Apakah Protein Nabati Bisa Menggantikan Protein Hewani?
Author: Fitri Permata
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Topik: Article, Protein Nabati, Protein Hewani, MPASI Anak, MPASI, Parenthood, 6-12 Bulan, 6-12 Bulan
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting untuk perbaiki sel-sel tubuh yang rusak, terutama untuk anak-anak. Protein harus dipenuhi untuk menunjang tumbuh kembangnya. Tahukah MomDad, ada 2 sumber protein yang biasa dikonsumsi, yaitu protein hewani dan protein nabati. Lantas apakah keduanya bisa saling menggantikan satu sama lain? Yuk, kita cari tahu!
Perbedaan Protein Nabati & Protein Hewani
Ketika berbicara tentang protein, banyak dari kita langsung terpikir daging, ikan, atau telur. Tapi tahukah MomDad, bahwa protein juga bisa didapat dari sumber nabati seperti kacang-kacangan dan biji-bijian? Nah, yang sering menjadi pertanyaan adalah, mana yang lebih baik, protein nabati atau protein hewani? Apa sih perbedaannya, yuk, kita bahas!
Perbedaan Asam Amino dalam Protein Nabati dan Hewani
Asam amino adalah komponen dasar protein yang diperlukan tubuh. Ada 20 jenis asam amino yang dibagi menjadi esensial dan non-esensial. Tubuh tidak bisa memproduksi asam amino esensial, sehingga harus mendapatkannya dari makanan. Protein hewani, seperti daging dan ikan, mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap dibandingkan sumber protein nabati.
Meskipun kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup lengkap, jumlah asam amino esensial di dalamnya tetap lebih sedikit dibandingkan sumber protein hewani.
Protein Hewani Lebih Kaya Akan Mikronutrien
Selain asam amino, protein hewani juga unggul dalam kandungan mikronutrien seperti vitamin dan mineral. Contohnya, vitamin B12 yang hanya ditemukan dalam produk hewani seperti daging, unggas, ikan, dan susu. Demikian juga dengan vitamin D yang lebih mudah diserap dari sumber hewani seperti ikan berlemak dan telur.
Protein hewani juga kaya akan zat besi heme, jenis zat besi yang lebih mudah diserap tubuh dan ditemukan pada daging merah, serta zinc yang banyak terdapat dalam makanan laut dan daging merah.
Protein Nabati Bebas Kolesterol dan Lemak Jenuh
Protein nabati memiliki keunggulan yaitu bebas dari kolesterol dan lemak jenuh, yang sering ditemukan dalam protein hewani, terutama daging merah. Konsumsi berlebihan kolesterol dan lemak jenuh dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, seperti jantung koroner dan stroke, serta meningkatkan risiko penyakit kronis lain seperti diabetes tipe 2. Mengonsumsi protein nabati justru bisa membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Protein Hewani Direkomendasikan Kemenkes dalam Panduan Gizi Isi Piringku
"Isi Piringku" adalah panduan gizi harian seimbang yang disusun oleh Kementerian Kesehatan RI berdasarkan perkembangan ilmu gizi terbaru. Berbeda dengan konsep lama 4 Sehat 5 Sempurna, "Isi Piringku" tidak hanya mengatur jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam sekali makan, tetapi juga memberi panduan porsi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan gizi harian.
Dalam panduan "Isi Piringku", setiap kali makan dianjurkan mengisi 50% piring dengan sayur dan buah, sementara 50% lainnya diisi dengan makanan pokok dan lauk pauk.
Lalu, Mengapa Kemenkes Memasukkan Protein Hewani dalam Panduan "Isi Piringku"?
Mengandung asam amino esensial yang lengkap dan lebih mudah dicerna oleh tubuh. Asam amino esensial seperti histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, dan valin sangat penting bagi tubuh karena tidak bisa diproduksi sendiri dan harus diperoleh dari makanan.
Protein hewani juga kaya akan makronutrien esensial lain, seperti asam lemak esensial (asam lemak yang tidak dapat disintesis tubuh, namun harus didapat dari sumber makanan), serta mikronutrien penting seperti zinc, besi, yodium, magnesium, kalsium, vitamin A, B, dan D yang semuanya berperan dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal.
Kebutuhan Protein yang Dibutuhkan Anak
Pada bayi usia 0-6 bulan, seluruh kebutuhan proteinnya dapat dipenuhi melalui ASI eksklusif. Namun, ketika memasuki usia 6 bulan, bayi mulai mendapatkan MPASI (Makanan Pendamping ASI), dan kebutuhan protein harian harus dipenuhi dari asupan MPASI. Jumlah protein yang dibutuhkan anak akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan dan usia mereka. Berikut adalah kisaran rincian kebutuhan protein harian anak berdasarkan usianya:
- Usia 0–5 bulan: 6 gram
- Usia 6–11 bulan: 10-15 gram
- Usia 1–3 tahun: 20 gram
Memastikan anak mendapatkan asupan protein yang cukup sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang optimal, terutama pada fase awal kehidupan.
Bisa Nggak Sih, Protein Nabati Menggantikan Protein Hewani?
Meskipun protein nabati seperti tempe punya kandungan protein yang cukup tinggi, asam amino esensial di dalamnya nggak selengkap dan nggak semudah dicerna seperti protein hewani. Kalau hanya mengandalkan protein nabati, terutama buat yang menjalani pola makan vegetarian, MomDad perlu banget mengkombinasikan berbagai jenis makanan nabati agar asam amino esensialnya tercukupi.
Contohnya, kedelai kurang triptofan, dan kacang-kacangan nggak cukup mengandung metionin. Jadi, supaya kebutuhan asam amino esensial tetap terpenuhi, MomDad harus makan beragam sumber protein nabati yang dikombinasikan dengan baik, ya!
Jenis Protein Hewani Terjangkau untuk Nutrisi Anak, Apa Saja sih, MomDad?
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi si Kecil, ada beberapa jenis protein hewani yang baik dan harganya terjangkau. Yuk, simak pilihan-pilihannya!
1. Daging Sapi
Daging sapi kaya akan vitamin, mineral, dan asam amino esensial yang penting banget untuk pertumbuhan anak. Di pasaran, ada berbagai variasi daging sapi yang berbeda kadar lemaknya. Misalnya, daging sapi dengan 70% daging tanpa lemak (lean meat) dan 30% lemak, mengandung sekitar 30 gram lemak, 14 gram protein, dan 332 kalori per 100 gram.
Untuk anak dengan berat badan 10 kg, konsumsi 100 gram daging sapi setiap hari sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan protein, dengan asupan kalori harian sekitar 1000-1200 kkal. Daging sapi juga bisa diolah jadi beragam menu BB booster yang lezat, seperti spaghetti Bolognese, kroket, atau bitterballen.
2. Daging Ayam
Daging ayam adalah sumber protein yang mudah didapat dan ramah di kantong. Setiap 100 gram daging ayam kampung mengandung sekitar 246 kkal, 37,9 gram protein, dan 9 gram lemak. Sedangkan, daging ayam negeri memberikan energi lebih banyak, yakni 295 kkal, dengan 37 gram protein dan 14,7 gram lemak. Meskipun ayam broiler lebih berlemak, ayam kampung justru lebih kaya zat besi. Jadi, MomDad bisa pilih sesuai kebutuhan!
3. Ikan Kembung
Ikan kembung adalah pilihan lokal yang bergizi tinggi. Kandungan omega-3-nya bahkan lebih tinggi dari salmon, lho! Dalam 100 gram ikan kembung, terdapat 2,7 gram omega-3, 14 gram lemak, 200 kalori, dan 19 gram protein. Selain harganya yang terjangkau, ikan kembung juga mudah didapat dan bisa jadi bahan MPASI yang enak, mulai dari bubur hingga ikan kembung goreng crispy. Hati-hati ya dengan durinya yang halus, pastikan anak tidak tertelan!
4. Telur
Telur adalah bahan makanan yang serba guna dan banyak digunakan. MomDad tahu nggak, satu butir telur ukuran sedang setara dengan 30 gram daging dalam hal kandungan proteinnya? Satu butir telur besar (50 gram) mengandung 6 gram protein, 5 gram lemak, dan 78 kkal. Selain itu, telur juga kaya DHA dan vitamin-mineral penting untuk tumbuh kembang anak. Telur bisa digunakan dalam berbagai masakan, seperti nugget, martabak, pancake, atau bakwan, jadi bisa jadi sumber protein saat makan utama atau camilan.
5. Hati Ayam
Hati ayam adalah sumber protein yang tinggi meskipun kalorinya lebih rendah dibandingkan daging sapi. Dalam 100 gram hati ayam, terdapat 167 kalori, 5 gram lemak, dan 25 gram protein. Yang menarik, hati ayam juga mengandung zat besi tertinggi, yakni 3,6 mg zat besi heme per 100 gram. Jadi, sangat baik untuk mendukung kebutuhan nutrisi si kecil!
Dengan pilihan protein hewani yang terjangkau ini, MomDad bisa memastikan anak mendapatkan nutrisi yang seimbang untuk tumbuh kembang optimal!
Baik protein nabati maupun protein hewani memiliki keunggulan masing-masing dan keduanya sangat penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Sementara protein hewani menyediakan asam amino esensial dan mikronutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal, protein nabati menawarkan manfaat kesehatan tambahan, seperti bebas kolesterol dan lemak jenuh. Oleh karena itu, mengombinasikan kedua sumber protein ini dalam pola makan si Kecil adalah langkah yang bijaksana untuk memastikan asupan nutrisi yang seimbang dan mendukung perkembangan mereka secara menyeluruh.
Referensi:
- Hello Sehat. 2023. Perbedaan Protein Hewani dan Nabati yang Perlu Diketahui https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/protein-nabati-dan-protein-hewani-manakah-yang-lebih-baik/
- Kemenkes. 2024. Isi Piringku, Panduan Kebutuhan Gizi Seimbang Harian https://ayosehat.kemkes.go.id/isi-piringku-kebutuhan-gizi-harian-seimbang
- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2019 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN UNTUK MASYARAKAT INDONESIA
- PRODI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR TAHUN 2023
- Abeshu MA, Lelisa A, Geleta B. Complementary Feeding: Review of Recommendations, Feeding Practices, and Adequacy of Homemade Complementary Food Preparations in Developing Countries - Lessons from Ethiopia. Front Nutr. 2016 Oct 17;3:41. doi: 10.3389/fnut.2016.00041. PMID: 27800479; PMCID: PMC5065977.
- Parikh, P., Semba, R., Manary, M., Swaminathan, S., Udomkesmalee, E., Bos, R., Poh, B. K., Rojroongwasinkul, N., Geurts, J., Sekartini, R., & Nga, T. T. (2021). Animal source foods, rich in essential amino acids, are important for linear growth and development of young children in low- and middle-income countries. Maternal & Child Nutrition, e13264. https://doi.org/10.1111/mcn.13264