Waspada Anak Alami Trauma Makan, Kenali Penyebabnya!
Author: Dhia Priyanka
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Topik: Trauma Makan, Diari Nutrisi
Apa sih yang MomDad lakukan saat anak nggak mau makan? Apakah MomDad pernah memaksanya untuk makan? Jika pernah melakukan hal ini, sebaiknya segera hentikan ya, karena anak dapat berisiko mengalami trauma makan. Trauma makan merujuk pada pengalaman yang sangat negatif atau traumatis yang terkait dengan makanan atau proses makan. Ini bisa melibatkan reaksi emosional yang kuat dan berkelanjutan terhadap makanan atau situasi makan, yang dapat memengaruhi pola makan seseorang secara signifikan. Selain memaksa anak untuk makan, trauma makan juga bisa disebabkan oleh beberapa hal, di antarnaya:
- Pengalaman traumatis terkait makanan
Anak mungkin mengalami pengalaman traumatis terkait makanan, seperti tersedak, muntah, atau terjebak di tenggorokan. Hal ini dapat menyebabkan ketakutan dan kecemasan yang berkelanjutan terhadap makanan.
- Tekanan atau paksaan saat makan
Paksaan atau tekanan yang berlebihan saat makan, seperti memaksa anak untuk memakan makanan yang tidak disukai atau memaksa makan dalam jumlah tertentu, dapat menyebabkan kecemasan dan trauma terkait makan.
- Gangguan sensoris atau kondisi medis
Beberapa anak mungkin memiliki gangguan sensoris yang mempengaruhi persepsi mereka terhadap makanan, seperti sensory processing disorder. Kondisi medis tertentu seperti gastroesophageal reflux disease (GERD) atau alergi makanan juga dapat memengaruhi kenyamanan saat makan dan menyebabkan trauma.
- Lingkungan makan yang tidak menyenangkan
Lingkungan makan yang negatif, seperti perselisihan keluarga yang sering terjadi selama makan, ketegangan atau kekacauan saat makan, atau kehadiran makanan yang menakutkan (misalnya, serangga), dapat menyebabkan trauma terkait makan pada anak.
- Pengalaman stres atau trauma lainnya
Pengalaman stres atau trauma di luar konteks makan, seperti kejadian traumatis, perubahan signifikan dalam kehidupan anak, atau gangguan emosional, dapat memengaruhi hubungan anak terhadap makanan dan menyebabkan trauma makan.
Penting untuk diingat bahwa setiap anak memiliki pengalaman dan respons yang berbeda terhadap makanan, dan trauma makan dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Jika anak mengalami trauma makan yang signifikan, penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan anak, seperti dokter anak atau ahli gizi anak, yang dapat memberikan penilaian dan pendekatan yang tepat dalam mengatasi masalah ini.
Referensi:
- Taylor, M. J., & Kavanaugh, K. (2019). Childhood Food Trauma. Journal of Pediatric Health Care, 33(3), 366-370. doi: 10.1016/j.pedhc.2018.10.004
- Kerzner, B. (2018). Clinical investigation of feeding difficulties in young children: A practical approach. Pediatric Gastroenterology, Hepatology & Nutrition, 21(1), 1-8. doi: 10.5223/pghn.2018.21.1.1
- Johnson, S. L., & Hinojosa, J. (2017). Assessing feeding and eating in infants and young children: Recommendations for practice. American Journal of Occupational Therapy, 71(6), 7106210010p1-7106210010p10. doi: 10.5014/ajot.2017.024794