Panic buying obat-obatan untuk covid-19, apa bahayanya?
Author: dr. Lucyana Santoso
Topik: Panic Buying, Covid-19, PPKM, Oseltamivir, Ivermectin, 12-18 Tahun, 7-12 Tahun, 4-7 Tahun, 1-3 Tahun
Saat ini tren “panic buying” sedang menjamur di masyarakat karena tingginya lonjakan kasus covid-19, dengan angka kematian yang tinggi. Berbagai obat-obatan yang seharusnya tidak dijual bebas, saat ini dapat diperoleh baik secara langsung atau pembelian daring. Bahkan obat-obatan yang belum jelas buktinya untuk pengobatan pun diborong dalam jumlah besar untuk “jaga-jaga”. Namun apakah pola pikir “walaupun manfaat belum jelas, tetapi kalau efek sampingnya hanya ringan, gapapa lah, namanya juga usaha” memiliki dampak jangka panjang yang lebih berbahaya dibandingkan efek samping obat itu sendiri?
Perlu diingat bahwa karakteristik pasien covid anak berbeda dengan pasien dewasa. Mayoritas kasus anak (85%) bersifat asimtomatik atau gejala ringan, 10% bergejala sedang-berat, dan di bawah 5% kasus kritis. Kondisi ini berbeda dengan pasien dewasa yang memiliki angka kesakitan dan kematian yang lebih tinggi. Artinya tidak semua obat-obatan yang digunakan pada dewasa dapat digunakan juga pada anak.
Beberapa obat yang menjadi pusat perhatian akhir-akhir ini adalah azitromisin, oseltamivir, favipiravir (avigan), deksametason dan ivermectin. Pada artikel ini sahabat PrimaKu akan diajak untuk mengetahui secara singkat jenis obat serta indikasi masing-masing obat yang konon katanya bermanfaat dalam terapi covid-19.
Azitromisin
Obat ini adalah antibiotik golongan makrolida yang dapat membasmi bakteri atipik. Pemberian antibiotik ini tidak serta merta diberikan pada semua pasien confirmed covid-19, namun hanya jika terdapat kecurigaan infeksi bakteri atipik sesuai ekpertise dokter. Apa bahayanya jika antibiotik ini dibeli dan digunakan secara luas oleh masyarakat tanpa indikasi? Resistensi obat akan meningkat, yang artinya akan muncul bakteri-bakteri atipik yang “tidak lagi mempan” jika diberikan azitromisin di masyarakat. Padahal infeksi bakteri atipik ini dapat menjadi komorbid covid-19 yang memperparah penyakit. Bisa dibayangkan jika penggunaan azitromisin ini “sembarangan”, maka justru pada saat kita benar-benar membutuhkannya obat ini tidak lagi mampu untuk mengatasi infeksi yang terjadi.
Oseltamivir
Oseltamivir adalah antivirus yang digunakan untuk mengatasi influenza. Virus influenza berbeda dengan virus SARS-CoV2 yang menyebabkan covid-19, meskipun gejala yang ditimbulkan dapat saling tumpang tindih. Oseltamivir hanya diberikan jika dokter mempertimbangkan kemungkinan infeksi covid bersamaan dengan influenza. Nah untuk mencegah hal ini, maka penting dilakukan imunisasi sesuai jadwal yang direkomendasikan IDAI ya parents, termasuk imunisasi influenza!
Favipiravir (avigan)
Favipiravir adalah anti virus yang digunakan di Cina untuk tata laksana Covid-19. Obat ini digunakan di Jepang untuk antivirus influenza. Bukti yang ada menunjukkan antivirus dapat menurunkan keparahan penyakit covid-19, namun bukti ilmiah yang menunjang pemakaiannya pada populasi anak, baik indikasi maupun dosis yang tepat masih sangat terbatas. Jadi jangan sesekali memberikan obat ini tanpa rekomendasi dari dokter ya….
Deksametason
Deksametason adalah obat golongan steroid yang dapat menekan respon peradangan/inflamasi di jaringan maupun di seluruh tubuh. Pada prinsipnya obat ini hanya digunakan pada kondisi covid dengan gejala sedang-berat, dan memerlukan oksigen aliran tinggi. Bahayanya jika obat ini digunakan secara sembarangan adalah meningkatnya risiko infeksi sekunder akibat bakteri lain, karena sifatnya yang menekan respon peradangan, yang seharusnya merupakan mekanisme protektif tubuh terhadap patogen. Selain itu pemakaian berulang jangka panjang juga dapat menimbulkan efek samping berupa hambatan pertumbuhan, moon face, penumpukan lemak di punggung, nekrosis kulit, dan lainnya.
Ivermectin
Ivermectin merupakan obat antiparasit yang saat ini sedang naik daun karena berdasarkan studi in-vitro memiliki dampak penurunan marker peradangan covid, dan mempercepat bersihan virus. Namun demikian hingga saat artikel ini ditulis WHO belum merekomendasikan penggunaan ivermectin selain untuk studi/penelitian. Meskipun efek samping yang dijumpai pada studi yang telah dilakukan bersifat ringan, namun belum tentu kejadian serupa yang akan ditemukan di masyarakat apabila obat tersebut digunakan secara luas. Terlebih penggunaannya pada anak, tidak bisa sembarangan atau coba-coba karena perjalanan dan efek obat dalam tubuh anak dapat berbeda dengan orang dewasa.
Referensi
- Venturini E, Montagnani C, Garazzino S, Dona D, Pierantoni L, Vecchio AL. Treatment of children with COVID-19: position paper of the Italian Society of Pediatric Infectious Disease. Ital J Pediatr 46, 139 (2020). https://doi.org/10.1186/s13052-020-00900-w
- Tezer H, Demirdag TB. Novel coronavirus disease (COVID-19) in children. Turk J Med Sci. 2020; 50(3): 592–603.
- Bryant A, Lawrie TA, Dowswell T, Fordham E, Mitchell S, Hill S, et al. Ivermectin for Prevention and Treatment of COVID-19 Infection: a Systematic Review and Meta-analysis
- (preprint). https://assets.researchsquare.com/files/rs-317485/v1/0696442e-24ca-49b1-9655-a3aa500bba04.pdf?c=1624280341
- Hill A, Garratt A, Levi J, Falcone J, Ellis L, McCann K, et al. Meta-analysis of randomized trials of ivermectin to treat SARS-CoV-2 infection