisi ini dapat memengaruhi kualitas hidup, menyebabkan gangguan perkembangan, dan meningkatkan risiko komplikasi serius jika tidak ditangani dengan baik. [1]
Tonsil memiliki peran penting sebagai pertahanan pertama tubuh dalam menangkap patogen yang masuk melalui saluran napas dan pencernaan. Namun, peradangan kronik pada tonsil menyebabkan fungsi ini terganggu, justru menjadikannya sumber infeksi yang berulang. Anak dengan tonsilitis kronik sering kali mengeluhkan nyeri tenggorokan berkepanjangan, disertai dengan bau mulut tidak sedap akibat penumpukan bakteri di celah-celah tonsil. Kondisi ini berulang dan bertahan selama berbulan-bulan, menyebabkan kelelahan dan gangguan nafsu makan.
Tak hanya itu, anak-anak yang mengalami tonsilitis kronik sering absen sekolah, yang berdampak pada performa akademik dan aktivitas sosial. Penelitian menunjukkan bahwa tonsilitis berulang dapat menyebabkan obstructive sleep apnea (OSA), di mana pembesaran tonsil menghambat saluran napas saat tidur, menyebabkan kualitas tidur yang buruk dan mengurangi suplai oksigen ke otak [2]. Dampak ini memengaruhi fokus, konsentrasi, serta pertumbuhan anak secara keseluruhan.
Jika tidak ditangani dengan baik, infeksi berulang akibat Streptococcus dapat memicu komplikasi sistemik seperti demam rematik dan glomerulonefritis akut. Demam rematik merupakan kondisi serius yang dapat merusak katup jantung dan meningkatkan morbiditas anak di masa mendatang [1,3]. Oleh karena itu, tonsilitis kronikbukan hanya persoalan lokal pada tenggorokan, tetapi juga dapat berdampak pada kesehatan jangka panjang anak.
Pendekatan Pencegahan dan Manajemen Tonsilitis Kronis
Mencegah tonsilitis kronik memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan edukasi kesehatan, peningkatan kebersihan, serta intervensi medis yang tepat. Kebiasaan sederhana seperti mencuci tangan, menghindari paparan polusi dan asap rokok, serta menjaga daya tahan tubuh anak melalui pola makan sehat menjadi langkah awal yang krusial. Anak yang mendapatkan nutrisi optimal, terutama dengan asupan vitamin C dan zat besi yang cukup, memiliki sistem imun yang lebih kuat dalam melawan infeksi berulang.
Dalam konteks medis, pengelolaan tonsilitis kronik bergantung pada penyebab yang mendasarinya. Infeksi bakteri yang berulang sering kali memerlukan terapi antibiotik yang terarah berdasarkan hasil kultur mikrobiologi. Amoksisilin tetap menjadi pilihan utama dalam pengobatan infeksi Streptococcus, namun penggunaannya harus bijak untuk mencegah resistensi bakteri [2]. Untuk kasus yang melibatkan infeksi anaerob, kombinasi antibiotik mungkin diperlukan guna mencapai resolusi optimal.
Namun, ketika terapi konservatif gagal memberikan hasil yang memadai, tindakan tonsilektomi atau pengangkatan tonsil dapat menjadi solusi. Tonsilektomi direkomendasikan pada anak dengan tonsilitis berulang yang mengganggu aktivitas sehari-hari dan menyebabkan komplikasi seperti abses peritonsil atau gangguan tidur.[3]
Meski demikian, keputusan untuk melakukan tonsilektomi harus didasarkan pada evaluasi menyeluruh, mempertimbangkan frekuensi infeksi, dampaknya terhadap kehidupan anak, serta risiko prosedur bedah. Dalam praktik sehari-hari, edukasi orang tua menjadi kunci penting agar mereka memahami manfaat dan risiko intervensi medis ini.
Dokter spesialis anak memiliki peran sentral dalam mendeteksi dini tonsilitis kronik, memberikan terapi yang sesuai, serta mencegah komplikasi yang mungkin timbul. Pemeriksaan fisik rutin dan riwayat kesehatan yang cermat dapat membantu membedakan tonsilitis kronis dari kondisi serupa seperti hipertrofi tonsil tanpa infeksi.
Komunikasi yang baik dengan keluarga pasien juga penting untuk memastikan kepatuhan dalam menjalani pengobatan, termasuk terapi antibiotik hingga tuntas. Selain itu, dokter dapat memberikan edukasi tentang pentingnya pola hidup sehat, kebersihan lingkungan, dan langkah-langkah pencegahan infeksi untuk mengurangi risiko kekambuhan tonsilitis.
Kesimpulan
Tonsilitis kronik pada anak merupakan masalah kesehatan yang memerlukan perhatian serius karena dapat memengaruhi kualitas hidup, perkembangan fisik, dan mental anak. Penyebab utamanya adalah infeksi bakteri atau virus yang berulang, dengan Streptococcus menjadi patogen utama. Pencegahan melalui perbaikan kebersihan diri, nutrisi yang memadai, serta intervensi medis yang tepat menjadi kunci dalam mengurangi angka kejadian tonsilitis kronis.
Tindakan tonsilektomi tetap menjadi pilihan definitif untuk kasus yang tidak responsif terhadap terapi konservatif, dengan manfaat yang signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup anak. Dengan pendekatan yang komprehensif, dokter anak dapat berperan aktif dalam mendeteksi, mencegah, dan mengelola tonsilitis kronis untuk memastikan anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Referensi
- Kalaiarasi R, Subramanian KS, Vijayakumar C, Venkataramanan R. Microbiological profile of chronic tonsillitis in the pediatric age group. Cureus. 2018;10(9):e3343.
- Alrayah M. The prevalence and management of chronic tonsillitis: experience from secondary care hospitals in Rabak city, Sudan. Cureus. 2023;15(2):e34914.
- Anderson J, Paterek E. Tonsillitis. [Updated 2023 Aug 8]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/books/NBK544342/