5 Kesalahan Toilet Training yang Perlu Orang Tua Hindari
Author: Annasya
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Topik: Toilet Training
Toilet training merupakan sebuah proses di mana seorang anak diajarkan untuk menggunakan toilet secara mandiri, terutama untuk buang air kecil dan besar. Proses ini melibatkan pembiasaan anak dengan toilet, penggunaan pot atau toilet sesuai kemampuan anak, serta memahami konsep mengenai kapan dan bagaimana menggunakan toilet. Kesiapan anak untuk melakukan toilet training bisa dilihat dari kematangan fisik dan psikologis yang umumnya muncul mulai usia 18 bulan hingga 2,5 tahun.
Nah, dalam penerapannya, orang tua kerap melakukan kesalahan yang membuat toilet training tidak berjalan lancar. Kesalahan apa saja sih yang sebaiknya dihindari saat menerapkan toilet training?
1.Memaksa Anak
Toilet training harus diperlakukan seperti tonggak perkembangan lain, seperti berjalan, berlari, berbicara, membaca dan lain-lain. Pastikan anak siap untuk diajari toilet training, misalnya ketika ia dapat berkomunikasi dengan baik, mengerti rasa ingin BAK atau BAB, menunjukkan keinginan untuk mandiri, mampu mengurus diri sendiri secara sederhana misalnya mengenakan celana atau menurunkan celana, dan mengikuti perintah sederhana. Memaksa anak akan menyebabkan tekanan negatif yang berakibat penolakan toilet training, bahkan anak cenderung menghindar untuk BAB dan BAK di toilet.
2. Hindari Memulai Toilet Training saat Ada “Peristiwa Besar”
Kehadiran adik atau anggota keluarga baru, perceraian, pernikahan, mulai masuk sekolah, liburan, dan lain-lain adalah waktu yang tidak tepat untuk memulai toilet training. Jadi, tunggulah sampai ritme normal keseharian kembali sebelum memulai toilet training pada anak.
3. Reaksi Berlebihan terhadap “Kecelakaan”
MomDad perlu mengingat bahwa toilet training adalah bagian normal kehidupan dan mengajari anak toilet training juga sejatinya mengajarkan mereka suatu proses alami dan kecelakaan adalah hal yang umum terjadi. Reaksi berlebihan ketika anak tidak dapat memenuhi harapan dapat membuatnya merasa malu sehingga dapat mengakibatkan anak semakin menolak ataupun semakin sering ngompol atau BAB tidak pada tempatnya. Ajari anak untuk bertanggung jawab, misalnya dengan mengajaknya membersihkan bekas urin atau BAB dan menyemangatinya untuk menggunakan toilet di kesempatan berikutnya.
4. Menggunakan Pakaian yang Terlampau “Ribet”
Gunakanlah pakaian yang dapat dilepaskan dan digunakan anak semandiri mungkin. Misalnya celana karet, celana pendek elastis, atau rok merupakan pilihan saat anak mulai toilet training.
5. Ekspektasi terhadap Anak
Umumnya seorang anak akan menguasai kemampuan berkemih sebelum mampu menguasai kemampuan BAB dan kemampuannya untuk tetap kering saat malam hari timbul setelah ia menguasai kedua hal sebelumnya. Anak yang masih ngompol di malam hari hingga usia 4 tahun sebenarnya masih merupakan hal yang normal. American Academy of Pediatrics menyatakan bahwa penyebabnya adalah kemampuan buli-buli anak mungkin belum cukup untuk menampung urin sepanjang malah dan anak belum mampu untuk merasakan ketika ia “ingin” BAK, pergi ke toilet dan menyelesaikan proses tersebut.
Toilet training merupakan langkah besar dalam perkembangan anak dan dapat memerlukan waktu yang bervariasi untuk setiap anak. Setiap anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda, jadi tidak ada waktu yang pasti untuk memulai atau menyelesaikan proses ini.
Sumber foto: Freepik
Referensi: Lyndsey Gabri, MD. Common Mistakes of Potty Training. Very Well Family. January 21, 2020.