Kuning pada Anak: Apa Red Flags yang Perlu Diperhatikan?
Author: dr. Afiah Salsabila
Topik: Bayi Kuning, Red Flag, Breast Milk Jaundice
Kuning pada kulit dan mata di anak, disebut juga dengan ikterus, menandakan adanya sebuah proses dalam tubuh yang menyebabkan akumulasi bilirubin. Kondisi di mana kadar bilirubin lebih dari normal disebut dengan hiperbilirubinemia. Jika hiperbilirubinemia tidak diatasi, anak bisa mengalami disfungsi neurologis. Hiperbilirubinemia bisa diakibatkan oleh berbagai penyebab, mulai dari yang membahayakan maupun yang self-limiting dan tidak menimbulkan konsekuensi berat. Ada beberapa tanda bahaya, atau red flags yang perlu diperhatikan untuk bisa menyingkirkan penyakit penyebab ikterus yang gawat. Jika red flags berikut diidentifikasi dengan segera, penundaan tatalaksana dapat dicegah dan prognosis anak akan lebih baik.
Pada neonatus, awitan ikterus perlu diperhatikan. Jika ikterus muncul < 24 jam setelah kelahiran, maka ada kemungkinan bahwa neonatus mengalami salah satu atau semua dari kedua kondisi berikut: sepsis atau hemolisis. Sepsis menyebabkan inflamasi di seluruh organ tubuh termasuk hati; inflamasi pada hati dapat menurunkan fungsi hati dan mengganggu aliran cairan empedu, meningkatkan bilirubin terkonjugasi. Berbeda dengan sepsis, hemolisis menyebabkan meningkatnya bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini dapat terjadi dengan hancurnya sel darah merah, kondisi yang dapat menyebabkan anemia berat pada anak. Hemolisis bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti isoimunisasi ABO atau Rhesus D (terjadi ketika golongan darah ibu dan anak tidak cocok); defek enzim sel darah merah seperti defisiensi G6PD, spherocytosis herediter, thalasemia; perdarahan (biasanya pada daerah ruang intrakranial atau intraabdominal), dan ekstravasasi darah akibat trauma ketika persalinan. Walaupun mekanismenya berbeda, hemolisis dan sepsis sama-sama mengancam jiwa dan harus diatasi segera.
Jika ikterus muncul >24 jam setelah kelahiran, neonatus masih perlu dipantau. Riwayat kelahiran perlu diperhatikan dengan seksama karena masih ada kemungkinan bahwa hemolisis, perdarahan akibat trauma persalinan, dan sepsis menjadi penyebabnya. Namun jika pasien stabil, kondisi self-limiting seperti ikterus fisiologis, atau kondisi yang tidak terlalu mengancam nyawa seperti breastmilk jaundice dan asupan ASI yang tidak cukup/dehidrasi dapat menjadi penyebab. Dalam pemantauan, durasi ikterus masih perlu dilihat. Jika ikterus berlangsung lebih dari 2 minggu, sepsis, hemolisis, dan hipotiroid perlu dicurigai. Kondisi-kondisi tersebut perlu disingkirkan dulu baru jika tidak ada, breastmilk jaundice atau dehidrasi/kekurangan bisa dipertimbangkan lagi.
Tanda bahaya lainnya adalah warna tinja yang menjadi putih dempul dan urin yang gelap seperti teh. Jika gejala tersebut muncul, bilirubin terkonjugasi pasien perlu diperiksa. Jika bilirubin terkonjugasi meningkat. kondisi ini mensinyalir adanya disfungsi yang dapat disebabkan oleh diagnosis-diagnosis banding berikut: hepatitis, obstruksi ekstrahepatik (i.e. atresia bilier, kista koledokal, bile plug), etiologi metabolik seperti defisiens Alpha-1 anti-trypsin perlu dicurigai.
Jika ada tanda-tanda bahaya yang telah dijelaskan ada pada anak-anak dengan ikterus, pemeriksaan diagnosis relevan perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis sehingga pasien bisa diberi tatalaksana dengan segera. Hal ini supaya tatalaksana bisa dikerjakan segera dan komplikasi yang dialami pasien bisa berkurang.
Referensi:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532930/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4944118/
https://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/jaundice_in_early_infancy/