primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Adaptasi Bayi terhadap Rasa & Makanan

Author:

Topik: bayi

Adaptasi Bayi terhadap Rasa & Makanan

 

Indera manusia mulai berkembang sejak usia awal kehamilan, yang diikuti dengan semakin berkembangnya otak dan organ yang berperan dalam hal penginderaan, seperti mata, hidung, telinga, dan lidah. Aroma yang ditimbulkan oleh cairan ketuban (amniotic fluid) merangsang reseptor indera perasa pada janin sewaktu ia mulai dapat menelan cairan ketuban pada usia 12 minggu kehamilan.  Sejak itulah janin terpajan berbagai macam komponen rasa, termasuk glukosa, protein dan asam amino, lemak serta garam. Pada usia kehamilan 26-28 minggu, dibuktikan adanya perubahan wajah terhadap berbagai stimulasi rasa yang berbeda.

 

Bayi baru lahir lebih mudah beradaptasi terhadap rasa manis, tidak berespon terhadap rasa asin, tetapi sebaliknya rasa asam dan pahit ditolaknya. Rasa asin sendiri mulai berkembang setelah bayi usia 4-6 bulan, sedangkan kapan mulai timbulnya respon terhadap rasa gurih belum banyak diketahui. Respon bayi terhadap rasa ini sesungguhnya adalah suatu mekanisme pertahanan alamiah dari bayi terhadap racun/kontaminan yang mungkin terdapat dalam makanan.

 

Pada bayi yang mendapatkan air susu ibu (ASI), seharusnya lebih mudah untuk beradaptasi terhadap berbagai macam rasa. Mengingat ASI sendiri mengandung berbagai macam rasa dan aroma tergantung makanan sang ibu. “Rasa” makanan yang dikonsumsi ibu dapat terdeteksi dalam ASI sekitar 1-2 jam setelah konsumsi. Pajanan dan pengenalan berbagai macam rasa pada masa kehamilan dan menyusui ini sangat berhubungan dengan pilihan/kesukaan bayi nantinya sewaktu pemberian makanan padat.

 

Adaptasi terhadap rasa dapat dilakukan dengan mencampurkan rasa yang ingin dikenalkan tersebut dengan makanan yang telah diketahui dan disukai oleh bayi. Panca indera yang telah merasakan suatu yang tidak enak, diiringi dengan reaksi tubuh berupa mual atau muntah saat mengonsumsi makanan tertentu, seringkali akan memberikan “trauma” dan akan tercatat dalam memori sepanjang usia.

 

Adaptasi terhadap makanan juga dipengaruhi oleh bentuk/ukuran dan kandungannya. Umumnya reaksi positif akan timbul terhadap makanan yang bentuknya kecil tapi berenergi tinggi. Kondisi lingkungan juga akan memengaruhi pilihan makanan pada bayi dan anak. Mereka akan lebih memilih makanan yang sering diberikan dalam suasana gembira. Oleh karena itu makanan manis dan mengandung lemak seperti coklat dan ice cream merupakan pilihan yang menyenangkan.

 

Ya, pemberian makan pada anak itu adalah proses belajar. Tiap periode mempunyai keunikannya masing-masing. Saat mulai makan padat, usia 4-6 bulan, seorang bayi tidak akan takut untuk mencoba makanan. Pada periode ini sangatlah mudah dalam mengenalkan makanan. Usia 6-12 bulan merupakan periode yang paling baik dalam memperkenalkan tekstur makanan.

 

Adanya keterlambatan pengenalan tekstur (yang seharusnya makin lama makin padat dan kasar) akan berhubungan dengan sulit makan di kemudian hari. Sebaliknya pada periode otonomi, yaitu sekitar usia 18-24 bulan, di saat anak sudah dapat berjalan dan memilih makanannya sendiri, seorang anak cenderung sensitif dan takut mencoba sesuatu yang baru (neophobia). Sekali lagi, hal ini sebetulnya merupakan satu upaya pertahanan tubuh terhadap makanan yang berbahaya dan beracun, sehingga peran ibu dan pengasuh menjadi orang terdepan dalam memilihkan makanan sangatlah penting.

 

Pengulangan terhadap rasa dan makanan sangat diperlukan untuk dapat memberikan adaptasi. Bahkan kadang diperlukan sekitar 5-10 kali pemberian, barulah toleransi didapatkan. Hal ini umumnya berlaku hingga anak usia 5 tahun. Berdasarkan penelitian, toleransi terhadap rasa dan makanan bersifat individual dan lebih mudah terjadi pada jenis kelamin perempuan. Terdapat kemiripan yang sama dalam satu keluarga memungkinkan adanya komponen genetik yang berperan.  Neophobia  sendiri akan menghilang seiring dengan waktu dan dapat dibantu dengan memberikan lingkungan yang positif seperti memfasilitasi variasi makanan yang beragam, adanya tokoh panutan (orangtua, teman, keluarga, bahkan bintang idola) dan suasana yang menyenangkan. Jadi…jangan berikan yang itu-itu saja ya bu….berani untuk mencoba! (Titis Prawitasari, Jakarta 30 April 2016)

 

Kepustakaan

Mennela JA, Beauchamp GK. Flavor perception in human infants: development and functional significance. Digestion. 2011;83:1-6
Nguyen SP, Girgis H, Robinson J. Predictors of children's food selection: The role of children's perceptions of the health and taste of foods. Food Qual Prefer. 2015:4;106-9.
Kapsimali M, Barlow LA. Developing a sense of taste. Semin Cell Dev Biol. 2013;24: 200–9.
 

familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: