primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Anak Tantrum di Tempat Umum? Jangan Keburu Emosi, Simak Tips Mengatasinya, yuk!

Author: Marisha A

Editor: dr. Dini Astuti Mirasanti Sp.A

Topik: Tantrum

Saat bepergian bersama anak ke tempat umum, mungkin MomDad pernah melihat atau mengalami sendiri anak tiba-tiba rewel, berteriak, menangis, bahkan tiduran di lantai sambil menendang atau meninju. Jika anak seperti ini, biasanya mereka mengalami tantrum. Perlu MomDad tahu, tantrum merupakan bagian dari fase normal perkembangan emosi seorang anak. Lalu, apa yang bisa dilakukan orang tua saat anak tantrum? Simak penjelasannya di bawah, yuk!

Penyebab tantrum
stock-photo-sweet-little-girl-with-braids-pink-dress-crying-while-sitting-floor-with-bare-feet-she-is-looking-camera-while-sobbing.jpg
Tantrum paling sering dijumpai pada usia 1-3 tahun. Di usia tersebut, seorang anak mengalami perkembangan sosio emosional yang pesat, namun belum dapat mengungkapkan emosinya dengan kata-kata. Usia ini juga ditandai dengan seorang anak yang semakin mandiri dan berusaha mencari batasan dirinya sendiri. Mereka juga mulai menyadari bahwa tindakan atau perilaku mereka akan mempengaruhi perilaku orang lain.
Tantrum adalah salah satu cara seorang anak untuk mengekspresikan dan mengelola perasaannya, serta salah satu usahanya untuk mengubah apa yang terjadi di sekitarnya. Biasanya, tantrum lebih mudah terjadi karena beberapa hal berikut:
  • Temperamen seorang anak dapat mempengaruhi kemampuannya dalam bereaksi terhadap hal-hal yang membuatnya frustasi, kecewa, marah atau kesal.
  • Stres, rasa lapar, kelelahan, dan stimulasi berlebih dapat mengakibatkan seorang anak mengalami kesulitan mengelola emosi dan perilakunya.
  • Situasi yang “sulit” bagi seorang anak, misalnya ketika mainannya direbut oleh anak yang lebih besar.
  • Saat anak merasakan emosi yang sangat kuat seperti khawatir, takut, malu, dan marah.
Karena itu, kemampuan regulasi diri menjadi sangat penting untuk dikembangkan agar seorang anak dapat mengelola perilaku dan reaksinya. Kemampuan ini sebenarnya mulai berkembang sejak usia 12 bulan. Semakin anak dewasa, ia akan semakin mampu untuk meregulasi emosi dan menenangkan diri, sehingga tantrum akan berkurang.

Mengurangi tantrum
asian-boy-library-room-school.jpg
Jika MomDad tidak dapat menghindari anak tantrum, beberapa hal berikut bisa dilakukan:
  • Hindari kondisi yang dapat menambah stres pada anak seperti kelelahan, lapar, atau stimulasi berlebih.
  • Bantu anak untuk mengelola perasaannya. Misalnya ketika kita melihat anak menunjukkan gelagat marah saat mainannya direbut oleh teman lain, bantu ia mengungkapkannya, atau alihkan perhatiannya sebelum terjadi tantrum.
  • Kenali pemicu tantrum, misalnya jika anak sering tantrum saat Mom mengajaknya pergi berbelanja ke supermarket, Mom dapat merencanakan sebelumnya dengan mengatakan, “Nak, hari ini kita akan pergi ke supermarket untuk belanja beberapa hal, tapi kita tidak akan berhenti di pojok mainan ya. Apakah kamu mau ikut atau di rumah saja?”
  • Ajak anak mengobrol tentang perasaannya, misalnya jika ia mengalami emosi kuat, beri nama untuk perasaannya tersebut dan ajaklah ia untuk mencari penyebabnya. Misalnya, “Dik, kamu melempar-lempar mainanmu karena kesal ya? Apakah karena adik merasa mainannya sulit atau adik tidak bisa memainkannya? Yuk, kita cari cara lain agar mainan ini bisa dimainkan!”
Sebagai orang tua, kita perlu bijak dalam menghadapi situasi anak tantrum. Terkadang orang tua perlu berkompromi dan memberikan kebebasan pada anak untuk memilih hal yang masih dapat diterima oleh orang tua. Misalnya, jika anak sulit diajak menyikat gigi, pertanyaan “Apakah kamu mau menyikat gigi?” mungkin bukanlah pertanyaan yang tepat. Namun, “Apakah kamu hari ini mau menyikat gigimu menggunakan sikat gigi baru?” menjadi cara untuk menghindari konflik orang tua dan anak.

Mengatasi anak tantrum
portrait-little-scared-baby-boy-sitting-baby-chair-kitchen-crying-screaming-while-mother-cooking-him-food.jpg
Jika tantrum sudah terlanjur terjadi, MomDad bisa melakukan beberapa hal berikut:
  • Tetap tenang atau setidaknya berpura-pura tenang di hadapan anak. MomDad perlu menjaga suara dan perilaku agar tetap lembut dan tegas.
  • Akui perasaan anak, misalnya dengan mengatakan, “Wah, pasti menyebalkan sekali ya kalau eskrimmu jatuh ke lantai!”
  • Tunggu hingga tantrumnya berhenti. Terkadang orang tua perlu menepi atau menempatkan anak di tempat yang aman untuk meluapkan emosinya, namun tetap dampingi anak.
  • Tetap tegas tanpa harus memaksa. Misalnya jika anak tidak mau menyudahi mandinya, MomDad tidak perlu terus membiarkannya berlarut-larut bermain. Namun, orang tua perlu mengambil kendali misalnya dengan menarik sumbatan bathub/bak mandi atau menutup keran.
  • Ambillah waktu bagi diri sendiri jika diperlukan. Titipkan anak kepada pasangan atau pengasuh saat MomDad berusaha menenangkan diri
  • Jangan mengabaikan tindakan kekerasan seperti memukul, menendang, menggigit, atau melempar barang. Amankan anak dan bicarakanlah hal tersebut dengannya setelah ia tenang.

Itu lah beberapa cara menghadapi anak tantrum. Jangan lupa, orang tua harus tetap tenang saat menghadapinya, ya! Ketahui informasi seputar tumbuh kembang anak hingga MPASI dengan mengikuti Instagram @official.primaku dan baca artikel lainnya lewat aplikasi PrimaKu.

Sumber foto: Freepik

Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Referensi:


familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
Rekomendasi Artikel
Lihat semua
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: