Ini Peran Posyandu dalam Mencegah Stunting di 1000 Hari Pertama Kehidupan
Author: Dhia Priyanka
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Topik: 0-6 Bulan, Parenthood, Article, Posyandu, Stunting, 1000 Hari Pertama Kehidupan
Stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu lama (kronis), infeksi berulang, dan kurangnya perilaku kebersihan. Kondisi ini dipengaruhi oleh kesehatan ibu dan anak selama periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), dimulai dari masa kandungan hingga anak mencapai usia 2 tahun. Untuk mencegah stunting, sangat penting bagi orang tua dan masyarakat untuk memahami betapa kritisnya periode ini. Pada usia 6 bulan atau 180 hari, kebutuhan nutrisi dalam tumbuh kembang anak meningkat dan tidak cukup hanya dengan ASI. Inilah saat yang tepat untuk memulai pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI).
Masa 1000 HPK yang Kritis
Selama periode 1000 HPK, pertumbuhan otak dan organ anak terjadi secara pesat. Pada satu tahun pertama (0-12 bulan), laju pertumbuhan panjang badan anak berlangsung paling pesat yaitu rata-rata sebesar 23-27 cm. Untuk memastikan bahwa pola asuh dan gizi yang diberikan sudah benar dan mencukupi kebutuhan anak selama masa 1000 HPK, penting dilakukan pemantauan pertumbuhan anak secara rutin.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat, seperti tinggi badan dan berat badan. Pemantauan pertumbuhan sangat penting dilakukan bagi anak agar dapat dipastikan pertumbuhan sesuai usia dan MomDad dapat temukan sejak dini gangguan pertumbuhan. Jika pertumbuhan berat badan dapat dipertahankan normal, maka panjang/tinggi badan dan lingkar kepala juga akan normal. Sedangkan pada saat pertumbuhan berat badan mengalami perlambatan pertumbuhan (weight faltering), berat badannya akan menurun drastis mengakibatkan panjang/tinggi badan dan lingkar kepala mengalami deselerasi pertumbuhan atau kenaikannya perlahan. Pertumbuhan yang terganggu ini dapat merupakan tanda awal adanya masalah gizi dan kesehatan.
Pentingnya Pemberian MPASI yang Tepat Waktu dan Adekuat
Merujuk pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), syarat pemberian MPASI mencakup tepat waktu, adekuat, diberikan dengan cara yang benar, dan aman. Ketika bayi memasuki usia 6 bulan, kecukupan zat besi yang didapatkan dari ibunya segera saat setelah lahir dari pemutusan tali pusat sudah tidak memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Selain itu, kebutuhan nutrisi yang didapatkan dari ASI hanya memenuhi sekitar 70%, sehingga harus dipenuhi oleh Makanan Pendamping ASI (MPASI). Jika ini tidak dipenuhi, maka anak akan berisiko mengalami kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada awal kehidupan atau usia dini akan berdampak serius terhadap kualitas SDM di masa depan. Anak dapat mengalami kegagalan pertumbuhan sehingga mengakibatkan berat badan lahir rendah, pendek, kurus, serta daya tahan tubuh yang rendah. Selain itu anak yang kurang gizi akan berisiko mengalami hambatan perkembangan otak/kognitif, sehingga kesulitan dalam mengikuti pendidikan, yang pada akhirnya berakibat pada rendahnya produktivitas di masa dewasa.
Peran Posyandu dalam Deteksi Dini
Menurut Peraturan Kementerian Kesehatan No. 2 Tahun 2020, untuk mencapai pertumbuhan yang optimal pada setiap anak, diperlukan pemantauan dan penilaian status gizi dan tren pertumbuhan anak sesuai standar. Pemantauan pertumbuhan dapat dilakukan di Posyandu setiap bulannya dengan menggunakan alat ukur terstandar dan selalu sama tiap bulannya, agar anak dapat dianalisa pertumbuhannya menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang terdapat dalam buku KIA.
Kader Posyandu sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan ibu dan anak bertanggung jawab dalam melakukan pemantauan pertumbuhan melalui pengukuran dan pencatatan (plotting) panjang/tinggi badan serta berat badan yang ada pada grafik pertumbuhan di buku KIA. Kader posyandu juga memiliki peran penting dalam memberikan penyuluhan atau informasi kesehatan sederhana dari hasil plotting di KMS kepada orang tua, agar memiliki pemahaman terhadap hasil pemantauan pertumbuhan anak dan menjadikan orang tua lebih waspada terhadap pertumbuhan anak. Jika ditemukan masalah seperti kenaikan berat badan anak tidak sesuai umurnya, orang tua dapat mendiskusikan pertumbuhan kesehatan anak dengan tenaga kesehatan dan mengevaluasi penyesuaian pola pemberian makan, perilaku kebersihan lingkungan, dan pelayanan kesehatan (obat cacing dan vitamin A) pada anak. Dengan melakukan pemantauan pertumbuhan, orang tua dapat melihat tren pertumbuhan anak sebagai bagian dari upaya deteksi dini risiko gagal tumbuh atau stunting.