Mulai dari Trauma hingga ISK, ini Dampak Toilet Training yang Tidak Tepat
Author: Fitri Permata
Editor: dr. Dini Astuti Mirasanti Sp.A
Topik: Toilet Training, ISK, Tumbuh Kembang
Toilet training merupakan pencapaian penting dalam perkembangan anak, menumbuhkan kemandirian dan rasa percaya diri mereka. Namun, jika dilakukan dengan cara yang keliru, proses ini dapat menimbulkan konsekuensi negatif.
1. Trauma dan asosiasi negatif
Memaksa anak untuk menggunakan toilet sebelum mereka siap dapat memicu trauma dan membuat mereka mengaitkan toilet dengan pengalaman yang tidak menyenangkan. Hal ini dapat berakibat pada kesulitan mengontrol buang air kecil, bahkan hingga usia sekolah.
2. Peningkatan risiko mengompol
Mendorong anak yang belum siap secara fisik dan mental untuk toilet training dapat memperpanjang kebiasaan mengompol, bahkan hingga usia sekolah.
3. Infeksi saluran kencing (ISK)
Ketakutan terhadap toilet dapat menyebabkan anak menahan buang air besar dan kecil, meningkatkan risiko ISK.
4. Durasi toilet training yang panjang
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang memulai toilet training di usia 21 bulan rata-rata menyelesaikannya pada usia 37 bulan. Sedangkan anak yang memulai di usia 29 bulan, rata-rata menyelesaikannya pada usia 34 bulan.
5. Menghambat hubungan Ibu-anak
Periode toilet training yang panjang dapat memicu stres pada orang tua, mendorong mereka untuk memaksa anak, dan berpotensi merusak hubungan antara orang tua dan anak.
Oleh karena itu, penting bagi MomDad untuk mengenali tanda-tanda kesiapan anak sebelum memulai toilet training dan melakukannya dengan cara yang tepat dan penuh kesabaran. Hal ini dapat membantu meminimalisir dampak negatif dan memastikan proses toilet training yang positif dan optimal bagi anak.
Referensi: