
Perlukah Suplemen Vitamin D?
6 Feb 2018
Author: dr. Dini Mirasanti, Sp.A
3 Agu 2021
Topik: Vit. D, Covid-19, Tips, 12-18 Tahun
Infeksi akibat virus corona atau yang dikenal dengan COVID-19 dapat memberikan berbagai gejala, mulai dari batuk pilek ringan hingga sesak napas berat. Sebelumnya COVID-19 dilaporkan lebih sering terjadi pada anak di atas usia 15 tahun, namun akhir-akhir ini jumlah pasien anak dengan COVID-19 semakin meningkat.
Vitamin D telah diketahui bermanfaat terhadap kesehatan tulang. Penelitian akhir-akhir ini memperlihatkan peran vitamin D dalam sistem kekebalan tubuh serta menurunkan kejadian dan beratnya infeksi bakteri maupun virus. Pemberian suplementasi vitamin D juga diketahui mengurangi risiko terjadinya infeksi saluran napas akut. Kekurangan vitamin D ternyata dapat menjadi faktor risiko terjadinya sindrom gagal napas akut.
Vitamin D terutama didapatkan dari radiasi sinar ultraviolet walaupun 20% kebutuhan vitamin D didapatkan dari makanan. Untuk memenuhi kebutuhan vitamin D, paparan sinar matahari harus terjadi pada wajah, tangan dan lengan dengan durasi 20-30 menit per sesi, 3 sesi per minggu. Paparan sinar matahari untuk memenuhi kebutuhan vitamin D utamanya pada tengah hari, sedangkan paparan pada jam 08.00-09.00 dan jam 16.00-17.00 memproduksi vitamin D dalam jumlah yang lebih kecil. Vitamin D dari makanan bersumber dari minyak ikan, seperti minyak ikan salmon dan makerel.
Beberapa negara seperti Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan data sekitar 16% anak mengalami kekurangan vitamin D. Masalah kekurangan vitamin D merupakan salah satu masalah yang dihadapi anak Indonesia. Salah satu penelitian yang dilakukan di Jakarta tahun 2012 mendapatkan sebanyak hampir 40% anak usia 7-12 tahun tidak memiliki kadar vitamin D yang cukup. Penelitian lain di Yogyakarta tahun 2018 mendapatkan hampir 100% anak usia 15-18 tahun mengalami kekurangan vitamin D, terutama anak yang obesitas.
Untuk itu, Inggris dan Amerika Serikat mendukung pemberian vitamin D untuk kesehatan tulang, mencegah kekurangan vitamin D pada anak, sekaligus memberikan suplementasi pada anak yang terinfeksi virus SARS-COV-2 dengan harapan gejala yang ditimbulkan tidak berat.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menganjurkan bayi sejak lahir hingga usia 1 tahun mendapatkan suplementasi vitamin D sebesar 400 IU/hari dan anak di atas 1 tahun sebesar 600 IU/hari untuk mengoptimalkan pertumbuhan tulang. Anak dengan obesitas atau menerima obat-obatan yang mengganggu pembentukan vitamin D mungkin membutuhkan dosis suplementasi yang lebih besar.
Dengan melonjaknya jumlah kasus anak dengan COVID-19 didukung dengan data bahwa masih banyak anak usia 7-18 tahun yang mengalami kekurangan vitamin D, maka pemberian suplementasi vitamin D sangat dianjurkan. Konsultasikan dengan dokter Anda mengenai suplementasi vitamin D yang dibutuhkan, terutama apabila anak Anda mengalami kekurangan vitamin D.
--
Penulis:
Dini Mirasanti (PrimaKu), Madarina Julia (PrimaKu, ed)
Referensi: