Cara Mencegah hingga Mengobati Tuberkulosis pada Anak
Author: dr. Rina Triasih, M.Med (Pead), Ph.D, SpA (K)
Topik: Kondisi Medis, 6-12 Bulan, 0-6 Bulan, 12-18 Tahun, 7-12 Tahun, 4-7 Tahun, 1-3 Tahun, TBC
Tuberkulosis (TBC) atau kerap disebut masyarakat sebagai “flek” adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (kuman TBC). Tuberkulosis adalah penyakit menular, bukan penyakit yang diturunkan atau diwariskan dalam suatu keluarga. Penyakit ini ditularkan dari orang yang sakit TBC ke orang yang berada di dekatnya melalui percikan air ludah (droplet) yang mengandung kuman TBC, saat pasien batuk, bersin atau bicara. Sumber penularan TBC biasanya adalah pasien dewasa yang sakit TBC paru. Indonesia merupakan salah satu dari 3 negara dengan jumlah pasien TBC terbanyak di dunia. Oleh karena itu, anak-anak Indonesia berisiko tinggi untuk tertular TBC karena banyak sumber penularan di masyarakat.
Lantas, sebagai orang tua apa yang bisa MomDad lakukan jika anak berisiko tertular TBC? Ketahui jawabannya di bawah, yuk!
Apa yang terjadi jika seorang anak kontak erat dengan pasien TBC yang menular?
Anak yang kontak erat dengan pasien TBC berisiko untuk tertular, tetapi tidak selalu akan mengalami sakit TBC. Anak tersebut sangat mungkin menghirup udara yang mengandung kuman TBC yang dikeluarkan oleh pasien melalui percikan air ludahnya. Ada 3 kemungkinan yang terjadi jika kuman TBC masuk ke dalam tubuh seorang anak:
- Anak tetap sehat karena seluruh kuman TBC yang masuk ke dalam tubuh dapat dihancurkan oleh sistem pertahanan atau kekebalan tubuh anak yang baik.
- Anak terinfeksi namun tidak mengalami sakit TBC karena sistem pertahanan atau kekebalan tubuhnya dapat memagari kuman TBC untuk tidak menimbulkan penyakit. Anak ini dikatakan mengalami infeksi laten TBC. Pada kondisi ini, di dalam tubuh anak terdapat kuman TBC, tetapi anak tidak bergejala TBC.
- Anak akan mengalami sakit TBC karena sistem pertahanan atau kekebalan tubuhnya gagal melawan kuman TBC yang masuk. Pada kondisi ini anak akan menunjukkan gejala TBC.
Apa yang harus dilakukan jika anak kontak erat dengan pasien TBC ?
Segera bawa ke dokter di klinik, Puskesmas atau Rumah Sakit. Dokter akan memeriksa dan menentukan apakah anak sakit TBC, infeksi laten atau sehat. Selanjutnya dokter akan memberikan obat yang sesuai dengan kondisi anak. Jika anak terbukti sakit TBC, akan diberikan obat TBC; dan jika tidak terbukti tidak sakit TBC, akan diberikan obat pencegahan TBC.
Gejala TBC pada anak
Tuberkulosis utamanya menyerang paru, tetapi bisa juga mengenai organ tubuh lain yang disebut sebagai TBC ekstra paru. Organ tubuh yang bisa terkena TBC misalnya otak, tulang, kulit, hati, dan perut.
Gejala TBC paru pada anak, antara lain:
- Batuk lebih dari 2 minggu
- Demam lebih dari 2 minggu
- berat badan turun atau menetap selama 2 bulan berturut-turut yang tidak membaik dengan pemberian makan yang adekuat
- Anak tidak seaktif biasanya.
Pada anak dengan TBC ekstra paru, bisa timbul gejala lain tergantung organ tubuh mana yang terkena, misalnya kejang dan penurunan kesadaran pada anak dengan TBC selaput otak; pembesaran perut pada anak dengan TBC perut; benjolan yang cukup besar yang bisa terlihat kasat mata (tidak perlu diraba), biasanya ditemukan di daerah leher atau ketiak pada anak dengan TBC kelenjar getah bening.
Pemeriksaan apa yang dilakukan oleh dokter untuk menentukan anak sakit TBC atau tidak?
Untuk menentukan apakah seorang anak sakit TBC atau tidak, perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, yaitu:
1. Pemeriksaan dahak - Pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi adanya kuman TBC di paru.
2. Pemeriksaan Mantoux atau Interferon Gamma Release Assay (IGRA) - Pemeriksaan ini untuk menentukan ada tidaknya infeksi TBC pada anak.
3. Pemeriksaan Rontgen dada.
Apakah TBC bisa disembuhkan ?
Tuberkulosis bisa disembuhkan dengan minum obat teratur dan tuntas. Lama pengobatan TBC bergantung pada beratnya penyakit. Pada TBC ringan, lama pengobatan akan berlangsung selama 6 bulan, sedangkan pada TBC berat (misalnya TBC otak, TBC tulang, TBC paru berat, dan TBC milier) maka pengobatan diberikan selama 12 bulan.
Pengobatan TBC sendiri terdiri atas 2 tahap yaitu:
- Tahap intensif: kombinasi 3-4 obat (isoniazid, rifampicin, pirazinamid dan ethambutol), diminum setiap hari selama 2 bulan.
- Tahap lanjutan: kombinasi 2 obat (isoniazid dan rifampicin) selama 4 bulan jika TBC ringan dan 10 bulan jika TBC berat.
Apa akibatnya jika obat tidak diminum secara teratur atau putus berobat?
Selain penyakitnya bertambah parah, putus berobat atau tidak teratur minum obat dapat mengakibatkan kuman TBC yang kebal terhadap obat TBC. Kondisi kebal obat ini memerlukan obat yang berbeda, lebih banyak jumlahnya, lebih lama waktu pengobatannya dan kemungkinan sembuhnya lebih kecil.
Apakah obat TBC memiliki efek samping?
Efek samping obat TBC jarang terjadi. Gejala yang sering dijumpai adalah muntah atau mual. Obat TBC juga dapat menimbulkan gejala sakit kuning (hepatitis) pada anak, tetapi hal ini jarang terjadi.
Jika timbul efek samping, segera bawa anak ke dokter. Dokter akan mengevaluasi dan memberikan Tindakan untuk mengatasi efek samping tersebut, yang akan membaik jika obat dihentikan.
Urine berwarna kemerahan setelah minum obat TBC, apakah normal?
Salah satu obat TBC (Rifampicin) menyebabkan warna cairan tubuh (urin, keringat) oranye kemerahan dan hal ini normal, tidak perlu dikhawatirkan
Bagaimana cara mencegah TBC pada anak ?
Ada beberapa cara untuk mencegah TBC pada anak, yaitu:
- Rumah dan lingkungan yang bersih dan sehat
- Perilaku hidup bersi dan sehat
- Pemberian nutrisi yang adekuat
- Vaksin BCG
- Pemberian obat pencegahan TBC bagi anak yang terindikasi.
Siapa yang harus diberi terapi pencegahan TBC dan berapa lama pemberiannya?
Terapi pencegahan TBC (TPT) diberikan kepada anak yang kontak erat dengan pasien TBC, anak tersebut tidak terbukti sakit TBC dan tidak ada kontra indikasi terhadap obat TPT. Obat akan diberikan oleh dokter setelah dokter melakukan beberapa pemeriksaan untuk menentukan apakah anak yang kontak tersebut sakit TBC atau tidak.
Saat ini ada beberapa pilihan obat untuk pencegahan TBC, yaitu isoniazid yang diberikan selama 6 bulan, kombinasi isoniazid dan rifampicin selama 3 bulan, rifampicin selama 4 bulan atau kombinasi isoniazid dan rifapentine selama 3 bulan yang diminum seminggu sekali.
Jika anak dengan infeksi laten TBC tidak diberi obat pencegahan, pada beberapa tahun ke depan anak tersebut dapat berkembang menjadi sakit TBC, dan akan menjadi sumber penularan baru. Jika demikian halnya, TBC di Indonesia tidak akan pernah teratasi. Oleh karena itu obat pencegahan TBC sangat penting diberikan.
Dapatkan konten informatif lainnya seputar ibu dan anak dengan follow @official.primaku di Instagram.
Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.