Anak Indonesia Terancam Stunting & Wasting, Begini Tips Pencegahannya!
Author: Dhia Priyanka
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Topik: 7-12 bulan, Parenthood, Article, Stunting, Wasting
Per Januari 2023, Kementerian Kesehatan mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, di mana prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% pada 2022. Walaupun angka stunting menurun, namun persentase ini masih di atas batasan WHO, yaitu 20% sehingga masih dianggap sebagai masalah gizi. Belum selesai dengan stunting, Indonesia juga mengalami malnutrisi dalam bentuk wasting.
Perbedaan Stunting dan Wasting
Stunting dan wasting sama-sama dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Sebab, pemicu keduanya disebabkan karena asupan nutrisi yang tak tercukupi. Untuk lebih jelasnya, yuk pelajari perbedaan stunting dan wasting melalui tabel di bawah:
Stunting | Wasting |
Tubuh pendek dengan tinggi badan <-2SD pada kurva tinggi badan berdasarkan usia dan jenis kelamin. | Berat badan yang rendah dibandingkan tinggi badannya (<-2SD pada kurva WHO berat badan menurut tinggi badan sesuai jenis kelamin dan usianya. |
Disebabkan oleh kekurangan nutrisi berkepanjangan, adanya infeksi berulang maupun berkepanjangan. | Disebabkan oleh asupan makan yang tidak mencukupi baik secara kualitas, jumlah maupun jenisnya, dan/atau karena anak mengalami penyakit infeksi yang berulang. |
Stunting dapat mengganggu struktur dan fungsi saraf dan sel-sel otak yang bersifat permanen dan menyebabkan penurunan kemampuan menyerap pelajaran di usia sekolah. Plus, stunting juga mengganggu pertumbuhan (pendek dan atau kurus) dan meningkatkan penyakit tidak menular, seperti diabetes, melitus, jantung koroner, dan hipertensi. | Wasting dapat berdampak pada kekebalan imun yang rendah, gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, berisiko terkena penyakit tidak menular saat usia dewasa, hingga kematian. |
Langkah Pencegahan Stunting dan Wasting
Stunting dan wasting dapat dicegah dengan menjaga kesehatan dan gizi seorang anak sejak dalam kandungan sampai berusia dua tahun. Sebab, masa ini merupakan periode paling penting dan krusial dalam perkembangan seorang anak hingga dewasa. MomDad dapat melakukan pencegahan stunting dan wasting dengan cara:
- Inisiasi menyusui dini setelah bayi lahir
- Pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
- Lengkapi imunisasi
- Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) sejak usia 6 bulan
Kondisi stunting dan wasting sangat rentan dialami di usia MPASI. Seringkali seorang anak belum akan mengalami kondisi stunting atau wasting pada usia 6 bulan pertama kehidupan karena kebutuhan nutrisinya masih mudah dipenuhi dengan pemberian ASI. Pada usia 6 bulan saat anak mulai dikenalkan dengan MPASI, seringkali kenaikan berat badan dan tinggi badan seorang anak menjadi tidak optimal. Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya literasi gizi MPASI, sehingga MPASI masih kurang kualitas gizinya atau pemberiannya yang kurang tepat.
Syarat MPASI yang Baik
Untuk memenuhi syarat MPASI yang baik demi mencegah stunting dan wasting, MomDad perlu mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan saat memberikan MPASI pada si Kecil, yaitu:
- Tepat waktu
Tepat waktu di sini maksudnya adalah pemberian MPASI tidak boleh telat atau terlalu cepat. Usia 6 bulan adalah waktu yang dianggap paling ideal untuk memperkenalkan MPASI, karena di usia ini bayi menunjukan kesiapan dari segi fisik, psikologis, dan enzimatik. Di usia ini pula, bayi sudah mulai menunjukkan berkurangnya refleks menjulurkan lidah (refleks ekstrusi) dan kepala sudah tegak untuk proses makan.
- Mencukupi kebutuhan gizi
Menu MPASI diharapkan cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi si Kecil, terutama jumlah energi, protein, lemak dan mikronutrien. Namun, karena tidak ada makanan yang bisa memenuhi semuanya, MomDad harus memberikan MPASI yang bervariasi. Tak lupa, berikan MPASI dengan jumlah, tekstur, dan variasi yang sesuai dengan anak usia 6 bulan.
- Disiapkan secara aman dan higienis
Saat memberikan MPASI, pastikan aman untuk si Kecil, ya, MomDad. Aman di sini maksudnya adalah mulai dari proses pembuatan, alat masak, bahan makanan, dan peralatan makan yang digunakan dipastikan dalam keadaan bersih dan higienis.
Misalnya saja memisahkan talenan untuk bahan makanan mentah dan matang, cuci tangan sebelum memasak dan menyuapi si kecil, mencuci bahan makanan, sterilisasi alat makan dan peralatan masak. Selain itu, perhatikan juga keadaan penyimpanan MPASI ya. Pastikan tidak menyimpan MPASI di suhu 5°C hingga 60°C supaya tidak memicu perkembangan bakteri.
- Sesuai (baik tekstur dan cara pemberian)
Terapkan responsive feeding, seperti pemberian makan langsung kepada bayi, peka terhadap tanda lapar dan kenyang, berikan makan secara perlahan dan sabar, dorong anak makan tanpa adanya paksaan, coba berbagai kombinasi makanan, dan kurangi pengalih perhatian selama makan. Selain itu, jangan lupa untuk sesuaikan tekstur MPASI dengan usia bayi. Bayi memerlukan stimulasi tekstur MPASI untuk mengasah keterampilan oromotor nya (keterampilan untuk mengunyah dan menelan makanan). Anak yang terus mendapatkan makanan halus cenderung susah makan atau menolak makanan baru di atas usia 1 tahun.
Nah, ada dua jenis MPASI yang bisa diberikan pada si Kecil, yaitu MPASI homemade dan fortifikasi. Keduanya sama-sama baik, asalkan memenuhi kandungan karbohidrat, lemak dan protein, terutama protein hewani yang tinggi zat besi yang merupakan elemen kunci pencegahan stunting serta vitamin dan mineral. Saat ini sebagai upaya untuk memudahkan dan memenuhi kebutuhan MPASI, sudah banyak produk MPASI fortifikasi yang sudah diberikan penambahan nutrisi zat gizi makro dan mikro sesuai dengan rekomendasi dari CODEX milik FAO dan WHO.
Sebuah studi mengungkapkan bahwa, bayi yang mengonsumsi MPASI fortifikasi memiliki risiko lebih rendah mengalami kekurangan BB, stunting dan wasting, sehingga MPASI fortifikasi sangat bisa dijadikan alternatif pemenuhan gizi dan aman diberikan untuk si Kecil.
Di Indonesia MPASI fortifikasi juga dalam pengawasan ketat dari BPOM yang tidak mengizinkan MPASI fortifikasi mengandung pengawet, pewarna atau perisa serta tidak boleh memiliki kandungan gula dan garam yang tinggi.
Sebagai langkah pencegahan stunting dan wasting, MomDad dapat memberikan si Kecil rangkaian produk Bubur Bayi Promina 6+ sebagai MPASI pertamanya! Promina menghadirkan Bubur Cereal dengan tekstur lembut yang cocok untuk adaptasi si Kecil yang baru belajar makan. Nutrisinya pun lengkap, dengan 11 vitamin dan 6 mineral, termasuk tinggi zat besi, kalsium, serta omega 3 dan 6 untuk kecerdasan otak si Kecil. Promina Bubur Cereal tersedia dalam 5 variasi rasa yang lezat, yaitu:
- Milky Beras Merah
- Smooth Kacang Hijau
- Pisang Susu
- Ayam Kampung Brokoli Keju
- Tim Sapi Wortel
Bubur Bayi Promina 6+ tersedia di e-commerce mulai dari Rp9.900.
Penting bagi MomDad untuk memenuhi gizi terutama di periode MPASI untuk mencegah malnutrisi termasuk stunting dan wasting. MPASI fortifikasi bisa menjadi pilihan karena aman dan bergizi untuk si Kecil.
Referensi:
- UNICEF Indonesia. Wasting (Gizi Kurang dan Gizi Buruk) dan Dampaknya pada Anak.
- Yuliarti K. Apa yang perlu ibu ketahui tentang MPASI. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2017
- Septa Clara Astiyah, SST, MARS, RD. Stunting vs Wasting pada Anak. Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 13 Oktober 2022.