
Pentingnya Skrining Hipotiroid pada Bayi
26 Jan 2018
Author: Fitri Permatasari
18 Jan 2024
Topik: Stunting
Stunting merupakan masalah kesehatan penting yang masih menghantui para orang tua di Indonesia. Umumnya, stunting disebabkan karena permasalahan gizi, yaitu asupan makanan yang tidak adekuat dan penyakit infeksi. Saat ini, ada banyak mitos seputar stunting yang kerap disalahartikan oleh para orang tua. Nah, supaya MomDad nggak ‘termakan’ hoax tentang stunting, simak mitos vs faktanya berikut ini, yuk!
Stunting Hanya Menyebabkan Anak Pendek
Mitos. Anak dengan stunting akan mengalami gangguan pertumbuhan serta perkembangan. Umumnya mereka memiliki kekebalan tubuh yang lebih rendah, sehingga lebih mudah terserang penyakit, atau infeksi berulang yang akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian anak. Pada kelompok usia sekolah, hal ini juga berarti meningkatkan angka absentisitas dan penurunan performa akademik. Anak dengan stunting juga memiliki kecerdasan atau kognitif yang lebih rendah karena kurangnya bahan baku yang adekuat dari nutrisi, baik makro dan mikronutrien untuk mendukung perkembangan otak anak. Hal ini akan menurunkan kualitas hidup anak serta orang tua, dan memberikan beban besar bagi negara karena penurunan kualitas sumber daya manusia. [1-4]
Sumber: De Sanctis V, Soliman A, Alaaraj N, Ahmed S, Alyafei F, Hamed N. Early and Long-term Consequences of Nutritional Stunting: From Childhood to Adulthood. Acta Biomed. 2021 Feb 16;92(1):e2021168. doi: 10.23750/abm.v92i1.11346. PMID: 33682846; PMCID: PMC7975963.
Stunting Tidak Bisa Diobati
Stunting adalah perawakan pendek menurut usia menurut standar WHO (< -2 standar deviasi) yang disebabkan malnutrisi kronik, dan terjadi pada anak < 5 tahun [5]. Kondisi malnutrisi kronik dapat disebabkan karena kurangnya asupan adekuat dan infeksi berulang dalam 1000 hari pertama kehidupan.
Stunting memiliki prognosis yang baik jika dapat ditatalaksana sebelum 1000 hari pertama, karena otak anak terbentuk hingga 80% volume otak dewasa dalam 2 tahun pertama kehidupan. Tata laksana nutrisi perlu dilakukan segera ketika stunting didiagnosis, termasuk mencari kemungkinan penyebab stunting, misalnya kondisi alergi, penyakit jantung bawaan, infeksi kronis seperti TBC, gangguan penyerapan makanan dan lain sebagainya.
Stunting karena Keturunan
Fase pertumbuhan anak dibagi menjadi fase intrauterin (dalam kandungan), fase infantil (bayi), childhood (anak) dan fase pubertas (remaja). Pada fase infantil yang berlangsung pada usia 0-2 tahun, anak akan mencapai 15% tinggi badan akhir saat dewasa. Fase ini sangat dipengaruhi faktor nutrisi dan hormonal. Sedangkan faktor genetik akan mulai mengambil alih sebagai faktor penentu tinggi badan anak sejak masa childhood sampai anak memasuki masa pubertas (sekitar usia 2-9 tahun). [6-7]
Anak dapat menjadi pendek karena berasal dari keluarga yang relatif pendek, ayah atau ibu atau kakek atau nenek yang relatif pendek mungkin merupakan penyebab anak juga pendek. Hal ini disebut sebagai familial short stature.
MPASI Dini dapat Mencegah Stunting
Pemberian MPASI perlu memperhatikan empat poin utama yaitu: tepat waktu, adekuat, aman dan diberikan secara responsif. Pada saat usia 6 bulan, kebutuhan nutrisi seorang bayi tidak lagi terpenuhi hanya dengan ASI saja. Oleh karena itu, WHO menyatakan selambat-lambatnya pada usia 6 bulan MPASI harus diberikan. Pada beberapa kondisi MPASI dapat dimulai pada usia 4-6 bulan apabila terindikasi misalnya pada bayi dengan kenaikan BB tidak adekuat, dan hal ini harus diputuskan oleh dokter. Namun, tak hanya berbicara soal usia, dan berat badan, namun pemberian MPASI juga harus mempertimbangkan kesiapan, baik fisik, enzimatik maupun psikologis.
Jika MPASI dini diberikan sesuai anjuran dokter (lihat artikel tentang tekstur yang tepat untuk MPASI bayi) dan menyesuaikan dengan kemampuan bayi, maka akan dapat menunjang tumbuh kembang seorang bayi, namun apabila pemberiannya tidak memperhatikan kesiapan anak, maka dapat menimbulkan risiko infeksi maupun gangguan saluran cerna seorang bayi, bahkan mengancam nyawa bayi karena berisiko menimbulkan tersedak dan sumbatan jalan napas. Selain itu, pemberian MPASI dini yang tidak memperhatikan kecukupan energi serta sumber makanan yang tidak bernutrisi (misalnya hanya menggunakan buah untuk MPASI pertama), berisiko menimbulkan gangguan pertumbuhan seperti berat badan kurang, gizi kurang, hingga stunting. Tak hanya risiko kurang gizi, namun terdapat studi jangka Panjang lain juga menemukan bahwa introduksi MPASI dini (< 12 minggu) justru berisiko menimbulkan berat badan lebih atau obesitas, dan hal ini lebih tinggi risikonya pada bayi yang mengonsumsi susu formula dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. [8-11]
Stunting Disebabkan karena Anak Makannya Sedikit
Anak yang mengalami malnutrisi akan mengalami weight faltering, yaitu kenaikan BB tidak adekuat. Jika weight faltering tidak ditatalaksana dengan memadai, anak akan jatuh ke gizi kurang atau gizi buruk, serta perlambatan pertumbuhan tinggi badan, yang akhirnya akan menyebabkan seorang anak menjadi pendek.
Penting untuk memahami fakta dan menghilangkan mitos seputar stunting agar upaya pencegahan dan penanganan dapat dilakukan secara lebih efektif. Pengetahuan yang akurat tentang stunting membantu membangun pemahaman yang lebih baik dan mendukung upaya global untuk mengurangi masalah ini.
Referensi: