Bisa Sebabkan Trauma hingga Perlukaan, Waspada Dampak Anak Sulit BAB!
Author: Fitri Permata
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso Sp.A
Topik: Sulit BAB, Tumbuh Kembang, Konstipasi
Pernahkah MomDad merasa khawatir melihat si Kecil kesulitan buang air besar (BAB)? BAB yang keras dan susah keluar bisa jadi tanda si Kecil mengalami konstipasi. Tapi, mengapa hal ini bisa terjadi? Ternyata, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan feses si Kecil menjadi keras dan sulit dikeluarkan.
Penyebab BAB keras
Konstipasi terjadi saat feses bergerak terlalu lambat di saluran cerna sehingga cairan pada feses diserap terlalu banyak di usus besar. Akibatnya feses menjadi keras dan kering. Pada anak-anak, hal ini dapat terjadi akibat:
- Kebiasaan menahan BAB
Takut pada toilet, rasa jijik, atau terlalu asyik bermain membuat si Kecil sering menahan BAB. Lama-kelamaan, kebiasaan ini sulit diubah.
- Masalah toilet training
Toilet training yang dimulai terlalu dini dapat mengakibatkan “power struggle” antara orang tua dan anak. Kondisi ini membuat anak menolak dan membangkang dengan menahan feses. Awalnya hal ini terjadi secara sadar, namun kebiasaan menahan feses yang berulang dan berlangsung lama akan sulit diubah.
- Pola makan
Diet rendah serat dan kurangnya asupan cairan dapat menyebabkan konstipasi. Hal ini sering timbul saat bayi mulai MPASI, yang mana terjadi perubahan diet yang sebelumnya 100% cair (ASI atau susu formula) menjadi padat. Meskipun demikian, penting diingat untuk tidak perlu memberikan serat berlebihan pada awal MPASI, karena serat yang berasal dari sumber nabati biasanya memiliki komponen antinutrien yang dapat menghambat penyerapan zat gizi yang diperlukan bayi.
- Kurang aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik membuat pergerakan usus menjadi lambat. Perbanyak aktivitas fisik bersama anak, seperti berolahraga atau bermain yang menggunakan gerakan fisik.
- Perubahan rutinitas
Perubahan keseharian atau rutinitas, seperti saat bepergian atau hari pertama masuk sekolah, stress dengan lingkungan baru/rumah baru dapat menyebabkan seorang anak mengalami konstipasi.
- Obat-obatan
Konsumsi beberapa jenis obat-obatan tertentu dapat memperberat konstipasi.
- Faktor medis
Beberapa kondisi medis seperti masalah bentuk/anatomi saluran cerna, beberapa penyakit sistemik seperti hipotiroid dan alergi susu sapi juga dapat menimbulkan gejala konstipasi.
Cara agar frekuensi BAB anak lancar
Mencegah tentu lebih baik daripada mengobati. Beberapa cara di bawah ini dapat diterapkan di rumah untuk mencegah konstipasi:
- Berikan serat yang cukup setiap harinya
Setiap hari anak membutuhkan serat sekitar 0,5 gram setiap kg berat badannya. Untuk mudahnya, kebutuhan serat per hari dapat diestimasi dengan menambahkan usia (tahun) dengan 5 gram/hari.
Seorang anak berusia 4 tahun akan membutuhkan sekitar 9 gram serat setiap harinya (usia 4 tahun ditambah 5 gram, setara dengan 9 gram). Kebutuhan serat harian ini biasanya akan tercukupi apabila anak mengkonsumsi paling tidak 5 porsi buah atau sayur dalam sehari.
Beberapa contoh lain dapat dilihat di tabel berikut ini:
Sumber gambar: https://www.persagibandung.org/2017/12/panduan-diet-tinggi-serat-cara-sehat.html
- Berikan cukup cairan
Bila asupan cairannya kurang, tubuh akan cenderung menyerap sebanyak mungkin cairan saat tinja melewati usus besar, sehingga tinja menjadi kering dan keras.
Kebutuhan cairan per hari dapat dihitung menggunakan rumus 100 ml/kg untuk 10 kg pertama; 50 ml/kg untuk 10 kg kedua; dan 25 ml/kg untuk kg selanjutnya. Sebagai contoh, seorang anak dengan berat badan 30 kg akan memerlukan: 100 ml x 10 kg pertama + 50 ml x 10 kg kedua + 25 ml x 10 kg ketiga, sehingga total kebutuhan cairan per harinya adalah 1750 ml.
- Perbanyak aktivitas fisik
Aktivitas fisik akan merangsang pergerakan usus dan mencegah konstipasi.
- Ajari untuk memiliki kebiasaan BAB rutin setiap harinya
Kebiasaan ini dapat dikerjakan pada jam-jam tertentu anak menunjukkan keinginan BAB, misalnya sekitar 30 menit setelah sarapan ajak anak menggunakan toilet sekitar 5-10 menit untuk BAB. Pijakan kaki juga dapat digunakan apabila posisi toilet duduk masih terlampau tinggi agar kakinya tidak menggantung dan anak lebih nyaman saat BAB.
- Ingatkan untuk mendengarkan “sinyal” tubuhnya sendiri
Anak-anak yang terlalu asyik bermain sering mengabaikan keinginan untuk BAB dan menahannya, yang bisa berujung pada konstipasi. Anak dapat diingatkan untuk berhenti bermain sejenak untuk ke toilet dan dapat kembali bermain sesudahnya.
- Dukung anak dalam prosesnya
Hindari menghukum ketika mendapati anak BAB di celana atau mengalami enkopresis. Pujilah anak atas usahanya dalam menggunakan toilet, bukan hanya saat ia “berhasil” BAB di toilet.
Dampak jangka panjang kesulitan BAB pada anak
Konstipasi berulang dapat menyebabkan anak mengalami trauma BAB, yang berujung pada anak semakin sering menahan BAB. Selain itu, dapat terjadi impaksi feses di rektum dan anak akan sering BAB di celana.
Konstipasi kronik juga dapat menyebabkan perlukaan pada area anus saat mengeluarkan feses dan menimbulkan nyeri. Pada kondisi berat, dapat menyebabkan prolaps rektum atau keluarnya usus dari lubang anus saat anak mengejan ketika BAB.
Referensi:
https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/abdominal/Pages/Constipation.aspx
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/constipation-in-children/symptoms-causes/syc-20354242
https://www.nhs.uk/conditions/baby/health/constipation-in-children/
https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/constipation-in-children