Di Usia Berapa Anak Diajarkan Tidur Sendiri?
Author: Ammy Marcinda
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso Sp.A
Topik: Tips Parenting
Mengajarkan anak untuk mandiri bisa dilakukan dengan membiarkan si Kecil untuk tidur terpisah dari orang tua. Namun, ada kalanya hal ini turut menimbulkan pertanyaan bagi MomDad, seperti kapan usia yang ideal bagi anak untuk tidur terpisah, hingga apa yang harus dipersiapkan orang tua jika ingin menerapkan hal ini? Nah, agar bisa mengimplementasikannya dengan tepat, yuk simak penjelasannya di sini!
Kapan anak dapat diajarkan tidur sendiri?
Menurut American Academy of Pediatrics, bayi sebaiknya tidur di dalam ruangan yang sama (tidak selalu harus di tempat tidur yang sama) dengan orang tuanya, setidaknya sampai usia 6 bulan. Dan jika memungkinkan, hingga usia 1 tahun. Di samping itu untuk memudahkan menyusui sambil berbaring, ibu dapat memilih tidur bersama bayi di satu tempat tidur.
Berada di kamar yang sama dengan bayi diketahui dapat menurunkan risiko Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) hingga 50 persen. Tak hanya itu kondisi ini juga dapat mempererat hubungan orang tua dengan bayi sekaligus mempermudah orang tua untuk memantau kondisi bayi jika ia sedang sakit.
Sebenarnya tidak ada usia pasti kapan harus mempersiapkan anak untuk tidur di kamar sendiri. Semuanya tergantung pada pertimbangan masing-masing keluarga. Jika Mom masih menyusui, menunda memindahkan adik setelah usia 2 tahun mungkin menjadi pilihan agar mempermudah proses bonding dan menyusui selama periode pemberian ASI masih berlangsung.
Pertimbangan lain adalah apakah anak masih sering terbangun untuk menyusu di malam hari dan apakah pertambahan kenaikan berat badannya sudah sesuai dengan kurva pertumbuhan, dalam arti dengan mempertimbangkan apakah anak masih memerlukan asupan nutrisi pada malam hari.
Tidak hanya itu, jam tidur anak juga harus menjadi pertimbangan untuk memutuskan waktu yang tepat untuknya pindah ke kamar sendiri. Misalnya jam tidur sepanjang malam.
Persiapan jika ingin anak tidur sendiri
Siapkan lingkungan tidur yang aman
Hal ini meliputi menyediakan kasur yang cukup kokoh lengkap dengan pengaman atau pagar ranjang bayi (jika memang mulai pindah kamar sejak bayi). Hindari meletakkan benda-benda yang berpotensi menutup jalan napas bayi seperti selimut atau mainan. Jika menggunakan floor bed yang memungkinkan bayi merangkak naik-turun secara mandiri, pastikan lingkungan sekitar aman dengan menutup sumber listrik, menyimpan benda-benda tajam ke area yang tidak terjangkau, mengamankan kabel atau benda lain yang dapat ditarik dan terjatuh menimpa bayi.
Perhatikan jarak kamar
Sebaiknya kamar anak masih dekat dan mudah diakses dari kamar orang tua sehingga anak mudah dipantau.
Lakukan secara bertahap
Secara bertahap, biasakan anak tidur di kamarnya sendiri, misalnya saat tidur siang. Simpan barang-barang anak di kamarnya dan ajak dia untuk merasa memiliki kamarnya. Misal saat akan mandi, ajak anak mengambil bajunya sendiri dari lemarinya.
Biarkan anak mendekorasi kamarnya sendiri
Untuk menghadirkan rasa memiliki, MomDad bisa membebaskan anak untuk menentukan warna cat atau dekorasi kamar sesuai keinginan mereka.
Beri pujian dan rasa aman
Jangan lupa untuk memuji anak ketika ia mau untuk tidur terpisah. Hal ini perlu untuk meningkatkan rasa percaya diri anak. Namun seimbangkan juga dengan kesiapan MomDad saat anak membutuhkan kehadiran orang tua. Misal saat ia baru saja mimpi buruk atau merasa takut dengan suara petir yang besar. Anak perlu tahu bahwa ia dapat selalu mengandalkan orang tuanya untuk membantunya menghadapi rasa takut.
Jadi, apakah MomDad sudah siap mengajarkan si Kecil tidur sendiri di kamarnya? Semoga proses belajar si Kecil tidur sendiri berjalan dengan lancar tanpa drama, ya.
Jika ingin tahu tips menarik lainnya, pantau terus artikel terbaru kami melalui aplikasi PrimaKu atau website primaku.com. Pastikan juga MomDad follow Instagram @official.primaku, ya!
Suka dengan tips di atas? Yuk, like, save, dan share artikelnya!
Referensi: https://www.aap.org/en/patient-care/safe-sleep/
Sumber foto: Unsplash
Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.