Penilaian Kualitas Hidup Anak: Aspek Penting yang Sering Terlewatkan
Author:
Topik: Pra-sekolah, Sekolah
Penilaian Kualitas Hidup Anak: Aspek Penting yang Sering Terlewatkan
World Health organization (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai "keadaan fisik lengkap, mental dan kesejahteraan sosial, dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan”. Kesehatan fungsional didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan kegiatan normal sehari-hari, untuk memenuhi kebutuhan dasar, untuk menjalani peran pada umumnya, dan untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan.
Pada anak, penyakit yang diderita dapat bersifat sementara adapula yang memiliki penyakit yang membutuhkan perawatan jangka panjang, yang sering disebut sebagai penyakit kronik. Beberapa penyakit kronik yang dapat dijumpai pada anak seperti penyakit ginjal (sindrom nefrotik), asma, penyakit kelainan darah (thalasemia, kanker darah), atau penyakit yang menyerang sistim imun (penyakit Lupus). Pada kondisi penyakit kronis selain masalah penyakit secara fisik, dapat pula berdampak terhadap aspek psikososial anak dan tidak jarang pula penyakit kronis pada anak dapat memberi dampak pada anggota keluarga lainnya.
Untuk itu petugas kesehatan dan keluarga harus pula memperhatikan dampak secara psikososial. Hal ini dapat diketahui dengan melakukan skrining masalah psikososial seperti masalah perilaku, cemas, depresi, maupun kualitas hidup anak secara menyeluruh. Kualitas hidup anak merupakan cerminan secara menyeluruh terhadap pelayanan kesehatan anak, terutama pada anak yang menderita penyakit kronis. Tetapi adapula faktor lain yang berperan dalam pencapaian kualitas hidup pada anak, yaitu pola asuh dalam keluarga. Pola asuh merupakan hal penting dalam kelangsungan hidup anak karena terkait dengan faktor keluarga, lingkungan, dan lingkungan asuhan anak.
Kualitas hidup merupakan suatu persepsi subjektif dari kepuasan atau kebahagiaan terhadap kehidupan di domain yang penting bagi individu. Tiga domain utama yang dinilai pada kualitas hidup yaitu domain fisis, psikis, dan sosial. Kualitas hidup dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu kondisi kesehatan termasuk terapinya, status sosioekonomi, pola asuh,dan lingkungan tempat dibesarkannya seorang anak. Kondisi kesehatan merupakan aspek yang cukup penting berkontribusi terhadap kualitas hidup seorang anak, sehingga lahirlah definisi lain yaitu kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan yang disebut health related quality of life (HRQoL). Dalam konteks anak, HRQoL dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti kemampuan untuk berpartisipasi dalam kelompok sebaya dan kemampuan untuk bersaing sesuai tingkatan perkembangan seorang anak.
Sebanyak 6-12% anak mengalami penyakit kronik. Pada kelompok ini beberapa di antaranya dapat beradaptasi dengan baik, namun sisanya tidak dan mengalami gangguan sosial, psikologi dan pendidikan yang terkadang lebih berat dari keterbatasan fisis akibat penyakitnya. Faktor yang memperberat di antaranya adalah adanya keterbatasan aktivitas sehari-hari dan luaran yang belum jelas. Namun pada praktik klinik, aspek psikososial kurang menjadi perhatian karena lebih terfokus pada proses untuk mengontrol penyakitnya sampai terbukti adanya gangguan pada aspek non organik. Beberapa upaya dilakukan agar aspek ini tidak terlewatkan, salah satunya dengan dibuatnya instrumen untuk mengukur kualitas hidup.
Berbagai instrumen dapat digunakan untuk menilai kualiats hidup anak, salah satunya adalah kuesioner pediatric quality of life inventoryTM (PedsQLTM). Instrumen ini terdiri dari 4 fungsi penilaian yaitu fungsi psikis, emosi, sosial dan fungsi sekolah. Kuesioner ini cukup mudah digunakan dan telah banyak dipakai di seluruh dunia baik untuk anak sehat maupun anak dengan kondisi sakit. Kuesioner terdiri atas laporan anak dan laporan orangtua. Namun para ahli menyatakan bahwa usia anak termuda yang dapat dipercaya untuk membuat laporan yaitu usia 4-6 tahun. Dengan menggunakan kuesioner tersebut, dapat diketahui apakah kualitas anak mengalami masalah atau tidak dan aspek mana yang mengalami masalah. Setelah itu perlu dilakukan penanganan atau intervensi terhadap masalah yang ditemukan, sehingga selain teratasi penyakitnya tidak timbul dampak psikososial lainnya.
Oleh karena itu bagi para orangtua yang memiliki anak dengan penyakit kronis, selain mengatasi penyakitnya, perlu diperhatikan pula aspek psikososial anak sehingga anak tetap memiliki kualitas hidup yang optimal walupun mengidap penyakit kronis.
Oleh:
Dr.dr. Rini Sekartini, Sp.A(K)
dr. Putri Maharani TM, Sp.A
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Catatan : artikel pernah dimuat di harian Kompas, tanggal 9 Februari 2014, di kolom Klasika.