Anak Usia 3-5 Tahun, Berapa sih Tinggi Badan Idealnya?
Author: Sekar Retno Ayu
Editor: dr. Dini Astuti Mirasanti, Sp.A
Topik: Tinggi Badan Ideal, Standar Tinggi Badan Anak, Tinggi, Mengukur Tinggi Badan, Tumbuh Kembang, Pertumbuhan Anak, Kurva pertumbuhan, Standar Pertumbuhan Anak
Usia 3-5 tahun adalah masa perkembangan anak yang sangat penting. Pada usia prasekolah ini si Kecil semakin aktif mengeksplorasi dunia, banyak bicara, dan mulai berinteraksi dengan teman sebayanya. Agar pertumbuhannya optimal, penting bagi orang tua untuk mendukung kesehatan fisik, emosional, dan sosial anak.
Pentingnya Memantau Pertumbuhan Anak Usia 3-5 Tahun
Meskipun 1.000 hari pertama kehidupan (1.000 HPK) adalah periode yang paling krusial karena pada periode ini anak tumbuh paling cepat, perhatian terhadap tumbuh kembang anak harus terus berlanjut hingga usia selanjutnya, seperti misalnya pada usia pra-sekolah.
Meskipun pertumbuhan tinggi badan pada usia pra-sekolah tidak secepat pada usia sebelumnya, pemantauan tinggi badan tetap perlu dilakukan karena ada beberapa masalah pertumbuhan yang baru tampak jelas pada usia ini. Lagi pula, meskipun belum ada masalah pertumbuhan pada usia ini, data yang dikumpulkan pada usia ini penting untuk membantu diagnosis masalah pertumbuhan yang mungkin saja terjadi di kemudian hari.
Tinggi Badan Ideal Anak Usia 3-5 Tahun: Bagaimana dengan si Kecil?
Saat ini, Indonesia masih menggunakan WHO Child Growth Standards 2006 untuk menilai pertumbuhan anak. Di dalam Buku KIA, WHO Child Growth Standards 2006 telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Meskipun grafik ini tidak sepenuhnya sempurna untuk menilai pertumbuhan anak Indonesia, grafik ini tetap diharapkan dapat membantu dokter dan orang tua untuk mengevaluasi apakah pertumbuhan anak sudah sesuai untuk usianya.
Dengan pemantauan rutin menggunakan grafik ini orang tua bisa mendeteksi masalah pertumbuhan pada anak sejak dini untuk segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Jadi, apakah tinggi badan si Kecil sudah ideal? Yuk, simak grafik di bawah ini!
Grafik Kurva Panjang Badan/ Tinggi Badan Anak Perempuan Berdasarkan Usia 3-5 Tahun [1]
Grafik Kurva Panjang Badan/ Tinggi Badan Anak Laki-Laki Berdasarkan Usia 3-5 Tahun [1]
Untuk dapat menginterpretasikan posisi tinggi badan pada grafik tersebut, orang tua bisa mengacu pada penjelasan berikut [2]:
- Panjang atau tinggi badan anak di atas garis 3 (garis warna hitam atas)
Anak dalam kelompok ini memiliki tubuh yang lebih tinggi daripada rata-rata. Hal ini mungkin tidak normal, kecuali jika orang tua anak juga memiliki tinggi badan yang sangat tinggi, jauh di atas kebanyakan orang. Menurut ilmu statistik, kemungkinan anak ‘normal’ mempunyai tinggi badan di atas garis 3 hanya sekitar 0,5%.
Anak yang tumbuh terlalu cepat berisiko berhenti tumbuh lebih awal dan akhirnya memiliki tinggi badan dewasa yang lebih pendek daripada yang diperkirakan. Salah satu hal yang perlu diwaspadai pada anak yang memiliki tinggi badan ‘sangat tinggi’ adalah kemungkinan terjadinya pubertas dini.
2. Panjang atau tinggi badan anak di atas 2 (garis warna merah atas)
Menurut ilmu statistik, kemungkinan anak ‘normal’ mempunyai tinggi badan di atas garis 2 hanya sekitar 2,5%. Kondisi ini biasanya dialami oleh anak-anak yang memiliki orang tua dengan tinggi badan yang relatif tinggi. Namun, seperti pada kelompok anak dengan tinggi badan di atas garis 3, orang tua perlu waspada jika tinggi badan anak terus meningkat pada kurva pertumbuhan, karena ini bisa menandakan kemungkinan adanya pubertas dini.
3. Panjang atau tinggi badan anak antara garis -2 dan 2
Ini adalah tinggi badan yang secara statistik dianggap normal dan diharapkan terjadi pada sekitar 95% populasi anak. Ini adalah rentang tinggi badan yang mencerminkan pertumbuhan yang sehat dan sesuai dengan usia anak.
4. Panjang atau tinggi badan anak di bawah -2 (di bawah garis warna merah bawah)
Anak dengan tinggi badan di bawah -2 dianggap memiliki perawakan pendek. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan perawakan pendek, seperti misalnya berat badan lahir yang rendah, penyakit kronis, kekurangan asupan gizi, atau kelainan hormon dan genetik. Namun, orang tua juga perlu tahu bahwa tinggi badan yang pendek bisa jadi merupakan variasi normal. Misalnya, jika orang tua juga memiliki tinggi badan yang relatif pendek, atau jika anak mengalami constitutional delay of growth (penundaan pertumbuhan konstitusional). Pada constitutional delay of growth anak tumbuh dengan kecepatan lebih lambat, namun akan berhenti tumbuh pada usia yang lebih tua sehingga akhirnya akan mencapai tinggi badan dewasa yang normal. Anak-anak dengan kondisi ini biasanya memiliki orang tua yang juga mengalami hal yang sama pada masa pra-remaja mereka.
Ketika menginterpretasikan grafik kurva pertumbuhan, selain memperhatikan posisinya pada kurva pertumbuhan pada saat ini, MomDad juga harus memperhatikan posisi pertumbuhan selama beberapa bulan ke belakang. Biasanya dokter akan melihat kecepatan pertumbuhan selama minimum 6 bulan sebelumnya. Namun, semakin banyak informasi mengenai pertumbuhan sebelumnya yang bisa didapat, akan semakin baik. Misalnya informasi mengenai berat dan panjang badan saat lahir, panjang badan pada usia 6, 9, 12 dan 18 bulan, pada usia 2 tahun, dan seterusnya. Informasi lain yang juga akan sangat mempengaruhi cara kita menginterpretasikan kurva pertumbuhan adalah tinggi badan orang tua.
Menginterpretasikan hasil pengukuran tinggi badan ini memang bisa sedikit membingungkan. Jika orang tua ragu dengan interpretasi hasil pengukuran tinggi badan si Kecil, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.
Peran Genetik dan Nutrisi dalam Menentukan Tinggi Badan Anak
Tinggi badan seseorang sebagian besar dipengaruhi oleh faktor genetik, yang berkontribusi sekitar 80% terhadap pertumbuhan tinggi badan [3]. Namun, meskipun genetik memiliki peran yang besar, faktor lingkungan tetap sangat mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan.
Nutrisi yang baik, terutama selama masa pertumbuhan, sangat penting untuk mencapai tinggi badan optimal. Beberapa nutrisi kunci, seperti protein, vitamin dan mineral seperti vitamin A, B, C, dan D, mineral zat besi, magnesium, zink, dan fosfor serta kolin dan asam lemak omega 3 dan 6, berperan penting dalam mendukung pertumbuhan [4,5].
Selain itu, faktor lain, seperti penyakit pada masa kanak-kanak, hormon pertumbuhan, dan kualitas tidur juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan. Penanganan yang tepat terhadap kelainan hormon dan penyakit yang mungkin diderita anak dapat membantu memperbaiki masalah pertumbuhan [6].
Meskipun faktor genetik memegang peran utama dalam menentukan tinggi badan, tapi, faktor lainnya, terutama nutrisi, memiliki dampak besar dalam mendukung pertumbuhan anak. Oleh karena itu, memastikan anak mendapatkan gizi yang lengkap dan tepat pada masa pertumbuhannya sangat penting untuk mengoptimalkan tinggi badan mereka.
Sebenarnya, memahami peran faktor genetik dan lingkungan, termasuk asupan nutrisi, terhadap pertumbuhan itu seperti memahami pembangunan suatu gedung bertingkat. Bila cetak biru yang dibuat arsitek merencanakan pembangunan gedung 100 lantai namun bahan bangunan yang disediakan hanya cukup untuk 10 lantai, tentu tinggi bangunan tidak akan mencapai 100 lantai. Sebaliknya, apabila cetak biru merencanakan hanya 10 lantai, meskipun bahan bangunan yang disediakan cukup untuk 100 lantai, tentu tinggi bangunan juga tidak akan mencapai 100 lantai.
Kita tidak pernah tahu dengan pasti berapa cetak biru tinggi badan si Kecil. Kita hanya bisa menduga berdasarkan informasi yang kita punya, misalnya tinggi badan ayah dan ibu. Bila tinggi badan si Kecil jauh di bawah potensi tinggi genetik yang diwariskan ayah dan ibu, kita harus waspada, mungkin ada yang salah. Di lain pihak, bila tinggi badan si Kecil jauh lebih tinggi daripada tinggi badan MomDad, kita juga harus waspada. Peran MomDad adalah memantau tinggi badan secara berkala dan memastikan bahwa si Kecil mendapatkan lingkungan ideal untuk tumbuh, termasuk asupan nutrisi yang adekuat.
Bagaimana Jika Tinggi Badan Anak Tidak Ideal?
Anak yang terlihat lebih pendek daripada teman sebayanya belum tentu memiliki masalah kesehatan. Tinggi badan yang berada di bawah garis -2 pada kurva pertumbuhan sering disebut sebagai perawakan pendek. Namun, MomDad tidak perlu menjadi cemas dan merasa bersalah. Berkonsultasilah kepada dokter agar MomDad mendapat jawaban mengapa si Kecil ‘berperawakan pendek’.
Apa Penyebab Anak Bertubuh Pendek?
Perawakan pendek sebenarnya tidak selalu disebabkan oleh masalah kesehatan. Selain faktor medis, tubuh pendek pada anak bisa disebabkan oleh [7]:
- Faktor keturunan: jika orang tua memiliki tubuh yang relatif pendek, kemungkinan anak juga akan memiliki tinggi badan yang serupa.
- Keterlambatan pertumbuhan dan pubertas: beberapa anak mungkin bertubuh pendek pada masa pra-remaja, tetapi mereka akan berhenti tumbuh lebih lambat karena mereka memasuki masa pubertas yang lebih lambat sehingga pada akhirnya akan mencapai tinggi badan yang normal saat dewasa.
- Tubuh pendek idiopatik: dalam kasus ini, tidak ditemukan penyebab yang jelas, namun anak tetap sehat dan berkembang dengan normal.
Namun, ada juga beberapa kondisi medis yang bisa menyebabkan anak tubuh pendek, seperti [7]:
- Penyakit kronik: misalnya asma, anemia, gangguan pencernaan seperti penyakit celiac, atau penyakit hati, ginjal dan jantung. Penyakit infeksi yang terjadi dalam jangka waktu lama seperti tuberkulosis atau berulang seperti pneumonia, diare dan kecacingan, juga akan mengganggu pertumbuhan.
- Gangguan hormon: termasuk hipotiroidisme atau kekurangan hormon pertumbuhan.
- Sindrom genetik: seperti sindrom Turner, sindrom Down, dan banyak sindrom genetik lainnya
- Gizi buruk: kekurangan nutrisi penting yang mempengaruhi pertumbuhan.
- Efek obat-obatan: seperti obat ADHD atau steroid untuk asma dan beberapa penyakit autoimun.
Tinggi badan anak memang dipengaruhi banyak faktor. Meskipun penyebab tubuh pendek tidak selalu berhubungan dengan masalah kesehatan, pemenuhan gizi yang lengkap dan tepat sangat penting untuk mendukung pertumbuhan optimal si Kecil. Dengan memberikan nutrisi seimbang, orang tua dapat membantu memastikan si Kecil tumbuh sesuai dengan potensi terbaiknya.
Jadi, meskipun tinggi badan anak saat ini mungkin tidak sesuai dengan rata-rata, jangan langsung khawatir! Penuhi asupan gizinya dan pantau tumbuh kembangnya dengan baik. Bila MomDad masih khawatir, jangan ragu untuk segera berkonsultasi kepada dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Artikel ini telah divalidasi oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.
Referensi:
- WHO. 2024. Weight-for-length/height https://www.who.int/tools/child-growth-standards/standards/weight-for-length-height
- Anak Indonesia Sehat. Kurva Pertumbuhan WHO https://anakindonesiasehat.com/pertumbuhan/kurva-pertumbuhan-who/
- Medical News Today. 2023. What factors influence a person's height? https://www.medicalnewstoday.com/articles/327514
- American Academy of Orthopaedic Surgeons. 2021. Calcium, Nutrition, and Bone Health https://orthoinfo.aaos.org/en/staying-healthy/calcium-nutrition-and-bone-health/
- Hello Sehat. 2023. 5 Nutrisi Penting untuk Dukung Tumbuh Tinggi Badan Anak https://hellosehat.com/parenting/anak-6-sampai-9-tahun/gizi-anak/nutrisi-agar-anak-tumbuh-tinggi/
- Healthline. 2020. Is Height Genetic? Yes and No https://www.healthline.com/health/is-height-genetic#genetics
- Healthy Children. 2021. When a Child is Unusually Short https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/Glands-Growth-Disorders/Pages/When-a-Child-is-Unusually-Short.aspx