Meta PixelWaspada Campak: Ancaman Serius Akibat Rendahnya Vaksinasi<!-- --> | Articles | <!-- -->PrimaKu - Pelopor Aplikasi Tumbuh Kembang Anak di Indonesia

Waspada Campak: Ancaman Serius Akibat Rendahnya Vaksinasi

Author: dr. Afiah Salsabila

25 Apr 2025

Topik: Berita, Ilmiah, Vaksin Anak, Vaksin MMR, measles, Campak

Pada awal April 2025, Kalimantan Selatan kembali diguncang oleh Kejadian Luar Biasa (KLB) campak yang melibatkan puluhan anak balita di beberapa kabupaten seperti Banjar dan Hulu Sungai Selatan. Menurut laporan dari Banjarmasin Post, lonjakan kasus ini terjadi akibat cakupan vaksinasi yang jauh di bawah ambang batas kekebalan kelompok (herd immunity), yakni kurang dari 85%. (1) Padahal, untuk menghentikan transmisi virus campak, cakupan vaksinasi harus mencapai minimal 95%. (2)

Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Amerika Serikat pun mengalami kekhawatiran serupa. Laporan Tempo menyebutkan bahwa wabah campak yang muncul kembali di berbagai negara bagian AS disebabkan oleh tren penurunan vaksinasi dalam beberapa tahun terakhir. (3) Menurut CDC, cakupan dosis pertama vaksin campak secara global turun dari 86% pada 2019 menjadi hanya 81% pada 2021 akibat pandemi COVID-19. (2) Penurunan ini membuka celah besar bagi virus campak untuk menyebar kembali.

Campak bukanlah penyakit ringan. Ini adalah infeksi virus yang sangat menular, dengan tingkat penularan mencapai 90% di antara individu yang belum divaksin dalam lingkungan yang sama. (2)  Selain demam dan ruam kulit khas, komplikasi serius sering kali menyertai, terutama pada anak-anak. Lima komplikasi utama berikut harus menjadi perhatian serius:


1. Otitis Media

Otitis media, atau infeksi telinga tengah, merupakan komplikasi paling umum dari campak. Kondisi ini menyebabkan nyeri hebat, gangguan pendengaran sementara, dan dalam beberapa kasus, kerusakan permanen pada pendengaran. Infeksi berulang dapat mengganggu kemampuan anak dalam berkomunikasi dan memahami bahasa pada masa pertumbuhan awal. Tatalaksana meliputi pemberian antibiotik jika infeksi bakteri sekunder terjadi, serta analgesik untuk meredakan nyeri. (2)


2. Bronkopneumonia

Bronkopneumonia adalah penyebab utama kematian akibat campak. Infeksi ini dapat merusak jaringan paru-paru anak dan mengganggu pertukaran oksigen, menyebabkan hipoksia. Anak dengan komplikasi ini sering kali harus dirawat inap dan mendapat terapi oksigen serta antibiotik spektrum luas jika ada infeksi bakteri sekunder. Terapi suportif dan pemberian cairan juga penting untuk menghindari dehidrasi. (2)


3. Laringotrakeobronkitis (Croup)

Croup menyebabkan suara serak, batuk menggonggong, dan kesulitan bernapas. Pada anak kecil, hal ini bisa sangat mengkhawatirkan karena saluran napas yang sempit. Komplikasi ini dapat mengganggu pola tidur dan nafsu makan, sehingga berdampak pada pertumbuhan. Terapi biasanya berupa kortikosteroid dan, dalam kasus berat, nebulisasi epinefrin. (2)


4. Diare 

Campak dapat menyebabkan diare, yang mempercepat kehilangan cairan dan elektrolit, terutama pada bayi dan balita. Kondisi ini menyebabkan malnutrisi dan memperburuk kondisi gizi anak. Pengobatan diarahkan pada rehidrasi oral atau intravena serta pemulihan nutrisi dengan pemberian makanan bergizi tinggi. (2)


5. Ensefalitis dan SSPE

Komplikasi paling mengkhawatirkan adalah ensefalitis akut dan subacute sclerosing panencephalitis (SSPE). Ensefalitis terjadi pada sekitar 1 dari 1.000 kasus campak dan bisa menyebabkan gangguan neurologis permanen seperti kejang, kelumpuhan, atau gangguan belajar. SSPE, yang muncul bertahun-tahun setelah infeksi campak, menyebabkan kemunduran intelektual dan kejang yang progresif hingga kematian. Tidak ada terapi kuratif untuk SSPE; pencegahan melalui vaksinasi adalah satu-satunya jalan. (2)

Setiap komplikasi di atas dapat secara signifikan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Masa kanak-kanak adalah periode emas perkembangan kognitif dan fisik. Ketika infeksi berat mengganggu sistem pernapasan, neurologis, atau gizi anak, maka fungsi belajar, bermain, dan tumbuh menjadi dewasa sehat ikut terhambat. Anak yang mengalami gangguan pendengaran akibat otitis media, misalnya, berisiko mengalami keterlambatan bahasa. Begitu pula anak yang pernah dirawat intensif akibat pneumonia campak, yang mungkin mengalami stunting akibat malnutrisi sekunder. Sayangnya, belum ada terapi antivirus spesifik untuk campak. Penatalaksanaan komplikasi bersifat suportif, termasuk penggunaan vitamin A yang terbukti menurunkan tingkat kematian anak penderita campak. (2).Oleh karena itu, tindakan paling efektif adalah pencegahan melalui vaksinasi.

Vaksin campak—dalam bentuk kombinasi MMR (measles-mumps-rubella)—telah terbukti aman dan efektif. Dua dosis vaksin memberikan kekebalan terhadap lebih dari 99% individu. Pemberian vaksin pertama dilakukan pada usia 12–15 bulan, dan dosis kedua pada usia 4–6 tahun. Di masa KLB atau sebelum bepergian ke daerah endemis, vaksin dapat diberikan mulai usia 6 bulan. (2)

Dalam konteks ini, peran dokter dan tenaga kesehatan menjadi sangat krusial. Tidak cukup hanya memberikan vaksin, edukasi kepada orang tua mengenai pentingnya imunisasi harus terus dilakukan. Keengganan atau ketakutan terhadap vaksin kerap kali berasal dari informasi yang keliru. Kampanye yang jelas, berbasis data, dan disesuaikan dengan nilai-nilai lokal sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

Sebagai penutup, campak bukan hanya ruam kulit yang bisa hilang dalam beberapa hari. Campak adalah penyakit serius yang bisa meninggalkan jejak seumur hidup atau bahkan merenggut nyawa. Satu langkah sederhana—vaksinasi—bisa menjadi perisai terkuat anak dari bahaya ini. Mari lindungi masa depan anak-anak kita dengan menyuarakan pentingnya vaksinasi kepada masyarakat luas.


Daftar Pustaka

  1. Banjarmasin Post. Waspada Ancaman Campak. 23 April 2025. Tersedia dari: https://banjarmasin.tribunnews.com/2025/04/23/waspada-ancaman-campak
  2. American Academy of Pediatrics. Measles. In: Red Book: 2024 Report of the Committee on Infectious Diseases. 33rd ed. Itasca, IL: AAP; 2024. p. 570–584.
  3. Tempo. Wabah Campak Bikin Cemas AS karena Angka Vaksinasi Rendah. Tersedia dari: https://www.tempo.co/gaya-hidup/wabah-campak-bikin-cemas-as-karena-angka-vaksinasi-rendah--1214410