primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Seberapa pentingkah suplementasi vitamin dan mineral pada anak?

Author: dr. Lucyana Santoso, Sp.A

Topik: Suplemen, Nutrisi, Vitamin, Mineral, Anemia, Tips, 0-6 Bulan, 6-12 Bulan, 1-3 Tahun

 

Sahabat Primaku tentu ingin senantiasa memberikan yang terbaik bagi si kecil, tak terkecuali dalam hal nutrisi, tetapi apakah benar bahwa semakin banyak berarti semakin baik? Yuk kita simak infonya!

 

Kebutuhan nutrisi anak secara umum terbagi menjadi makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar, seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Mikronutrien adalah zat-zat yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil, seperti vitamin dan mineral.

 

Meskipun hanya diperlukan dalam jumlah yang kecil, kita perlu memastikan bahwa tubuh kita mempunyai cukup vitamin dan mineral untuk memastikan berfungsinya seluruh mekanisme metabolisme dalam tubuh. Anak-anak dan remaja juga memerlukan vitamin dan mineral untuk pertumbuhan dan perkembangan.

 

Sumber terbaik vitamin dan mineral ini adalah konsumsi variasi makanan yang berasal dari berbagai kelompok bahan makanan, yaitu makanan sumber protein hewani (daging sapi, ayam, ikan, telur dan produk olahan susu), biji-bijian/ grain (sereal, gandum, roti, nasi) serta umbi-umbian (ketela, ubi jalar, kentang), sayur-sayuran, dan buah-buahan. Khusus untuk vitamin D, yang tidak terdapat terlalu banyak pada bahan makanan, diperlukan paparan sinar matahari yang cukup.

 

Pada dasarnya, pemberian vitamin dan mineral dalam bentuk suplementasi artifisial hanya diperlukan apabila kebutuhan mikronutrien anak tidak terpenuh i dari makanan sehari-hari, atau, khusus untuk vitamin D, dari paparan sinar matahari. Sayangnya, defisiensi atau kekurangan mikronutrien baru menimbulkan gejala bila defisiensinya sudah berat. Untuk mendeteksi dini defisiensi mikronutrien diperlukan pemeriksaan marker biokimia yang tidak murah dan bersifat invasif (pengambilan darah).

 

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pedoman suplementasi vitamin dan mineral yang harus disesuaikan dengan kondisi di negara masing-masing. Beberapa diantaranya akan dibahas di artikel ini.

 

Besi

Suplementasi besi direkomendasikan untuk negara yang memiliki prevalensi anemia > 40%. Penyebab tersering anemia adalah defisiensi besi, suatu mikronutrien yang penting untuk perkembangan sistem saraf dan imunitas, serta regulasi metabolisme energi dan aktivitas fisik. Defisiensi besi dapat terjadi karena kurangnya asupan, meningkatnya kebutuhan saat masa pertumbuhan, atau kehilangan darah akibat infeksi cacing kronik.

 

Secara alamiah besi banyak terdapat pada makanan sumber protein hewani (daging sapi, ayam, ikan, telur dan produk olahan susu). Besi anorganik juga banyak terdapat pada sayuran hijau, namun sayangnya, besi anorganik ini lebih sulit diserap sehingga saat ini, sumber zat besi yang dianjurkan adalah dari makanan sumber protein hewani.

 

Tabel di atas menunjukkan rekomendasi WHO untuk komunitas, namun keputusan pemberian suplementasi besi untuk masing-masing anak harus dikonsultasikan dahulu dengan dokter atau dokter spesialis anak ya parents!

 

Seng (zink)

Seng merupakan mikronutrien yang penting untuk pertumbuhan, perkembangan dan metabolisme sel. Defisiensi seng sering dijumpai pada negara atau masyarakat berpenghasilan rendah-menengah. Hal ini mungkin karena secara alamiah seng juga banyak terdapat pada makanan sumber protein hewani (daging sapi, ayam, ikan, telur dan produk olahan susu). Masyarakat berpenghasilan rendah-menengah mungkin tidak cukup mampu untuk membeli cukup makanan sumber protein hewani.

 

Defisiensi seng dapat mengakibatkan hambatan pertumbuhan linier dan kerentanan terhadap infeksi. Suplementasi seng terbukti dapat menurunkan insidens diare dan pneumonia, mendukung pertumbuhan linear pada anak < 5 tahun dan memiliki efek positif dalam menurunkan angka kematian terkait penyakit infeksi.

 

Suplementasi seng hanya dapat diberikan sesuai keperluan karena suplementasi seng terbukti menghambat penyerapan besi. Sehingga, ketika mempertimbangkan memberikan suplementasi seng dalam jangka panjang, kita harus mempertimbangkan risiko terjadinya defisiensi besi.

 

Yodium

Yodium adalah mikronutrien yang sangat penting untuk perkembangan otak dan metabolisme tubuh. Ibu hamil, bayi dan balita yang mengalami kekurangan iodium akan memiliki intelligent quotient (IQ) yang lebih rendah 13,5 poin dibandingkan balita yang cukup iodium. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa defisiensi yodium yang ringan pada ibu hamil akan mengakibatkan keterlambatan belajar pada anaknya.

 

Yodium banyak didapatkan pada makanan produk laut, seperti ikan, udang, rumput laut dll. Untuk memastikan kecukupan mineral yang sangat penting ini, WHO merekomendasikan fortifikasi yodium pada garam dapur sebagai strategi untuk menjamin kecukupan konsumsi yodium di masyarakat. Sebagai catatan, karena yodium sangat mudah menguap bila dipanaskan, garam yodium sebaiknya digunakan sebagai garam meja.

 

Vitamin A

Pada bayi dan anak, vitamin A merupakan mikronutrien penting untuk pertumbuhan sel dan membantu mengatasi infeksi. Kekurangan vitamin A dapat menimbulkan gangguan penglihatan dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit infeksi seperti campak dan diare. Saat ini, suplementasi v itamin A telah menjadi program rutin pemerintah. S uplementasi dosis tinggi vitamin A diberikan dua kali setahun, pada bulan Februari dan Agustus. Pada usia 6-11 bulan diberikan dosis 100.000 unit, untuk usia 12-59 bulan diberikan dosis 200.000 unit.

 

Vitamin D

Vitamin D merupakan mikronutrien penting untuk pertumbuhan tulang dan regulasi sistem imun. Vitamin D dapat diproduksi tubuh melalui pajanan terhadap sinar matahari. D alam jumlah yang sangat sedikit vitamin D juga terdapat secara alamiah pada ikan laut, telur, dan beberapa jenis jamur. Di negara-negara 4 musim yang mengalami paparan sinar matahari yang sangat terbatas pada musim dingin, dilakukan fortifikasi vitamin D terutama ke dalam produk susu.

 

Bayi dilahirkan dengan cadangan vitamin D yang sangat tergantung kepada status vitamin D ibu saat hamil. Bila ibu mengalami defisiensi vitamin D maka bayi akan sangat bergantung pada suplementasi dan pajanan sinar matahari untuk memenuhi kebutuhan vitamin D harian. Bila ibu mempunyai status vitamin D yang baik, ibu juga dapat memberikan vitamin D kepada bayi melalui ASI.

 

Ikatan Dokter Anak Indonesia merekomendasikan pemberian vitamin D sebanyak 400 IU/hari untuk bayi ( 0-1 tahun) berisiko dan 600 IU/hari untuk anak > 1 tahun. Pemberian suplementasi ini bertujuan untuk mencegah defisiensi. Bila anak sudah mengalami defisiensi vitamin D, diperlukan dosis yang berbeda, sesuai petunjuk dokter.

 

Seperti uraian di atas, vitamin dan mineral memang dibutuhkan agar anak memiliki tumbuh kembang yang optimal, namun pemberiannya tidak dapat digeneralisasi dan harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter agar suplementasi yang diberikan memang benar aman dan dibutuhkan.

 

Penulis: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A

Editor: Prof. Dr. Madarina Julia, Sp.A (K), MPH., Ph.D

familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: