Buah Zakar Bayi Belum Turun Keduanya, Perlukah Khawatir?
Author: Radhita Rara
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Topik: Buah Zakar, Bayi Newborn
Testis atau buah zakar merupakan bagian terpenting dari seorang laki-laki. Hal ini dikarenakan perannya yang penting dalam proses pembentukan sperma serta hormon atau biasa disebut hormon testosteron. Buah zakar akan mulai terlihat sejak bayi lahir. Untuk itu, MomDad perlu memperhatikan apakah buah zakar pada bayi laki-laki sudah terlihat dan ukurannya pun bertambah seiring dengan pertumbuhannya. Pada satu kondisi, buah zakar bisa saja tidak turun dan perlu pemeriksaan. Berikut ini artikel yang akan menjelaskan mengenai serba-serbi buah zakar bayi yang tidak turun.
Kondisi Kriptorkismus
Kondisi tidak turunnya buah zakar ke dalam kantong kemaluan (skrotum) dalam bahasa medis disebut juga dengan istilah kriptorkidismus atau undesensus testis (UDT). Sekitar 3% bayi laki-laki yang lahir cukup bulan dapat mengalami kondisi ini. Sementara, bayi yang lahir kurang bulan memiliki risiko 30% lebih besar mengalaminya.
Tidak turunnya buah zakar ke dalam kantong kemaluan dapat terjadi pada salah satu sisi saja, atau pada kedua sisinya. Kalau hanya terjadi di satu sisi, biasanya lebih sering terjadi pada sisi sebelah kanan. Pada sekitar 80% kasus, buah zakar akan turun sendiri ke dalam kantong kemaluan pada anak berusia 3 bulan.
Pada kriptorkidismus yang terjadi pada salah satu sisi, MomDad perlu khawatir apabila testisnya belum turun di usia 4 bulan. Pasalnya, penelitian menunjukkan bahwa setelah usia 4 bulan, hampir tidak ada lagi testis yang turun dengan sendirinya.
Meskipun begitu, dokter mungkin akan menunggu hingga usia 6 bulan untuk mulai melakukan tindakan. Apabila testis atau buah zakar tidak kunjung turun ke dalam kantong kemaluan setelah usia 6 bulan, hampir dipastikan bahwa buah zakar tidak akan turun dengan sendirinya dan perlu segera dilakukan tindakan.
Apa yang Terjadi Jika Buah Zakar Tidak Turun?
Bila kriptorkidismus terjadi pada dua sisi atau dalam arti lain proses penurunan testis terhenti pada kedua sisi, sebaiknya MomDad langsung sesegera mungkin membawa si kecil ke dokter untuk penilaian lebih lanjut.
Kondisi ini bisa saja disertai dengan keraguan akan bentuk kelamin, seperti kantong kemaluan yang tidak berwarna lebih gelap dan tampak halus, penis yang relatif kecil atau bengkok, ataupun keluarnya kencing yang tidak dari ujung kemaluan.
Hal tersebut bisa jadi merupakan tanda dari suatu penyakit yang berbahaya, seperti hiperplasia adrenal kongenital, atau penyakit yang berkaitan dengan identitas gender anak di kemudian hari. Untuk alasan ini pula, apabila MomDad melihat beberapa kondisi tersebut, pastikan segera membawa si kecil ke dokter, ya!
Faktor risiko yang Berhubungan dengan UDT
Mungkin sebagian dari MomDad bertanya-tanya, kalau buah zakar tidak ada di dalam kantong kemaluan, lantas di mana posisinya berada? Nah, buah zakar yang tidak turun dapat terletak di dalam rongga perut, di dalam lipatan paha, atau bahkan memang tidak ada atau tidak dapat ditemukan.
Penyebab masalah ini sampai sekarang belum diketahui. Namun, diduga berhubungan dengan terjadinya mutasi genetik atau paparan terhadap polutan. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan UDT, yakni:
- Pertumbuhan janin terhambat atau bayi lahir kurang bulan (prematur)
- Ibu yang obesitas atau menderita diabetes
- Ibu terpapar zat kimia polutan, perokok pasif, pestisida, penggunaan kosmetik tertentu, dan penggunaan alkohol.
Adakah yang Harus Dikhawatirkan dengan Kondisi Ini?
Buah zakar yang tidak turun pada posisi normalnya bisa menimbulkan berbagai gangguan jika dibiarkan tanpa penanganan, di antaranya:
- Kanker testis
- Gangguan kesuburan
- Hernia inguinalis
Meski begitu, berdasarkan rekomendasi Asosiasi Dokter Bedah Saluran Kemih Amerika (American Urology Association) menjelaskan bahwa bayi dengan UDT disarankan untuk operasi pada usia sekitar 6-18 bulan. Namun, idealnya operasi dilakukan sebelum usia 12 bulan. Operasi pun perlu pertimbangan terlebih dahulu dengan berkonsultasi secara rutin dengan dokter yang ahli dibidang kriptorkidismus.
Penanganan kriptorkidismus juga bisa dilakukan dengan pengobatan yakni dengan pemberian hormon HCG. Hormon ini membantu testis memproduksi hormon. Jika kadar hormon meningkat, maka mampu mendorong testis untuk turun ke skrotum.
Nah, itu dia beberapa hal yang perlu MomDad tahu mengenai kondisi kriptorkidismus. Jika MomDad melihat kejanggalan atau kemungkinan si kecil mengalami UDT, segera bawa bayi ke dokter spesialis anak untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut, ya.
Tentu saja, semakin dini penanganan makan semakin baik juga proses penyembuhan demi mendukung tumbuh kembang anak sehat.