Apa Penyebab Anak Sulit Tinggi?
Author: Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A, (K), FAAP, FRCPI (Hon.)
Topik: Tinggi Anak, Tumbuh Tinggi, Tinggi Badan, Tinggi Potensi Genetik, Stunting
Untuk mengetahui anak tumbuh dengan baik, salah satu parameter yang digunakan adalah tinggi badan. Belakangan, masalah tinggi badan pada anak menjadi sorotan dan kerap dikaitkan dengan stunting. Stunting sendiri dapat dicegah dengan memberikan makanan bergizi dan tepat nutrisi pada si Kecil. Jika nutrisi si Kecil sudah terpenuhi, namun badannya sulit tinggi, kira-kira apa penyebabnya?
Fase pertumbuhan anak
Fase pertumbuhan anak dibagi menjadi fase intrauterin (dalam kandungan), fase infantil (bayi), childhood (anak) dan fase pubertas (remaja). Pada fase infantil yang berlangsung pada usia 0-2 tahun, anak akan mencapai 45% tinggi badan akhir saat dewasa. Fase infantil ini adalah fase pertumbuhan yang paling cepat setelah fase janin dan sangat dipengaruhi faktor nutrisi dan hormonal. Sedangkan faktor genetik akan mulai mengambil alih sebagai faktor penentu tinggi badan anak sejak masa childhood sampai anak memasuki masa pubertas (sekitar usia 2-9 tahun).
Anak yang sedang tumbuh dapat mengalami perlambatan pertumbuhan akibat beberapa hal, seperti masalah gizi, hormonal, dan juga genetik. Pemberian makan yang tidak cukup baik secara kualitas maupun kuantitas atau adanya penyakit kronik pada 1000 hari pertama kehidupan, berpotensi menyebabkan stunting jika tidak diatasi dengan baik.
Penyebab sulit tinggi
Apabila MomDad sudah memastikan bahwa anak makan makanan yang bervariasi dengan jumlah yang cukup namun tinggi badannya tidak kunjung naik, berikut beberapa kemungkinan penyebabnya:
1. Kekurangan hormon pertumbuhan
2. Kekurangan hormon tiroid (hipotiroid)
3. Kelainan genetik, seperti sindrom Turner dan akondroplasia
4. Faktor genetik (berasal dari keluarga yang relatif pendek)
Fase pertumbuhan normal
Fase pertumbuhan anak tentunya memiliki perbedaan di setiap masa. Berikut fase pertumbuhan normal mulai dari di dalam kandungan hingga remaja:
Dalam kandungan
- Pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh lingkungan intrauterine.
- Insuline, IGF, dan protein pengikat (binding proteins) memiliki peran penting dalam pertumbuhan janin.
- GH, hormon tiroid tidak terlalu penting.
Masa bayi dan balita
- Cepat tetapi menurun setelah dua tahun pertama kehidupan.
- Anak seringkali menyilangi garis persentil dalam 24 bulan pertama kehidupan menuju potensi genetik mereka dan menjauhi dari kelebihan atau kekurangan saat dalam kandungan.
Masa kanak-kanak
- Pertumbuhan dengan kecepatan yang relatif konstan sebesar 4,5 hingga 7 cm per tahun.
- Mungkin terjadi sedikit perlambatan ketika menuju remaja/pubertas.
Masa pubertas
- Dikarakterisasi dengan terjadinya percepatan pertumbuhan sekitar 8 hingga 14 cm per tahun karena adanya efek sinergis dari peningkatan steroid gonad dan sekresi hormon pertumbuhan.
Sementara itu, faktor yang memengaruhi pertumbuhan, antara lain:
- Kondisi genetik: riwayat keluarga, sindrom turner
- Penyakit endokrin: defisiensi growth hormone, tumor otak, hipotiroid
- Penyakit sistemik: penyakit jantung bawaan, penyakit ginjal kronik
- Kurang asupan atau penyerapan makanan: gizi buruk, penyakit saluran cerna
- SGA/IUGR
Apa yang sebaiknya orang tua lakukan?
Ikatan Dokter Anak Indonesia menyarankan pemantauan tinggi badan anak mengikuti jadwal berikut ini:
Apabila pada saat pemantauan berkala didapatkan:
- Anak pendek (tinggi badan anak berada di bawah - 2 SD (standar deviasi) di kurva tinggi badan menurut usia).
Perlambatan kecepatan pertumbuhan yang ditandai dengan:
- Kenaikan tinggi badan pada anak di atas 2 tahun yang menyimpang memotong 2 persentil (garis pertumbuhan) di kurva pertumbuhan.
- Kecepatan tumbuh usia 2-4 tahun kurang dari 5,5 cm/tahun.
- Kecepatan tumbuh usia 4-6 tahun kurang dari 5 cm/tahun.
- Kecepatan tumbuh usia 6 tahun sampai menjelang pubertas (sekitar 9-10 tahun) kurang dari 4 cm/tahun.
Kunjungan ke dokter secara berkala pada dua tahun pertama kehidupan anak merupakan hal yang penting dilakukan. Tidak hanya pemeriksaan fisik, pemantauan perkembangan, nutrisi, sikap dan perilaku juga dilakukan. Salah satu peran dokter anak adalah membantu tiap anak mencapai potensi terbaiknya dengan monitor dan skrining pertumbuhan dan perkembangan.
American Academy of Pediatrics merekomendasikan kunjungan ke dokter pada usia minggu, 1, 2, 4, 6, 9, 12, 15, 18 bulan, 2, 3 tahun, dan dilanjutkan tiap tahun hingga usia remaja. Ikatan Dokter Anak Indonesia merekomendasikan pemantauan pertumbuhan tiap bulan untuk balita, untuk tinggi badan pada anak <1 tahun diperiksakan saat lahir, 1, 2, 4, 6, 9, 12 bulan; usia 1-2 tahun setiap 3 bulan, >3-21 tahun setiap tahun.
Referensi:
Diakses pada 19 Juli 2022:
- Batubara JRL, Tjahjono HA, Aditiawati. Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Anak Indonesia Perawakan pendek pada anak dan remaja di Indonesia. UKK Endokrinologi IDAI. 2017
- Nichols J, Duryea TK, Torchia MM. Normal growth patterns in infants and prepubertal children.
- https://www.uptodate.com/contents/normal-growth-patterns-in-infants-and-prepubertal-children#H30
Diakses pada 16 Desember 2022:
- Pulungan AB. Auxology, Kurva Pertumbuhan, Antropometri, dan Pemantauan Pertumbuhan. Sari Pediatri. 2020;22(2):123-30
- https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/1835/pdf_1
- Levine DA. Growth and development. Dalam: Marcdante KJ, Kliegman RM, penyunting. Nelson Essentials of Pediatrics. Edisi ke-8. Philadelphia: Elsevier; 2015.h.151-5.
- Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman pelayanan medis IDAI. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.