Begini Cara Mengenalkan Makanan Baru pada Anak
Author: Fitri Permata
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Topik: Makanan Baru, Tips, MPASI, Nutrisi, Diari Nutrisi
Beberapa anak memiliki preferensi makanan tertentu, termasuk hanya mau makan nasi. Anak yang hanya mau makan nasi namun menolak kelompok makanan lain seperti protein/sayur/buah/lemak dikategorikan sebagai selective eater, yang merupakan bagian dari food preference. Food preference memiliki spektrum, mulai dari picky eater sampai selective eater. Picky eater didefinisikan sebagai anak yang menolak makanan tertentu atau pilih-pilih makan, namun masih mengonsumsi minimal satu macam dari setiap kelompok makanan, yaitu karbohidrat, protein, sayur atau buah. Sedangkan selective eater adalah anak yang menolak semua jenis makanan dalam kelompok makanan tertentu, misalnya menolak semua makanan sumber protein.
Picky eater merupakan fase normal perkembangan anak, namun selective eater merupakan kondisi patologis. Anak selective eater berisiko mengalami malnutrisi karena hilangnya nutrisi/asupan dari salah satu golongan makanan tertentu, baik itu makronutrien atau mikronutrien. Selective eater merupakan kondisi yang sering terjadi pada gangguan perilaku, seperti pada autistic spectrum disorder, posttraumatic feeding disorder, gangguan menelan, keterlambatan oromotor, dan kelainan saluran cerna.
Faktor yang memengaruhi terjadinya food neophobia dan food preference antara lain adalah paparan makanan pada usia dini, tekanan dalam proses makan, tipe kepribadian, parental feeding styles, dan pengaruh lingkungan.
Paparan terhadap rasa sendiri sudah timbul sejak dari dalam kandungan, melalui cairan amnion. Paparan ini kemudian dilanjutkan dengan ASI, karena rasa makanan yang dimakan ibu juga akan diperkenalkan kepada bayi yang menyusu. Oleh karena itu, pola makan ibu selama mengandung dan menyusui akan sangat memengaruhi preferensi makan anak.
Intervensi perilaku berupa pengenalan makanan baru sejak usia dini merupakan salah satu upaya pencegahan picky eater. Tata laksana picky eater maupun selective eater adalah mengatasi ketidaksukaan terhadap makanan dengan pengenalan sistematik terhadap makanan baru (systematic introduction of new food), menggunakan prinsip berikut:
- Sajikan makanan dalam porsi kecil.
- Sajikan berbagai makanan yang bervariasi meskipun bukan merupakan makanan yang disukai orang tua.
- Paparkan anak terhadap makanan baru sebanyak 10-15 kali. Penelitian menunjukkan bahwa dibutuhkan 10 kali atau lebih paparan untuk meningkatkan penerimaan terhadap makanan baru pada anak usia 2 tahun; dan 8-15 kali paparan pada anak usia 4-5 tahun. Pengenalan awal dapat dilakukan dengan menyajikan makanan baru tersebut di piring orang tua.
- Sajikan makanan baru di meja pada jarak yang terjangkau oleh anak tanpa menawarkan kepada anak. Batita umumnya lebih tertarik mencoba makanan baru bila mereka memegang kendali, namun bila mereka diminta atau disuruh memakan sesuatu yang baru, maka umumnya mereka secara spontan akan menolak.
- Berikan contoh makan makanan baru dengan cara yang menyenangkan tanpa menawarkan makanan tersebut kepada anak sampai ketakutan anak menghilang dan anak mengekspresikan ketertarikan kepada makanan baru tersebut. Semakin banyak orang di sekitar anak yang makan makanan serupa, maka anak akan semakin tertarik.
- Jika paparan terhadap makanan tertentu menyebabkan anak ingin muntah atau bahkan muntah, hentikan makan makanan tersebut dan cobalah makan makanan yang lebih mendekati makanan yang disukai anak.
- Campurlah sedikit makanan baru dengan makanan yang sudah disukai anak dan perlahan-lahan tingkatkan proporsi makanan baru (food chaining). Misalnya, apabila anak suka french fries maka Mom dapat memberikan modifikasi kentang olahan dengan membuat kroket/perkedel hingga pai ayam. Penelitian menunjukkan bahwa food chaining yang dilakukan selama 3 bulan pada anak usia 1-14 tahun dapat memperbaiki penerimaan makanan anak yang memiliki selektivitas yang ekstrim.
- Bersikap dan berpikir netral dan tenang dalam menyikapi asupan makanan anak.
Sementara itu, ada kasus di mana anak usia 2 tahun, cuma mau makan nasi. Meskipun sudah diselipkan lauk di dalam nasi, kalau dia tahu dan lauknya tergigit, malah dilepeh. Bagaimana cara untuk mengatasi situasi ini? Nah, tipsnya ada di poin ke-7 di atas, yaitu menerapkan food chaining, prinsip membuat makanan yang ingin diberikan saat ini semirip mungkin dengan makanan yang dia sukai.
Misalnya jika seorang anak menolak daging ayam utuh, namun menyukai chicken nugget kemasan, maka ibu dapat membuat nugget homemade dengan bentuk dan tekstur yang mirip dengan nugget olahan. Penawaran makan ini dapat dimulai dengan porsi kecil (misalnya saat awal makan, lauk terdiri dari 3 nugget olahan dan 1 nugget homemade) dan ditingkatkan bertahap. Apabila penerimaan anak sudah lebih baik, maka menu nugget homemade dapat diubah menjadi ayam bumbu tepung dan seterusnya, hingga misalnya anak menerima ayam utuh dalam bentuk ayam opor/ayam goreng dan seterusnya.
Referensi: Rekomendasi tatalaksana masalah makan pada anak dan balita. IDAI. 2014. UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik