Ini Dampak Jangka Panjang Jika Anak Terlambat Bicara
Author: Radhita Rara
Editor: dr. Dini Astuti Mirasanti Sp.A
Topik: Speech Delay, Perkembangan
Perkembangan anak merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh semua orang tua. Tak terkecuali ketika anak mulai mengucapkan kata pertamanya. Namun, ada kalanya sejumlah anak terlambat bicara atau speech delay.
Umumnya, balita mulai cerewet saat memasuki usia 2 tahun. Di usia ini anak mulai mengucapkan beberapa kata seperti ‘Mama, Papa’ dan struktur kata yang semakin halus serta jelas. Namun, bagaimana kalau si Kecil telah berumur lebih dari 2 tahun namun jarang bicara? Apa dampak jangka panjangnya?
Gangguan bicara pada anak
Keterlambatan atau gangguan bicara dan bahasa kini semakin banyak dijumpai. Angka resmi untuk gangguan ini belum ada, namun di Jakarta diperkirakan 21%. Karenanya, orang tua harus waspada akan perkembangan bicara anaknya. Mengingat bila keterlambatan ini tidak ditangani secara dini, akan berakibat terjadi gangguan pembentukan struktur otak untuk kemampuan kognitif dan perilaku, dan dampak jangka panjangnya mengakibatkan gangguan kecerdasan dan perilaku.
Gangguan bahasa bisa mempengaruhi akademik anak
Gangguan bahasa nyatanya bisa berpengaruh pada akademik dan pekerjaan anak nantinya. Berikut beberapa hal yang bisa diwaspadai:
- Kesulitan belajar
- Kesulitan pemahaman, mengakibatkan anak sangat rentan dalam kaitannya dengan pendidikan (Hooper dkk.,2003)
- Gangguan bahasa (dibandingkan gangguan bicara) sejak dini (batita) jelas berhubungan dengan kesulitan melanjutkan sekolah sampai dewasa (Young dkk.,2002)
- Anak dengan gangguan bahasa berisiko untuk mempunyai masalah membaca dan perilaku, apalagi gangguan perilaku ini berhubungan dengan ketidakmampuan anak untuk membaca (Tomblin dkk.,2000)
- Penurunan berbahasa yang bermakna secara klinis terdapat pada 50% remaja dengan perilaku menantang dan ada hubungan antara kemampuan berbahasa lisan pada awal kehidupan dengan risiko terjadinya perilaku menantang pada remaja (Snow and Powell, 2011)
Gangguan bahasa juga berhubungan dengan peningkatan risiko anti sosial pada anak. Diketahui bahwa remaja dengan gangguan perkembangan bahasa mempunyai kadar kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan rekannya yang normal (Wadman dkk., 2011)
Selain itu, anak dengan gangguan perkembangan bahasa mempunyai peluang lebih besar untuk mengalami ketakutan berlebihan saat sosialisasi di usia 19 tahun dan gejala kecemasan akibat kegiatan bersosialisasi di usia 31 tahun (Brownlie dkk., 2016).
Gangguan bahasa berdampak pada partisipasi sosial
Anak yang terlambat bicara umumnya mengucapkan jumlah kata yang minim dibandingkan anak seusianya. Gangguan bahasa ini juga bisa berdampak pada kemampuannya untuk bersosialisasi, di antaranya
- Anak dengan gangguan bahasa mempunyai kualitas persahabatan dan partisipasi aktivitas sosial yang lebih rendah dibandingkan anak dengan perkembangan normal (Durkin dan Conti-Ramsden, 2007)
- Masalah dengan teman sebaya diteliti selama lebih dari 9 tahun pada 171 anak berusia 7-16 tahun dengan riwayat gangguan bahasa, anak dengan gangguan bahasa lebih berisiko menunjukkan kesulitan hubungan dengan teman sebaya ( Mok dkk., 2014)
Gangguan bahasa tidak menghilang ketika anak disekolahkan:
- Gangguan bicara dan bahasa yang diidentifiasi saat usia 5 tahun, 72% tetap mengalami gangguan di usia 12 tahun.
- Penelitian pada remaja yang diidentifikasi mempunyai gangguan bahasa yang disebut specific language impairment saat usia 5 tahun dan dipantau saat usia 12 dan 19 tahun, ditemukan masih terdapat kesulitan komunikasi yang tinggi pada anak dengan riwayat gangguan bahasa tersebut (Johnson dkk.,1999)
Untuk menghindari hal ini, MomDad dapat memberikan stimulasi bahasa pada si Kecil sejak newborn, lho!
Well, mengingat terlambat bicara bisa berdampak jangka panjang untuk anak, ada baiknya untuk terus konsultasikan masalah ini dengan dokter anak, ya.
Ingin tips dan informasi lainnya seputar kesehatan anak? Ayo, baca artikel di aplikasi PrimaKu atau kunjungi primaku.com. Selain itu, MomDad bisa juga menonton seluruh tayangan ulang webinar di aplikasi, lho. Tak ketinggalan, follow juga akun Instagram dan TikTok PrimaKu supaya enggak ketinggalan update informasi seputar kesehatan anak dan parenting lifestyle!
Sumber foto: Freepik
Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.